Kamis, 22 November 2012

Ciaaattt...Perjalanan menebar seni di Belgia (Bagian 5)


         (heloooo....para pembaca, apa kabar dirimu ?  udah makan belum sih ? makan dulu ya, soalnya kalau baca blog ini, perlu suasana ceria, jangan kesel, jangan cemberut. Nah senyum dikit seperti itu, senyuman sedetik itu berarti looo....kalau kebetulan ada kekasihmu disebelah, entah itu pacar/suami/istri, pencet idungnya 3 x ya, saya yakin kalian pasti tambah mesraaa.....hihohihohiho....are u ready ? silahkan membaca ya....Ciaaattt. )

Latihan  Gamelan Perdana 


         Gamelan sudah tertata rapi. Alat pukul gamelan atau yang disebut dengan panggul telah dipersiapkan dengan baik. Tepat pukul 5 sore, jam kantor telah usai. Para penabuh staf KBRI mulai berdatangan. Mereka masih memakai kostum jas yang  rapi dan tentu berdasi.  Tempat latihan terletak persis di ruang recepcionist.  Suara telepon berdering tiada henti. Para staf KBRI lalu lalang sesuka hatinya di tempat latihan. Suasana yang sangat unik. Unik karena konsentrasi penabuh akan terganggu setiap saat….heheheh.  Kemudian suara alarm pintu gerbang bunyi setiap 5 menit karena banyaknya tamu yang keluar  masuk ke KBRI. Tiiittttt……! Tiiittt….! Kesabaran kita ditaruhkan disini. Sabar ya Bli….!

      Tidak lama kemudian 3 orang pemuda Belgia datang tergopoh-gopoh dengan tas yang khusus di punggung style backpacker. Mereka adalah Dimitri, Frank dan Gabriel. Mahasiswa sekolah musik (Konservatorium) di Brussel. Bule-bule ini masih muda dan bergairah umurnya sekitar 24 tahun.  Tersenyum ramah sambil memperkenalkan diri.  Bonjour ! Bonjour !  Seluruh penabuh yang berjumlah 14 orang telah berada di tempat latihan. Para penabuh gamelan  ini merupakan penabuh gabungan yaitu 8 staf KBRI Brussel (Kedutaan Besar Republik Indonesia), 3 orang penabuh dari staf PRIME (Perutusan Republik Indonesia untuk Masyarakat Eropa, UE) dan 3 warga Belgia. Sambil memperkenalkan diri, saya menyampaikan ucapan selamat datang, dan ucapan terimakasih atas kehadirannya dalam latihan perdana ini. Untuk menghangatkan suasana, saya memberikan penjelasan singkat tentang gamelan. Gamelan adalah sebuah orkestra, terdiri dari berbagai instrument jenis perkusi. Kita tidak main sendiri sendiri, harus selalu bersama-sama dalam irama dan melodi. Jadi ada nilai sosial disini yaitu togetherness, harmony, equality….bla... bla ..bla…dst.

(Para pembaca....pencet lagi idung kasihmu disebelah ya...cuman jangan sampai berantem, sebatas bercanda saja, ok....heheheh)

           Singkat waktu, tanpa banyak bla bla bla...saya persilahkan mereka memilih instrumen sesuka hatinya. Mereka duduk dengan santai sambil tertawa terbahak-bahak.  Tahu nggak kenapa mereka tertawa ? Asal tahu saja, ssstttt... jangan keras-keras ngomongnya ya...para penabuh kebanyakan bapak bapak yang suka makan bubur alias SUBUR. Subur itu berisi.  Perut mereka ketebelan, sampai sampai ikat pinggang tidak kuat menahan perut yang sudah buncit itu....hahahahah. Walaupun duduk nyumprit seperti itu, wajah-wajah mereka tetap gembira.  Suasana ini yang saya inginkan. Mereka ceria gurunya gembira. " Kita harus ceria selalu bermain gamelan, tidak ada stress ya, pokoknya harus selalu semangat''.  Itu  saran saya kepada mereka.

         Sementara itu tekhnik dasar berman gamelan Bali dengan serius dipelajari oleh penabuh pemula ini. Sambil mengamati kemampuan mereka, saya menulis di secarik kertas dan mencatat musikalitas para penabuh ini. Musikalitas maksud saya tiada lain adalah kepekaan, bakat dan kemahiran/pengetahuan para penabuh terhadap musik itu sendiri.  Ternyata ketiga bule Belgia itu permainannya lebih mantap. Mereka dengan mudah mempelajari tekhnik dasar, sedikit bicara banyak kerja. Kemampuan mereka lebih hebat dari penabuh lainnya. Bukannya merendahkan penabuh dari Indonesia, tapi jujur diakui bahwa mereka lebih baik. Tidak mengherankan karena dia adalah pemusik professional dari sekolah musik konservatorium. Di konservatorium hampir setiap hari muridnya mempelajari hal hal tentang musik. Tidak kalah juga, seorang staf PRIME yaitu Bapak Eddy yang memiliki bakat khusus ternyata bisa memainkan kendang lumayan baik. Walau masih sederhana tekhnik memainkan kendang,  tapi kalau ini sering dilatih  pasti akan lebih mantap. Ayo semangat ya pak Eddy.....Ciaaattt Semangat.


Mari belajar gamelan dengan modal " suka, serius, disiplin dan humor ".

        Janganlah sekali-kali belajar gamelan dengan perasaan tidak suka ! Apalagi perasaan benci. ini terpaksa namannya.  Modal utama kita adalah suka atau senang. Kalau istilah Balinya "Demen". Saya yakin kalau berawal dari suka, sesibuk apapun, pasti kalau sudah suka akan menyempatkan waktu untuk belajar. 100% saya jamin dirimu pasti bisa bermain gamelan. karena dirimu suka.  benar nggak sih ? 

         Janganlah sekali-kali belajar gamelan tanpa keseriusan !  Ini tidak fokus namannya. Serius bukan berarti tegang. Disini hanya serius mendengarkan, serius melihat dan serius memainkan. Jika guru gamelan sedang berbicara, harus serius didengarkan. Jika guru gamelan sedang memainkan instrument, harus serius dilihat dan kalau murid disuruh oleh guru memainkan gamelan, tentu harus serius memainkannya. Benar looo serius ya...!

      Janganlah sekali-kali belajar gamelan tidak disiplin ! Awas ya ! Disiplin itu mutlak. Disiplin waktu contohnya, please dech jangan ngaretttttt. Itu kebiasaan buruk. Ini fakta dan  tidak bisa dipungkiri bahwa kebanyakan dari kita masih meremehkan disiplin terhadap waktu/jam alias tidak tepat waktu pada jadwal yang telah ditentukan. Ketidak disiplinan ini secara tidak disadari dapat mengecewakan atau bahkan merugikan orang lain dan diri sendiri.  

       Jangan lupa, satu hal lagi yaitu humor. Apapun yang kita pelajari, pasti kita akan menemukan sebuah kesulitan. Kesulitan mengjadi penghambat dan pengganggu semangat.  Bermain gamelan karena terlalu sulit, menyebabkan kebosanan. Akhirnya apa ? Pasti ingin berhenti. Nah, setelah muncul rasa bosan itu, pak guru gamelan mengeluarkan jurus-jurus humor sehingga suasana yang tadinya bosan menjadi bergairah kembali. Mengutip lelucon di internet yang membuat saya terpingkal-pingkal...yaitu kenapa babi bau ?? Karena keteknya ada 4....hahahahaha.

        Keempat modal diatas itu, saya yakinkan kepada para penabuh agar dapat  mematuhi.  Jadikan modal itu sebuah aturan yang mesti ditaati.  Lambat laun para penabuh mengerti yang saya maksud. Mereka belajar dengan  hati  senang, terhibur dan bersemangat. Sayapun sering memuji mereka. Pujian itu penambah motivasi. Saya yakin dalam beberapa hari kedepan grup gamelan ini akan mampu menampilkan dirinya dalam pementasan perdana tanggal 29  Pebruari 1996 di Gedung konservatorium musik kota Brussel, Belgia. 

           Selama 2 jam melatih grup pemula  ini, saya mendapat sebuah kekuatan dahsyat. Kekuatan itu terlihat dari kesukaan, keseriusan, kecerian dan semangat  para penabuh ingin menjadi bisa.  Ada niat dan kemauan.  Ini modal kita untuk menjadi bisa untuk menampilkan yang terbaik. Ciaaattt....Semangat.

Ciuuuttt….Terkena Cacar 

Selama seminggu berada di Belgia saya merasakan ada sesuatu yang aneh. Aneh karena kondisi fisik tubuh ini terlalu lelah dan letih. Bangun tidur kepala pusing.  Aduh !  Jangan jangan saya sakit nih. Saya berdoa agar diberikan kekuatan.  Saya melihat tangan seperti ada bintik berair. Apaan ini ? Parahnya lagi, sehabis mandi, bintik bintik itu ternyata bertambah banyak. Toloooongg....Saya semakin resah dan gelisah.  ‘’ Biarin saja, nanti juga pasti hilang  ", pikirku bandel.  Walaupun kondisi sakit, saya tetap nekat pergi ke  kantor. (Mohon maaf ya jangan ditiru, jangan bandel, kalau anda sakit semestinya istirahat di rumah)

Hingga siang hari, kondisiku ternyata bertambah parah. Saya bertanya kepada seorang teman di KBRI yaitu Pak Yafi.

Saya  :    Ada apa dengan kulit saya ini pak ?
Yafi   :    Ya Ampun !   Kamu harus ke dokter.  Segera ke dokter saja. :  Sudah punya asuransi belum ?
Saya  :    Kurang tahu pak, sepertinya sedang diurus.
Yafi   :     Kalau ke dokter tanpa asuransi biayanya lebih mahal.
Saya  :    Ah biarin !  Saya tidak perduli. Saya baru seminggu disini, mana sempat ngurus pak. 

Pukul 5 sore saya diantar ke dokter. Di dalam kabin Pak Dokter saya divonis terkena cacar air.  Dokter menyarankan saya harus istirahat selama 2 minggu. Tidak boleh keluar rumah. " Lemes dech " ! penyakit ini menular harus hati-hati. "ya ampun ! "  Tidak boleh mandi. " Bau donk " ! Harus banyak tidur. " Bosan dech ! Saya hanya bisa pasrah menerima nasib. Hati ini langsung ciuuuttt bukan ciaaattt lagi.  Kondisi ini sangat mengganggu aktifitas mengajar gamelan. Karena 1,5 bulan ke depan, kita harus mempersiapkan pertunjukan perdana. Mau tidak mau, suka tidak suka nasehat dokter harus dituruti. Demi kesehatan saya ikuti saran pak dokter.

Selama menderita sakit cacar, saya lebih sering curhat kepada sang pacar di Bali. Walaupun mahal karena belum ada internet seperti sekarang, suara dia adalah obat manjur. Dia dengan sabar mencoba memahami apa yang terjadi. Hanya sang pacar yang bisa menenangkan perasaan ini. Emosi ini tertunda karena sikap sabar sang pacar memberi nasehat. Sedangkan orang tuaku, secara sengaja saya tidak memberitahu. Tujuannya agar mereka tidak panik. Terutama Ibu yang selalu khawatir terhadap anak bungsunya. Saya selalu memberikan berita baik-baik saja kepada beliau. Berbohong sedikit demi kebaikan.

(Para pembaca yang budiman,  disini saya benar benar tidak bisa berbuat apa-apa. Suasana sangat sedih sekali.  Saya selalu ingat akan pacar....pacar...pacar yang selalu memberi kasih sayang dikala saya sedang sakit di Bali...tapi kali ini saya di Belgia.....untuk mengetahui suasana yg terjadi saat itu, coba klik lagu yang saya buat di tahun 96, dimana berkisah sebuah Kerinduan kepada sang pacar....lagu ini berjudul FLY....klik dibawah ini....)


 klik links dibawah ini yang menggunakan browser Firefox dan  Internet Explorer :

http://youtu.be/S591TTk54y4

(Bersambung)

Blog terkait :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar