Senin, 12 November 2012

Ciaaattt...Perjalanan menebar seni di Belgia (Bagian 3 )


"sebelum membaca postingan yang ini, mendingan baca dulu  bagian I dan II dibawah ini ya :

1. Kisah 16 tahun di Belgia (Bagian I )
2. Kisah 16 tahun di Belgia (Bagian II )



Kantor Perwakilan Indonesia di Brussel.

       Dari dalam kaca Mercedes terlihat pemandangan kota Brussel yang bersih. Lalulintas ditata rapi, mobil melintas dengan kecepatan sesuai aturan. Saya intip dari belakang pengemudi mobil. Waooo... mobil ini melaju dengan kecepatan antara 100 - 120 km/jam. Mercedes melintas dengan gagahnya. Saya tetap berusaha ‘berakting’ menjadi seorang pejabat kampungan. Pokoknya semakin mantap. Kali ini tertawa terpingkal-pingkal.....hahahahah.



     Tepat pukul 13.00 persis di depan taman yang asri terpampang nomor rumah dua sembilan empat. Mercedes ini melaju naik ke sebuah rumah putih dengan arsitektur gaya Eropa. Ini dia KBRI Brussel, Kantor Perwakilan Indonesia di Luar Negeri.  KBRI Brussel terletak sangat strategis dan nyaman. Di seberang jalan kawasan taman asri Woluwe dikelilingi 3 danau buatan. Danaunya beku tapi belum bersalju.  Pohon-pohon tanpa daun terhampar kering kerontang. Pantesan kering, bulan ini musim dingin. Banyak orang-orang ditepi danau menikmati teriknya matahari. Mereka semua memakai jaket tebal, slop tebal dan tutupan kepala berbenang wol. ih...Dingin ya ?.

      Dari dalam mercedes kelihatannya suasana seperti terasa panas dan gerah. Setelah keluar dari mobil, tubuhku langsung menggigil kedinginan. Aneh sekali, kenapa matahari bersinar dengan terangnya tapi justru tetap saja dingin. Aduh. Tambah bingung dengan cuaca di Belgia. Begitulah perasaan heran, kerap kali melintas dari pikiran seorang 'pejabat' kampungan ini. Saya melangkah, melepaskan akting pejabat kampungan, sambil merenung merubah diri kembali menjadi  sosok seniman. (seharus kalau dalam film, perubahan akting ini, harus diiringi dengan suara musik nih : jreeeng…Jroooong…. jriiiing )

     KBRI Brussel ini luas sekali ya. Pohon-pohon besar mengitari lingkungan KBRI. Kantor kelihatan  nyaman seperti rumah kita sendiri. Disebelah barat : berdiri megah Gedung Wisma Duta dengan bentuk bangunan bagaikan kastil,  ditengah : Gedung Perkantoran berlantai satu,  disebelah timur : gedung aula yang memiliki ruangan luas yang dimanfaatkan untuk pertemuan, kegiatan sosial budaya serta gedung kecil disudut berwarna putih digunakan khusus untuk pelayanan masyarakat dalam pengurusan paspor maupun visa.  

      Saya berdiri di halaman KBRI. Memandang kesana kemari dan merenung. Tiba-tiba perasaan lama terusik kembali. Tahun 1994 silam, saya pernah menginjakan kaki di KBRI Brussel ini. Namun hanya sekejap saja, jadi belum terlihat apa yang ada sebenarnya. Saya terpilih menjadi penabuh gamelan rombongan kesenian STSI Denpasar yang berjumlah 35 orang. Menebar seni keberbagai kota-kota besar  di Eropa termasuk Brussel Belgia. Saat itu, Saya sempat berangan-angan menjadi seniman yang hidup di Belgia.  Pasti mengasyikan.  Pucuk dicinta ulam tiba, sebuah harapan terwujud. Angan-angan tahun 1994 itu terjawab 2 tahun kemudian.

       Badan terasa lemas, karena kekurangan tidur. Saya duduk di ruang tamu KBRI Brussel. Ruang tamu berdekatan dengan ruang resepsionis. Suara telepon berdering hampir setiap menit yang dijawab dengan ramah oleh receptionist seorang gadis Indo.  Ruangan berkarpet merah dihiasi dominan dengan lukisan batik, patung Bali dan Candi Borobudur dalam sebuah kotak kaca. Nuansa kantor ramah tapi berani...heheheh. Di sebuah sudut ruangan, saya melihat seperangkat Gamelan Bali. Menurut informasi selama setahun gamelan itu berfungsi hanya sebagai pajangan seni. Sayang kalau tidak dimanfaatkan dengan baik.   Gamelan Bali ini akan menjadi teman kerja saya selama berada di Belgia.

        Perlu diketahui gamelan ini jenis Gamelan Gong Kebyar yaitu gamelan yang sangat populer di Bali. Kebyar artinya sangat dinamis, energik penuh semangat. Hentakan iramanya sangat agresif dan menarik. Cocok sekali dengan jiwa anak muda yang penuh dengan semangat berkesenian. Gamelan Gong Kebyar ini tergolong mini. Terdiri dari 2 gangsa/pemade, 2 kantilan, 2 jegogan, reong untuk 2 orang pemain, cengceng, kajar, sepasang kendang, satu set gong. Diukir indah dengan warna emas prada. Ukiran depan bercerita tentang Ramayana klasik, sedangkan ukiran belakang bercerita tentang cerita tantri (sebuah cerita tentang hewan dan tumbuhan dalam legenda Bali).

Gamelan Gong Kebyar KBRI Brussel

Ciaaattt Info :

Pengertian Gamelan 
Michael Tanzer, Komposer dari Kanada dalam bukuya " Balinese Music" halaman 13 mengatakan "in a general way, the word "gamelan" means orchestra or the music played by the orchestra". Gamelan merupakan orkhestra atau  sekelompok musisi yang memainkan alat musik dalam sebuah konser. Gamelan terdiri dari berbagai alat musik seperti kendang (drum), suling, rebab, gong, cengceng (cymbal) dan lain lain.

Slendro  dan Pelog (tuning system)
Khusus dalam instrument gamelan, dikenal dua laras atau skala yang umumnya digunakan di Bali dan Jawa  adalah  Slendro dan Pelog. Slendro mempunyai  5 nada per oktaf dengan jarak nada/interval hampir sama sedangkan  Pelog mempunyai 7 nada per oktaf dengan perbedaan  jarak nada/interval lebih besar. Kalau di Bali Pelog 7 nada ini digunakan dalam Gamelan Gambuh. Gamelan gambuh biasannya  mengiringi drama tari gambuh, menggunakan insturment  suling besar dengan panjangnya  75 cm. Suling ini menjadi melodi utama.  Kalau gamelan Gong Kebyar yang dimiliki oleh KBRI Brussel  memakai laras Pelog 5 nada dengan 2 oktaf. Jumlah bilah/daun gamelan adalah 10. (10 Keys).

Jenis-jenis gamelan di Bali
Di Bali, jenis-jenis gamelan ada puluhan jumlahnya antara lain :
  1. Gamelan Gong Kebyar, Kebyar bermakna cepat dan dinamis. Berlaras Pelog. Gamelan ini tergolong baru dan berkembang pesat ditahun 1920 di Buleleng. Gamelan digunakan untuk mengiringi tari-tarian seperti kebyar duduk, oleh tambulilingan. 
  2. Gamelan Gong Gede, (Gede identik dengan Besar dan Agung), berlaras Pelog. Gamelan ini dimainkan lebih dari 40 orang penabuh. Bentuk Gamelan (Pelawah) menyerupai demung Jawa. Lebih dikenal dengan Gangsa Jongkok. Ukuran bilah/daun lebih besar dari instrument Gong Kebyar. Gamelan Gong Gede merupakan leluhur dari gamelan Gong Kebyar. Fungsi gamelan ini adalah digunakan dalam upacara keagamaan dan ritual.
  3. Gamelan Angklung yaitu gamelan berlaras slendro 4 nada, yang berfungsi mengiringi upacara Ngaben (Pembakaran mayat ).
  4.  Gamelan semar Pegulingan, berlaras pelog 7 nada. Gamelan ini suara lebih halus dan manis  daripada gamelan lainnya. Gamelan dapat juga disebut gamelan palegongan. Gamelan pelegongan yang mengiringi beberapa tarian legong keraton lasem . Gamelan Palegongan inilah yang menarik hati Colin McPhee di tahun 1930 untuk mempelajari gamelan Bali. ( komposer Kanada yang pertama kali membuat kajian Ilmu  etnomusikalogi tentang Bali ).
  5. Gamelan Gender Wayang, berlaras slendro digunakan mengingrirngi wayang kulit.
  6. Ada juga gamelan yang terbuat dari Bambu di antarannya : : Gamelan Joged Bumbung, Gamelan  Jegog, Gamelan Gandrung, Gamelan Gong suling, Gamelan Gambang dan lain lain.

Belgia sebagai Pusat kesenian Bali di Eropa.

        Setelah sejam menunggu, sembari mengumbar senyum simpatik kepada para staf KBRI lainnya yang sedang sibuk, saya bertemu dengan kepala Perwakilan Republik Indonesia, Bapak Sabana Kartasasmita, Duta Besar RI untuk kerajaan Belgia dan keharyapatihan Luxembourg. Orangnya santai, akrab, tidak sombong, humor dan penuh perhatian tapi serius. Beliau mengucapkan selamat datang dan menyambut hangat kedatanganku. Ini pejabat bersahaja tapi banyak kerja. Gagasannya sangat cemerlang. Patut diacungi jempol. Mendatangkan seorang pelatih gamelan untuk memberikan kesempatan kerja kepada seniman. Saya yakin sekali bahwa inilah dia yang saya cari. Beliaulah pembuat kebijakan seniman dijemput dengan mercedes.   Dan dia pun berpesan, '' Pak Made di sini kerja sebagai guru gamelan dan tari Bali. Saya ingin mencanangkan program “Belgia sebagai Pusat Kesenian Bali di Eropa’’. Mohon misi ini disukseskan. Misi yang memerlukan ketekekunan dan dedikasi yang tinggi. Misi yang harus secara terus menerus berkesinambungan. Jangan setelah saya berhenti jadi Duta Besar, misi ini berhenti. Saya tidak mau misi ini gagal di tengah jalan ''. Pesannya memberi motivasi dan sangat inpiratif. Setiap kata diucapkan dengan serius dan jujur. Menyulut semangat dan gairah untuk bangkit dalam bertindak. Padahal masih letih karena Jet lag, tapi darah muda ini bergetar ingin segera mensukseskan misi tersebut.

         Dalam pemikiran, masih bergelayut segudang pertanyaan tentang pesan-pesan yang disampaikan tadi oleh Bapak Sabana. Karena waktu pertemuan begitu singkat, tidak ada kesempatan mengajukan pertanyaan lain.  Tak lama kemudian, saya berkesimpulan sendiri bahwa keberhasilan itu terletak dalam diri kita. Kita harus memiliki ide-ide  kreatif, adaptif dan variatif tiga kata ini adalah semboyan. Sebut saja Triatif : Kreatif, Adaptif dan Inovatif. Kreatif adalah  menciptakan sesuatu. Adaptif bersifat disesuaikan/dikembangkan, sedangkan Inovatif identik dengan terobosan baru. Kalau diterjemahkan dalam konteks berkesenian, artinya ciptakanlah karya seni yang lahir dari pemikiran kita sendiri. Karya seni yang tercipta itu diadaptasikan dengan keadaan/kondisi yang ada. Setelah teradaptasi dengan baik baru kemudian kita berikan inovasi menarik, agar tidak terlalu monoton itu-itu saja. Misalnya alat musik tiup suling dimainkan, kemudian dikembangkan/diadaptasikan dan selanjutnya diberi inovasi polesan-polesan menarik sehingga suling itu terdengar memberikan daya tarik. Semboyan ini terus terpatri didalam hati, mudah-mudahan bisa menjadi pemicu semangat. Tidak hanya sekedar  slogan murahan yang tidak bermakna. 

Rue Reimond Stijns 66, 1080 Moleenbeek

         Setelah hampir 4 Jam Saya berada di KBRI Brussel, datang dua orang pegawai KBRI menghampiri. Mereka mengatakan '' Pak Made ikut kita ya. Nanti tinggal di apartemen saya ''.  Saya Jawab :  '' Baik Pak. ''.  Kedua orang ini yang bernama Pak Udin alias Pak UU dan Pak Umar. Mereka semuanya ramah dan baik. Saya sangat merasakan keramahan mereka. Setiap bertanya selalu di jawab dengan sopan. Syukurlah bahwa di sekelilingku terdapat orang orang yang baik dan bersahabat.

        Dengan mobil khasnya mini cooper (seperti mobilnya Mr. Bean) Pak UU mempersilahkan masuk. Selama perjalanan kita bicara berbagai hal, mengenai gamelan, kendaraan umum, hingga gadis bule...heheheh. Maklum kita kan masih muda. Jadi pembicaraannya pasti seputar gadis cantik.  Pokoknya asyik. Pak UU yang mengendarai mobil sangat mematuhi aturan lalulintas. Dia selalu tenang dan santai, tidak stress, simpatik kepada pengendara lainnya. Kalau ngobrol sering sekali diselingi dengan humor-hunor segar. 

     Tiba-tiba Pak UU berhenti dilampu merah. Penyeberang jalan sedang menunggu lampu tanda penyeberangan. Mereka dengan tidak peduli satu sama lain menyebrang dengan tenangnnya. Tertib sekali masyarakat Belgia ini. Disiplin itu membuat mereka menjadi teratur. Wah. Ini patut kita tiru dikemudian hari. Menyeberang jalan dengan mematuhi lalulintas. Kendaraan umum bus dan tram lalu lalang tiada henti. Kalau saya bandingkan dengan lalu lintas di Bali. Jauh banget. Kalau kita boleh bilang :  ternyata kita jauh ketinggalan. Ketinggalan atas kemajuan transportasi Eropa. Bali adalah destinasi wisata Internasional loo. Tidak adakah prioritas  kepada masalah  transportasi ? Kenapa sih tidak bisa ? Ah, Sudahlah. nanti saja kita cari tahu kenapa Belgia transportasi baik dan lancar. 

        Sementara itu Pak Umar, orangnya kalem dan tenang. Dia memelihara jenggotnya, pikirku pasti dia seorang pemuka agama. Kalau diperhatikan orangnya tidak terlalu konservatif banget. Biasa saja. Sangat sederhana dan bergaul. Memang benar Pak Umar adalah seorang Ustad. Dia yang sering memberi ceramah agama di KBRI Brussel. Saya berharap dalam hati, mudah-mudahan saya mendapatkan teman yang baik baik semua. Pak UU dengan senyumannya yang khas dan rada simpatik mengatakan : '' kita sudah sampai nih ''.  Ini dia apartemennya. Sebuah apartemen berlantai satu. Tembok batu bata biasa. Pintu kayu warna coklat. Orang-orang berwajah Timur Tengah banyak sekali lewat disini. Ini perkampungan Arab ya pikirku ? Alamat apartemen ini adalah Rue Reimond Stijns 66, 1080 Molenbeek. Apartemen kecil ini adalah berbentuk studio. All in one. Semua jadi satu deh. Dari apartemen ini saya akan memulai kehidupan yang baru. Menempuh hidup baru dengan semangat baru. Apartemen ini kita sewa per bulan dengan harga 11.000 Bf (Belgian Franc) ini belum termasuk gas/pemanas, listrik dll.  kita share dengan pak ustad Umar. Lumayan sekali, saling meringankan beban hidup.

         Seluruh koper dan barang bawaan dari Bali sudah berada di apartemen. Koper dan barang bawaan tersebut kondisinya sangat baik. Perasaan lega dan nyaman. Saya merebahkan diri di matelas. Sambil mengambil foto sang pacar yang terselip rapi di dompet. wesss....gombal lagi. Memandang rindu bagai kumbang yang ingin menghisap madu....serrrrr. Dan sekarang waktunya istirahat. Tidur. Sssssssstttttttt....

(Bersambung)

Blog terkait :
Kisah 16 tahun di Belgia (Bagian IV)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar