Sabtu, 30 Mei 2015

Ogoh-Ogoh Mengoyang Tongtong Fair 2015




     Untuk pertama kali dalam sejarah Tong Tong Fair Den Haag Belanda, digelar  parade ogoh-ogoh Bali pada tanggal 27 Mei 2015. Ogoh-Ogoh diarak mengelilingi ruas jalan  area pintu utama Taman Malieveld, Den Haag membidik warga masyarakat yang melintas jalan utama Koningskade berseberangan dengan  Central stasiun  Den Haag.  Sebagai ikon unik dalam festival ini, 35 orang warga masyarakat Bali yang tergabung dalam komunitas masyarakat Bali ''Banjar Suka Duka - Belanda'' serentak bersemangat mengusung salah satu keunikan budaya Bali yaitu Ogoh-Ogoh. Diringi dengan gamelan Bleganjur menghentak ritme ritmis suara cengceng(cymba) agar menarik minat masyarakat setempat menghadiri Tong Tong Fair edisi yang ke-57 tahun ini.

     Ogoh-ogoh tersebut khusus didatangkan dari KBRI Brussel Belgia yang merupakan hasil karya I Wayan Candra asal Sesetan Denpasar. Ogoh-ogoh tersebut berupa Arjuna Memanah yang menggambarkan sosok ksatria yang tangguh. Sosok ini dipilih sebagai upaya membangun semangat anak-anak muda untuk tetap tangguh menghadapi berbagai tantangan dikemudian hari. Kemudian Dewi Saraswati, sebagai simbul ilmu pengetahuan yang dijadikan tuntunan hidup umat manusia didunia ini.

      Kehadiran ogoh-ogoh ini menjadi pusat perhatian warga sekitar sehingga dengan mudah menjadi daya tarik  Tong Tong fair yang berlangsung selama 12 hari dari tgl 27 Mei - 7 Juni 2015. Menurut Aranud Kokosky Deforchaux ( Artistik Direktur Tong Tong Fair) menyampaikan bahwa ogoh-ogoh ini mempromosikan sisi kreatif anak muda Bali yang memperkaya kebudayaan Indonesia di luar negeri dan ini sebuah sejarah baru di negeri Belanda, ujar Arnaud yang juga pandai menari Bali.



           Koran Belanda telegraaf edisi hari ini tgl 28 Mei 2015 mempublikasikan  foto ogoh-ogoh pada  halaman 17, menyampaikan informasi terkait tentang Tong Tong fair yang diadakan di lapangan Malieveld  selama 12 hari dengan jumlah pengunjung 100.000 orang lebih pada tahun lalu.

      Disamping parade Ogoh-Ogoh oleh Komunitas Banjar Suka Duka Belanda ini, dipertunjukan pula kesenian Bali lainnya seperti pelestarian gending Bali sekar alit/dolanan seperti Ongkek-Ongkek Ongkir, Gending Merah Putih, tari Pendet, Suling kreatif, Janger dan Genjek di Panggung Utama Tong-Tong Podium. Dalam suling kreatif ditampilkan suling Bali oleh Made Agus Wardana seniman Bali yang tinggal Belgia diiringi oleh band Gentlements's Groove sebuah grup Band Belanda pendatang baru yang merupakan gabungan musisi Belanda pengagum Indonesia. 




Tong-tong Fair  
      Tong Tong Fair pertama kali diadakan tahun 1959. Pada awalnya bernama ''Pasar Malam Besar''.  Sejak tahun 2009 Pasar Malam Besar berubah nama menjadi Tong Tong Fair. Tong tong Fair adalah Festival Eurasia terbesar di dunia yang memamerkan produk budaya, pameran foto, buku-buku, workshop, kuliner dan pertunjukan kesenian. Harga tiket dewasa Hari biasa 13,50 euro sedangkan weekend harganya  16,50 Euro. Kegiatan ini dipusatkan di Malieveld yang hanya berjarak 200 meter dari stasiun central stasiun Den Haag.

      Kegiatan ini bertujuan mengikat ‘rasa’ warga indo/blasteran, mempertemukan mereka dalam sebuah ikatan budaya antara warga Belanda dan Indonesia.  Selain itu, kegiatan ini mendorong pelestarian Budaya Hindia Eurasia dan memperluas pemahaman sejarahnya. Memahami perisitiwa demi peristiwa yang terjalin berabad-abad, mempertemukan mereka sesama Indo/blasteran kemudian membangun sebuah koneksi budaya campuran yang melahirkan kedekatan emosional antara Indonesia Belanda. 

dimuat di kompas, antara, metrobali. :


     


Kamis, 21 Mei 2015

Bangga ! Melihat anak-anak Indonesia bermain gamelan di Luar Negeri




     Setiap hari rabu, anak-anak Indonesia di kota Brussel melakukan kegiatan seni yaitu menggambar, bermain serta berlatih gamelan Bali. Kegiatan ini merupakan rutinitas untuk  mengajak anak-anak Indonesia yang berdomisili di Belgia mengenal budaya Indonesia melalui kreatifitas berkesenian. Kegiatan anak-anak Indonesia ini terwadah dalam sebuah taman bermain yang dinamakan Tamasya (Taman Anak Masyarakat Indonesia Belgia). Tamasya didirikan pada tanggal 7 Desember 2011 atas  prakarsa Ibu Sartika Oegroseno (Istri Dubes Havas Oegroseno), Kak Andi Yudha Asfandiyar (Pembina kreatif menggambar), Made Agus Wardana (Pelatih gamelan) dan DWP KBRI Brussel bertindak selaku pembimbing serta dukungan Pensosbud KBRI Brussel.

     Awal bulan Februari 2015 lalu, saya secara gencar mengajarkan sebuah gending Bali yaitu tabuh iringan tari Pendet kepada anak-anak tamasya ini. Waktu pelajaran adalah 2 jam dengan istirahat 20 menit dari pukul 15.00-17.00. Dengan susah payah saya mengajarkan anak-anak ini agar mereka mampu memainkan gending pendet yang akan dipentaskan dalam acara Perayaan Saraswati terbesar di Taman Pairi Daiza, Belgia pada tgl 2 Mei 2015.


     Waktu yang terlalu singkat membuat hati saya berdebar-debar dan ragu atas kemampuan anak-anak Indonesia ini. Tabuh iringan tari pendet memiliki kerumitan tersendiri, karena adanya dinamika musik, tempo berubah-ubah, suara keras dan lirih serta konsentrasi tinggi untuk seorang penabuh cilik seperti  grup tamasya ini.  Berbagai persoalan saya hadapi, waktu terlalu singkat, penabuh terlalu kelelahan dan terlihat bosan berlatih. Kemudian kesibukan anak-anak tentang sekolah masing-masing sehingga ada yang absen. Berlatih gamelan menjadi tersendat. Namun demikian dikala latihan kembali, saya mencoba mencuri perhatian mereka dengan memberikan les tambahan, memberikan ruang waktu untuk bercanda ria, bercerita lucu, tertawa sejenak hingga  bermain bola bersama ketika waktu istirahat. Tujuannya membangkitkan kemauan mereka serta memotivasi semangat latihannya. Saya selalu bergumam dalam hati, " Yang penting kalian senang anak-anakku, apapun akan kulakukan untukmu sayang".







     
     Alhasil sungguh diluar perkiraan saya, mereka sangt antusias berlatih. Sedikit demi sedikit gending itu dikuasai dengan cukup baik. Walaupun masih level cukup, saya selalu membesarkan hati anak-anak tersebut. Saya juga  melakukan latihan tambahan khususnya kepada penabuh yang masih kebingungan menguasai gending. Tanpa ada rasa malu ataupun segan, anak-anak ini berhasil menguasai gending pendet tersebut tanpa beban sedikitpun. Disinilah saya mulai percaya diri dan seratus persen yakin bahwa mereka pasti akan bisa melakukannya. Harapan saya menjadi kenyataan, anak-anak Indonesia ini perkembangan tekhnik menabuh dan daya ingatnya semakin kuat.

      Disamping itu yang membuat mereka sangat antusias lebih adalah dukungan orangtua mereka terutama tim DWP KBRI Brussel yang selalu hadir ditengah latihan. Menjamu semangat dengan makanan dan minuman kecil sangatlah berarti. Ini menjadi penting bukan sebagai  perhatian semata  tetapi memotivasi mereka agar berprilaku disiplin  melakukan sebuah kegiatan. Kedisiplinan itu akan membawa dampak positif terhadap pertumbuhan anak-anak itu sendiri. Semenjak  kecil akan terpatri hatinya bahwa disiplin waktu, disiplin belajar serta mencintai budaya seperti bermain gamelan akan berbekas positif dipikiran mereka hingga dewasa nanti.

     Saat yang ditunggu-tunggu telah tiba. Hari Sabtu  tanggal 2 Mei 2015 merupakan Perayaan Saraswati sebagai Perayaan Ilmu Pengetahuan bagi umat hindu Bali di Eropa. Perayaan Saraswati ini dikoordinir oleh komunitas masyarakat Bali Belgia-Luxembourg yaitu Banjar Shanti Dharma yang bekerjasama dengan pemilik Taman Pairi Daiza Belgia.  Kegiatan ini juga didukung oleh KBRI Brussel serta masyarakat Bali di Eropa. 500 masyarakat Bali dari 12 negara di Eropa (Belgia, Perancis, Belanda, Luxembourg, Jerman, Irlandia, Polandia, Norwegia, Swiss, Inggris, Swedia dan Italia)  hadir ditengah perayaan tersebut dengan mempertunjukan kesenian dan budaya Bali kehadapan ribuan pengunjung taman Pairi Daiza. Uniknya lagi ada sekitar 100 penari dan penabuh berkesempatan menunjukan kreatifitasnya dalam berkesenian menampilkan berbagai seni budaya Bali. Taman Pairi Daiza, sebagai taman budaya dunia  dan konservasi flora dan fauna yang terletak 85 km dari kota Brussel menjadi penuh sesak karena dipadati pengunjung.

       Grup kesenian yang pertama kali membuka pertunjukan kesenian tersebut adalah Tamasya KBRI Brussel. Lagi-lagi perasaan saya berdebar-debar melihat wajah tegang anak-anak Indonesia ini. Dengan penuh perhatian, saya meyakinkan mereka melalui pengeras suara,  "Anak-anak harus semangat ya".  Anak-anak menjawab dengan senyuman sambil bersiap-siap memainkan gamelan. Jadi sebelum dimulai, saya mengajak mereka melakukan latihan untuk menghilangkan perasaan tegang. Pada awal-awalnya tampak sekali mereka masih ragu-ragu dan kurang percaya diri. Tak lama kemudian keraguan itu berangsur-angsur hilang. Sedikit demi sedikit bunyi gamelan terasa lebih keras dan nyaring. Saya berdesah dalam hati, hmmm ! Wajah-wajah mungil terlihat  ceria dan ini pertanda baik.  (klik disini untuk melihat penampilan mereka pada saat masih latihan : video sebelum pertunjukan)


        Saat  yang ditunggu-tunggu telah tiba para penari pendet sudah menyiapkan diri. Para penari ini adalah anak blesteran/keturunan Belgia - Bali Indonesia. Dengan bokor/tempat bunga mereka mempersiapkan diri untuk menari. Para penari pendet ini dilatih oleh Eka Santi Dewi, seorang penari Bali yang tinggal dari Antwerpen Belgia. Gerak demi gerak terlampaui, bunyi gamelan semakin harmoni terdengar, seledet matanya sangat kuat dan penuh ekspresi. Bunga ditaburkan ke publik sebagai sambutan selamat datang.  Penonton menyambut ramah taburan bunga tersebut. Para penabuh grup tamasya kbri brussel juga sangat hebat memainkan gamelan Pendet. Pertunjukan itu berjalan dengan lancar dan baik. Anak-anak tamasya dan para penari cilik hatinya sangat senang. Para penonton memberi tepuk tangan yang tidak terhingga, para orangtua sangat bangga. Bangga akan keberanian mereka, bangga akan disiplin mereka, bangga akan kecintaan mereka kepada Budaya Indonesia. Tidak ada yang tahu, bahwa saya lebih bangga dari siapapun diantara ribuan orang yang menyaksikan pertunjukan tersebut. Kebanggaan bukan saja karena mereka mampu memainkan gamelan, akan tetapi bangga karena anak-anak Indonesia khususnya yang lahir dan menetap di Eropa ini,  bisa mempelajari tradisi budaya nenek moyangnya. Si kecilpun akan terkesan selamanya, sambil melirik kepada ketiga anak saya yang bermain gamelan  mengucapkan  "Bravo sayang, kalian telah memberikan semangat kuat untuk papa dalam berkesenian ini" 
(Klik disini untuk melihat pertunjukan final :pertunjukan tari pendet )






   



 
dimuat dikompas.com : anak-anak indonesia belajar gamelan di luar negeri





Jumat, 15 Mei 2015

Senangnya bersepeda sambil berwisata di kota brussel


Melawan bosan


      Seringkali kita melihat bahwa semangat bersepeda  biasanya hanya  di awal-awal saja.  Hangat di awal, dingin di akhir. Selanjutnya tidak lagi bersepeda karena berbagai alasan. Padahal sepedanya  mahal, aksesoris mewah, helm bersinar, slop tangan bermerk, pokoknya image itu nomor satu. Dalam bersepeda seharusnya kita bisa konsisten, sehingga manfaat yang kita peroleh  akan membuat diri kita menjadi disiplin dan semakin teratur. Tantangan utama untuk menjadi konsisten bersepeda adalah melawan kebosanan.




        Empat tahun saya bersepeda di kota Brussel tetap saja saya masih berjuang melawan rasa bosan. Saya berusaha ''memaksa'' berolahraga menggunakan sepeda menuju kantor tempat bekerja. Tidak ketinggalan berpartisipasi aktif dalam event fun bike, car free day in brussels sambil berwisata keliling kota Brussel. Walaupun demikian, rasa bosan tetap saja menghantui diri sendiri. Timbul rasa malas jika badan lemas. Saya berusaha memecut diri mengumandangkan  slogan-slogan tentang kesehatan itu mahal, mengingat biaya-biaya rumah sakit yang harus kita bayarkan sangat mahal. Maka dari  itu saya berpikir kembali untuk konsisten menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi, olahraga, penyalur hobi hingga penghibur diri. 


       
       Tak disangka  dalam empat tahun terakhir saya berhasil melawan rasa bosan. Setiap hari menuju tempat kerja menempuh jarak 8 km pp (pulang pergi) dengan kecepatan sedang dalam durasi waktu  60 menit. Bayangkan setiap harinya lemak-lemak yang ada dalam tubuh terbakar.  Kemudian tubuh menjadi segar, sirkulasi darah lancar, meningkatkan stamina tubuh dan menyehatkan jantung. Bagi saya, bersepeda merupakan pilihan ideal untuk berolahraga. Karena bisa dilakukan oleh hampir segala usia, tanpa polusi udara dan tidak mahal.  Bahkan bersepeda memberikan manfaat plus yaitu menikmati pemandangan alam serta menghirup udara bebas.

   Japanese Tower dan Paviliun Cina

       Bersepeda di kota Brussel sangatlah berbeda kondisinya. Pemerintah kota Brussel secara terus menerus memperbaiki prasarana pendukung khususnya kenyamanan bersepeda. Jalan-jalan  khusus untuk pesepeda fietspaden/Pistes Cyclabes) dibuat lebih nyaman, diperjelas dengan rambu-rambu lalulintas. Fasilitas sepeda yang disediakan yaitu Villo, sebuah penyewaan sepeda dalam jangka waktu tertentu.  Villo ini menyediakan 2500 sepeda yang disebar dekat stasiun transportasi umum.  Penyewaan menggunakan sistem pembayaran via  kartu bank dan kartu kredit.  Kalau  sewa harian  seharga 1,60 euro ; mingguan euro 7,65 ; tahunan 32,60 euro.  Pada pemakaian  30 menit pertama adalah  gratis.  Jika pemakaian lebih dari 30 menit akan ditambah biaya  0,50 euro/menit. Sepeda yang digunakan sangat ideal untuk bersepeda ditengah kota tanpa harus memakai helm pengaman.


    Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, polisi secara berkala melakukan kontrol mengintai pesepeda bandel yang tidak mematuhi peraturan lalulintas. Sekali saja anda nekat untuk menerobos lampu merah, seketika itu juga para pengendara mobil akan memaki dengan klakson. Jika ada polisi kontrol lewat pas pada saat kejadian itu, bersiaplah menerima  surat denda antara 100 euro - 150 euro  dalam 3 hari berikutnya. Disinilah kita sadar bahwa pentingnya mematuhi aturan lalu lintas.

       Musim semi pada bulan April 2015 ini sungguh istimewa. Cuaca lumayan bersahabat. temperatur antara 15 derajat - 21 derajat. Cuaca tersebut cukup adem, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Matahari tidak malu lagi bersinar, mendung memberi ruang dan waktu kepada  para pecinta sepeda ini bergerak leluasa memanfaatkan situasi dan kondisi yang cerah ini. Tepat tanggal 10 April 2015 lalu, sekumpulan pecinta sepeda warga Indonesia berjumlah 20 orang melakukan fun bike menelusuri obyek wisata Brussel seperti Atomium, Chinese Pavilium dan Japanese tower. Kegiatan ini dalam rangka meningkatkan kepedulian terhadap pentingnya berolahraga di waktu senggang setelah jam kantor usai.

      Dari boulevard de la woluwe grup pesepeda ini bergowes ria menelusuri jalan-jalan khusus bersepeda. Dengan tas punggung hitam berisi perbekalan makanan beserta minuman,   saya berpacu menggapai waktu menoleh kiri kanan selalu waspada terhadap kemungkinan disenggol mobil.   Kenapa kita perlu waspada di Brussel ? Pengalaman saya menunjukan bahwa para pengendara mobil sering melupakan pesepeda. Barangkali para pesepeda dianggap memperlambat arus lalu lintas dan kurang disiplin.  Mungkin juga pengendara mobil egois terlalu tergesa-gesa.  Ada banyak kemungkinan yang terjadi. Justru itulah, kita ambil yang positifnya saja bahwa  kita harus waspada dan  berhati-hati bersepeda. 


      Setelah  40 menit berlalu, badan berkeringat membasahi baju. Tanjakan demi tanjakan terlampaui, pohon-pohon rindang beraroma alami terlewati. Sangat mengasyikan ! Beberapa menit kemudian tibalah kita di kawasan Istana Raja Belgia Laeken dimana terletak 2 obyek turis Brussel yaitu Japanese Tower dan Chinese Paviliun. Pada tahun 1900 Raja Belgia Leopod II sangat terpesona dengan keindahan arsitektur Asia Panorama Tour Du Monde dalam Pameran Dunia Exposition Universelle di kota Paris. Leopod II berkeinginan membangun museum terbuka dengan arsitektur asia di daerah kawasan istana raja Belgia Laken. Dia menugaskan Alexander Marcel arsitek Perancis untuk membangun Japanese Tower, sebuah menara khas Jepang berbentuk pagoda buda dengan tinggi 40 m berlantai 5 terbuat dari kayu.  Japanese Tower terkesan sangat ceria berpoles warna merah merekah berbanding kontras dengan hijaunya kawasan taman. Pada tanggal 5 Mei 1905 Japanese  Tower ini dibuka untuk kalangan umum setelah pengerjaan dilakukan selama 5 tahun.



       Diseberang jalan Japanese Tower terletak Paviliun Cina berparas cantik dan ayu.  Dari kejauhan kita sudah pasti bisa mengira-ngira bangunan tersebut adalah bergaya arsitektur Cina. Ukirannya, tulisan serta penggunaan warna keemasan beserta simbul naga-naga yang menghias bangunan menjadi ciri khasnya. Paviliun Cina dibuka pertama kali untuk umum pada tahun 1913 sebagai sebuah restoran mewah. Kemudian pada tahun 1921 dan pada tahun 1922 kedua bangunan ini dijadikan bagian daripada museum kerajaan Belgia khususnya Museum of the Far East hingga hari ini.


Atomium, icon kota Brussel

      Alangkah manjanya para pesepeda menikmati cuaca cerah di kawasan hijau taman yang asri. Sebuah taman kota yang dinamakan Parc Laeken, sebagai kawasan hijau lengkap dengan fasilitas umum ruang terbuka. Letaknya berhadapan dengan  Istana Raja Kerajaan Belgia, Atomium, Brussels Expo dan Stadion Sepakbola Heysel.  Masyarakat setempat berbaur memanfaatkan kawasan ini sambil piknik di rerumputan berbekal makanan dan minuman. Dan sangat penting untuk diingat, kebiasaan masyarakatnya membuang sampah pada tempatnya lumayan disiplin sehingga taman kota menjadi bersih dan rapi. Kalau ada yang membuang sampah sembarangan, itupun hanya ulah segelintir orang bandel yang tidak memahami pentingnya menjaga lingkungan bersih dimanapun kita berada.


         Dari jarak 800 meter saya mulai melihat butiran bola bulat memantulkan cahaya matahari.  Saya memarkir sepeda sambil berfoto bersama. Mengamati dengan detai seluruh keunikan atomium ini. Inilah icon kota Brussel hasil karya arsitek Belgia Andre Waterkeyn yang dibuat dalam rangka International Exhibition of Brussels pada tahun 1958.  Atomium merupakan perpaduan seni bentuk/skulptur dan seni arsitektur. Atomium tersusun dari 9 bola baja berlapis aluminum yang tingginya 102 meter dengan masing-masing diameter bola tersebut adalah 18 meter. Rangkaian bola raksasa ini mengingatkan kita pada pelajaran fisika SMA dahulu, dimana rangkaian atom adalah molekul. Inilah yang menisnpirasi Andre Waterkeyn, karena pada masa itu tekhnologi atom dianggap sangat populer sebagai salah satu kemegahan dan modernisasi. Pembangunan atomium juga mengispirasi bangkitnya tenaga energi nuklir Belgia yang merupakan sumber energi utama. kalau travelkompas jalan jalan di malam hari, listrik menyala terang benderang sepanjang malam dan hampir tidak pernah adanya agenda pemadaman listrik untuk penduduknya.

             Bagi saya perjalanan bersepeda ini memiliki 4 manfaat besar. Pertama, saya berhasil melawan rasa bosan. Kedua saya ''memaksa diri' berolahraga, ketiga saya berkumpul bersama-teman sambil bersenda gurau, keempat saya mengenal lingkungan wisata Belgia yang mempermudah kita memahami budaya orang lain, memberi apresiasi dan mengenal sejarah atau monumen masa lalu. Tentunya sejarah masa lalu itu, ada yang baik dan buruk. Namun demikian, kita harus ambil yang baik-baik saja.

dimuat di kompas :
http://travel.kompas.com/read/2015/05/13/150418627/Senangnya.Bersepeda.Sambil.Berwisata.di.Kota.Brussel


Kamis, 07 Mei 2015

Perayaan Saraswati bergema di Belgia

Perayaan Saraswati bergema di Belgia

      Ditengah-tengah kebimbangan Bali atas gempuran budaya luar yang semakin hebat merasuk ke dalam tanah Bali, beralihnya sawah-sawah asri menjadi  pemukiman membuat masyarakatnya hanya bisa berdesah tanpa daya. Lingkungan alam Bali semakin hari semakin tergerus dengan tumbuh suburnya gedung mewah, mall glamour serta supermarket yang menggencet pasar-pasar lokal tradisional.  Tidak bisa dihindari kebimbangan itu, terus  apa yang mesti dilakukan untuk menghilangkan  kebimbangan  itu ? Salah satu jawabannya adalah dengan cara menggemakan dan mengingatkan kembali kepada publik bahwa Bali disukai berkat aktifitas agama dan budaya lokalnya, bukan karena keglamoran dan kemewahan tersebut.



      Belgia, sebagai Sentra Budaya Bali di Eropa pada Hari Sabtu, tanggal 2 Mei 2015, berjubel  500 warga hindu Bali dari 12 negara (Belgia, Belanda, Perancis, Jerman, Italia, Inggris, Irlandia, Luxembourg, Swiss, Norwegia, Polandia, Swedia) merayakan hari Raya Saraswati di Pura Agung Shanti Bhuwana - Pairi Daiza,  terletak 85 km dari kota Brussel Belgia. Kegiatan ini tidak saja penting dalam persembahyangan semata, akan tetapi menjadi momentum peringatan akan mutlaknya menggemakan kembali bahwa kebudayaan Bali bernafaskan Hindulah yang  membuat daya tarik wisatawan diseluruh dunia mengunjungi Bali.

    Perayaan Saraswati tersebut  terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama ritual keagamaan, dilanjutkan dengan Dharma Wacana dan Pesta Kesenian Bali.  Tepat pukul 11.00 dimulai dengan acara ritual keagamaan yang berlangsung khidmat dan lancar. Sebagai pimpinan persembahyangan adalah  Jero mangku Sutiawidjaya. Sarana ritual persembahyangan dibuat sederhana tanpa harus mengurangi arti dan makna simbolisnya.  Artinya kelengkapan banten disesuaikan dengan Desa Kala Patra (Desa = tempat, Kala = Waktu, Patra = keadaan/situasi kita berada). Hal paling menarik dan sepertinya tidak akan pernah dipercaya terjadi di eropa yaitu kejadian  kerauhan/trance pelelawatan Ratu Gede (Barong Ket), Ratu Ayu & Ratu Mas (Rangda) serta Ratu Alit.  Proses kerauhan/trance tersebut memiliki  energi  sangat kuat dan dipercaya memancarkan sebuah kekuatan magis.  




     Disela-sela waktu tersebut disampaikan pula Dharma Wacana oleh Duta Besar RI Swedia Bapak Dewa Made Sastrawan yang menyampaikan makna penting perayaan saraswati dan implementasinya di dalam kehidupan masyarakat modern saat ini.  ‘’ Saraswati adalah sumber ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memberikan kehidupan lebih baik kepada umatnya di dunia ini. Hari saraswati ini kita jadikan pemicu untuk tetap bersemangat mempelajari ilmu yang berguna untuk kehidupan manusia, ujar Bapak Dewa Sastrawan.

      Dari pukul 14.00 - 17.00, digelar Pesta Kesenian Bali  yang menampilkan pertunjukan gamelan dan tari Bali, pelestarian gending sekar alit/dolanan, Gamelan Bleganjur serta diakhiri  dengan Mepeed/Parade.  Berjumlah sekitar 100 penari dan penabuh dari anak-anak hingga dewasa turut aktif  menampilkan kesenian Bali  diantaranya  Grup Anak-Anak Tamasya KBRI Brussel, Sekar Jagat Indonesia Perancis, Grup Gamelan Puspa Warna Perancis, Grup Bali Puspa Jerman, Grup Banjar Suka Duka Belanda,  Saling Asah Belgia dan Banjar Shanti Dharma Belgia.






      Secara resmi pentas seni dari perayaan Saraswati dibuka oleh Kuasa Usaha ad Interim (KUAI) RI Brussel, Ignacio Kristanyo Hardojo yang menyampaikan bahwa perayaan Saraswati kali ini menjadi penting bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada publik di Eropa bahwa toleransi dan kehidupan umat beragama di Indonesia tetap terjaga meskipun mereka jauh dari negaranya, serta tetap berjalan seiring dengan keragaman budaya dan agama lainnya di Indonesia.

     Sebagai Koordinator kegiatan ini, Kelihan/Ketua Banjar Shanti Dharma Belgia - Luxembourg, Made Agus Wardana  menyampaikan bahwa sejak diresmikannya Pura ini pada tgl 18 Mei 2009, antusias masyarakat hindu Bali khususnya yang berdomisili di Eropa mengalami peningkatan sangat pesat. Tahun ini adalah perayaan terbesar dimana datang dari berbagai penjuru negara di Eropa. Masyarakat Bali tersebut, tergerak hatinya untuk datang bukan saja karena ingin sembahyang atau bertemu dengan warga mereka, lebih dari itu adalah rasa jengah/kuat mempertahankan budaya Bali sekaligus menghapus kebimbangan,  dengan melakukan aktifitas budaya yang berguna demi lestarinya kebudayaan Bali yang menjadi primadona pariwisata dunia (Ciaaattt-MB)




Kamis, 23 April 2015

Menelusuri Jejak Romantis di Paris

Menelusuri Jejak Romantis di Paris

         Sambil memegang erat pegangan tali yang tergantung diatas gerbong, penuh sesak saling berdekatan, suara rel gemuruh bersautan,  mengharuskan sikap  waspada dan berhati hati. Para penumpang antri berjejal untuk keluar gerbong menuju tujuan masing-masing. Itulah transportasi Metro (subway) di Stasiun Sint Michel  yang terkenal rumit saat  jam-jam padat penumpang  pada pukul 08.00 waktu setempat.


        Dari kejauhan di lorong stasiun sepasang remaja beraroma cinta. Saling  berbagi cerita bertutur kata mesra, tertawa penuh canda sambil mengabadikan moment keindahan mereka dengan smartphone. Seperti remaja pada umumnya mabuk selfie dari berbagai angle ; atas, bawah, samping, kiri dan kanan pokoknya bolak-balik seperti strikaan.  Sungguh senang melihat kebahagian mereka, tak perduli dengan apa yang terjadi disekelilingnya.

       Setelah keluar dari stasiun Metro Sint Michel, saya berdiri sambil memandang ke sebuah daratan ditengah sungai yang dinamakan  ÃŽle de la Cité (Baca : Il de la cite)   ÃŽle de la Cité merupakan  satu dari dua pulau alami yang pada zaman abad pertengahan menjadi pusat kota Paris. Pulau ini berbentuk memanjang seperti sebuah kapal terapung yang dikelilingi tanggul-tanggul penahan air sungai. Menurut informasi dari brosur wisata bahwa perhatian pemerintah kota Paris  terhadap kebersihan sungai Seine sangat tinggi. Terkadang tulisan dibrosur hanya wacana manis belaka, saya tidak percaya begitu saja. Tanpa pikir panjang, saya ingin membuktikan  kebenaran informasi tersebut dengan cara menelusuri pinggiran sungai Seine seorang diri. Keren sekali ! Saya terperanjat dari bawah jembatan. Bunyi riak-riak air sungai bergema memantul kedinding tembok menghasilkan suara jernih melengking. Tempat seperti inilah  memang menjadi incaran saya. Lantas dengan cepat  tangan usil saya memotret indah monument spiritual Gereja Katedral Notre Dame dari jarak 200 meter.



            Kemudian saya berbalik arah menuju bagian barat  ÃŽle de la Cité melewati jembatan paling tua di Paris yaitu Pont Neuf (Jembatan Baru). Pont Neuf didirikan pada zaman raja Perancis Henry III tahun 1578 dan dirampungkan oleh Raja Henry IV pada tahun 1607. Diatas jembatan ini, berdiri megah patung perunggu Raja Henry IV sedang menunggang kuda. Pont Neuf membentang dengan panjang 238 meter serta lebar 20,50 meter terdiri dari 12 arc (lengkungan dibawah jembatan).  Perlahan-lahan saya mengamati penataan batu berukir, lengkungan dan terheran-heran melihat goresan kreatif para pengukir batu menggunakan peralatan tidak secanggih zaman modern. Sungguh hebat !




            Selangkah kemudian, hati saya berdebar-debar. Tidak sanggup melirik kekanan karena lagi-lagi sejoli cinta bercengkrama mengalunkan lagu mabuk asmara. Mereka hanyut dalam kasih dan sayang.  Ada juga seorang perempuan sendiri, sepertinya janjian menunggu kekasihnya datang. Berulang kali selfie, chating, mengirim pesan cinta melalui teleponnya. Sungguh berbeda ketika saya pertama kali ke Eropa tahun 1996, dimana ungkapan cinta berupa tulisan tangan ditulis dalam  surat cinta disemprot dengan aroma wangi parfum cinta. Lucunya lagi, kalau kita mengirim surat cinta dari Belgia, Eropa akan diterima di Bali setelah  5 hari  kemudian. Jadi semprotan parfum cinta kedalam surat cinta harus meluber, agar bau harum setelah 5 hari tetap dihirup manja oleh sang kekasih pujaan hati.   

           Sedangkan remaja masa kini sungguh beruntung, goresan hatinya dikirim melalui internet via sms, whatsApp, facebook, viber, skype, facetime lalu diterima dengan hitungan detik pula. Kemudahan yang lain bisa mengirim  emoticon yaitu pesan emosi bergambar love, bibir merah, bunga, jempol dan banyak lagi. Kalau menurut saya pribadi, surat cinta lebih ’’berkesan’’ karena ada semprotan parfum ke lembaran surat dan perempuan akan tersipu malu. Tapi ada Jeleknya, jika parfum yang disemprotkan itu merknya sama dengan tetangga sebelah. Wah ! Bersiaplah menerima kenyataan, sambil tertawa kecil  saya melanjutkan perjalanan.




                Tiga puluh menit kemudian saya tiba di sebuah taman mungil nan cantik dan romantis. Taman itu bernama Square du vert-galant yang terletak di ujung pulau ÃŽle de la Cité (di daerah hilir sungai). Bentuknya meruncing seperti tetesan air, dihiasi dengan pohon, bangku taman, bunga dan rumput hijau. Burung-burung gembira menyambut ramah setiap tamu yang singgah di taman ini. Sebagai tempat yang tenang, inilah salah satu tempat romantis yang mesti menjadi agenda kunjungan anda. Sambil duduk di pinggiran sungai, menikmati angin sepoi-sepoi yang terbawa oleh kapal pesiar melintas di sungai Seine. Hati gundah akan terasa senang, jauh dari hiruk pikuk turis bergerombol yang selalu dibuntuti oleh pedagang acung yang menjajakan souvenir. Nah ! Jika para pembaca travel kompas ingin menikmati romantisnya Square du vert-galant ajaklah pasangan anda baik istri, suami ataupun pacar. Janganlah sendirian, karena kalau sendiri akan mengalami nasib yang sama seperti saya. Malu-malu kucing lirik sana lirik sini, karena sendirian melihat jejak romantis salah satu taman unik yang dimiliki kota Paris Perancis ini.  









Senin, 20 April 2015

Menggoyang lidah warga Belanda dengan masakan Bali

Menggoyang lidah warga Belanda dengan masakan Bali


         Bekerja dalam hal apapun kalau dikerjakan dengan passion  pasti akan menghasilkan sesuatu yang berbeda. Berawal dari kecintaan, kemudian menyukainya sehingga melahirkan  kepuasan tersendiri.  Apalagi dipicu dengan niat baik, kesabaran, ketekunan niscaya kesuksesan didepan mata. 


        Bekerja dengan passion inilah yang dilakukan oleh Ni Luh Dian Eka Suryani, 37 tahun wanita Bali mengadu keahlian masaknya dengan  membentuk ‘’Catering Enak Sekali.’’  Pada tanggal 17 Juni 2013 tahun lalu, Catering Enak Sekali secara resmi tercatat di Kamar Dagang Belanda. Dengan mengusung ‘speciality’ masakan Bali, Catering Enak Sekali adalah catering kuliner Bali pertama di Belanda. 

         Masakan Bali yang dijajakan adalah jajanan pasar seperti laklak, jaje injin, nasi campur  hingga menu Megibung.  Nasi campur disajikan dengan berbagai hidangan makanan Bali seharga 15 euro per porsi. Kemudian menu Megibung isinya antara lain :  be siap base kalas, tempe manis, taluh mebase tomat, jukut urab, sate babi lalah manis, kacang megoreng dan nasi beras merah/putih dan lain lain. Harganyapun bervariasi dari 20 euro hingga 35 euro. Semakin mahal tentu hidangannya semakin lengkap dan lezat.


        Salah satu daya tarik Catering Enak Sekali adalah pemakaian tembikar asli Indonesia. Didatangkan khusus dari Bali, tembikar-tembikar ini memberi cita rasa berbeda pada masakan yang dipanaskan diatasnya. Penggunaan daun pisang sebagai pembungkus, pemakaian kotak makan berbahan re-cycled, penyediaan piring dan alat makan yang ramah lingkungan ( bukan dari plastik ) adalah salah satu ciri khas Catering Enak Sekali.  
         Ciri khas  dan daya tarik inilah menggugah cita rasa  masyarakat Belanda berbondong menyantap hidangan di stand  Catering Enak sekali dalam acara CinemAsia Film Festival Amsterdam yang digelar pada tanggal 1 - 6 April 2015 di Amsterdam.  Sebuah ajang tahunan yang menyuguhkan film-film Asia yang sebagian besar merupakan dokumenter dan kisah nyata. Tema mereka kali ini adalah Food and Film, yang memberi kesempatan selain menonton film juga menikmati kuliner Asia itu sendiri. Di ajang CinemAsia Film Festival tahun ini, film Indonesia ‘Jalanan’ meraih Best Audience Award 2015. Sedangkan  kuliner Catering  Enak Sekali terjual ludes  dalam 2 hari. Makanan yang menjadi incaran penggemar adalah Jaje Laklak dan Tipat Cantok



            "Tidak mudah. tapi tidak juga mustahil. Satu langkah besar saya memulai usaha ini. Hal membanggakan lagi adalah  ketika Catering Enak Sekali mejadi Juara 1 Peserta Bazaar Makanan dalam Pesta Rakyat Indonesia yang diselenggarakan oleh KBRI Den Haag di Wassenaar  tahun lalu. Sejak saat itu, Catering Enak Sekali sudah beberapa kali menjamu tamu-tamu KBRI Den Haag dalam acara-acaranya, ujar Luh Dian penuh semangat.




Promosikan cita rasa otentik Bali


      Masakan Indonesia sangat populer di negeri Belanda. Restoran Indonesia berlomba lomba menyajikan makanan khas indonesia. Setiap restoran Indonesia sudah pasti menyajikan  menu nasi goreng, bakso, gado gado, sate dan rendang. Namun warga Belanda sangat susah mencari masakan asli Bali. Diantara faktor yang menjadi incaran utama pecinta kuliner Bali di Belanda adalah cita rasa otentik, aroma rempah,  penggunaan alat makan bukan dari plastik serta pelayanan ramah dan  jujur Nak Bali yang terkenal itu. 

       Catering Enak Sekali, memiliki semua yang tersebut diatas. Dari rasa hingga pelayanan selalu menjadi prioritas utama. Penggunaan rempah bumbu Bali dengan gampang ditemui di supermarket atau mini market terdekat. Hanya saja bambu khusus seperti batang sate lilit yang masih didatangkan khusus dari Bali. Yang pasti semua keaslian cita rasa dapat disajikan seperti halnya di tanah Bali sendiri.

     Aktif dan rajin promosi kuliner Bali akan menjamin kuliner Bali tersebut berada  dekat di hati masyarakat Belanda. Oleh karena itu, sekecil apapun upaya yang dilakukan  oleh Catering Enak Sekali akan menjadi jembatan emas promosi kuliner Indonesia yang pada akhirnya sanggup mengoyang lidah warga Belanda sambil berucap "Wao ! Enak Sekali".
(Ciaaattt-MB)





Rabu, 15 April 2015

ini alasan sekolah asing menggemari budaya Indonesia.

Karakter sering merujuk kepada ciri khas seseorang. Karakter juga dipahami sebagai perilaku keseharian seseorang yang tergambar  abadi dalam diri sendiri. Gambaran itu berupa sikap tingkah laku setiap hari dalam melakukan aktifitas yang bersifat baik maupun buruk. Karakter ini dihasilkan dari sebuah pembelajaran aktifitas kehidupan  di sekolah, di rumah, di masyarakat dan lingkungan dimana kita berada. Di sekolah Eropa khususnya Belgia, pembentukan karakter sering menggunakan metode pembelajaran seni budaya asing. Seni budaya yang berkembang di Belgia dijadikan materi  pembelajaran  untuk pembentukan karakter tsb. Salah satunya adalah seni budaya Indonesia.



Pada bulan Februari dan Maret lalu 2015, KBRI Brussel, British School of Brussels  (BSB) dan Dharma Wanita  KBRI Brussel telah  mengadakan pembelajaran seni budaya Indonesia. Adapun pelatihnya adalah Ibu Rosa untuk angklung dan Made Agus Wardana untuk gamelan dan kecak. Berjumlah 90 murid tingkat sekolah dasar secara intensif mempelajari seni budaya Indonesia di Aula KBRI Brussel.  Seni Budaya Indonesia menjadi pilihan utama mereka. Menurut Fiona, Direktur Departemen Musik BSB, Seni Budaya Indonesia terutama Angklung, Gamelan dan Kecak sangat tepat dijadikan materi pembelajaran.  Adanya nilai nilai moral dan etika, sopan santun serta menghargai budaya lain menjadi ciri khas budaya Indonesia.   Angklung misalnya, kita diajarkan memainkan dengan nuansa kebersamaan tanpa individu. Masing-masing pemain memegang satu instrumen dengan nada do, re, dans etrusnya.  Kita tidak mungkin main sendiri, tapi kita main secara bersama-sama membentuk harmoni. Nilai itulah yang kita kembangkan, ‘’ ujar Fiona.


Gamelan Bali memiliki jumlah pemain 24 orang dan masing-masing pemain memainkan instrument yang berbeda-beda. Ada yang memainkan bagian melodi, gong, kendang (drum), cengceng (cymbal) dan lain lain. Untuk penabuh pemula, memainkan gamelan Bali butuh waktu lama dalam menguasainya. Kadang-kadang murid menjadi bosan dan tidak suka.  Namun demikian, pada tahap awal murid-murid ini dibekali melatih kesabaran sambil menunggu giliran mendapatkan pelatihan. Satu demi satu murid murid dilatih dengan tempo pelan, sampai akhirnya menguasai tekhnik memukul gamelan yang benar. 

Disinilah, pentingnya seorang guru seni yang sabar. Bagaimana caranya melatih jiwa  atau karakter mereka dalam bermain gamelan. Guru harus memberikan suasana "senang" kepada anak didiknya. Humor segar selalu diselipkan dalam setiap penjelasan.  Ini sangat berguna  untuk menahan konsentrasi mereka supaya terfokus untuk belajar gamelan itu sendiri. Materi seni yang dimainkan adalah tingkat dasar,  sehingga mereka dengan cepat dapat menguasai/membunyikan gamelan bali tersebut. Guru juga harus pandai-pandai membuat anak didiknya agar  menjadi  terkesan dan terhibur dalam pembelajaran tersebut.




Materi seni yang paling disukai oleh murid BSB dalam pembelajaran seni budaya ini adalah tari kecak. Kecak adalah seni tari, musik, drama. Awal-awalnya kalau mereka mendengarkan kata menari, murid yang laki laki terutama selalu bereaksi kurang suka. Setelah diberi penjelasan bahwa kecak adalah sebuah tarian kecak yang memerlukan energi, pendramaan, bersemangat, lucu dan banyak humor disaat itu pula mereka serentak bersemangat.

Dalam kecak, murid dibagi menjadi 3 kelompok. kelompok pertama menyanyikan Cak telu/tiga, kelompok kedua cak besik/satu dan ketiga Cak Pitu/tujuh, ketiga model cak tersebut kalau dinyanyikan bersama akan menghasilkan bunyi cak ritmis yang saling bersahutan. Dengan tempo pelan, jari tangan bergetar, meliuk-liuk seolah-olah suasana api membara atau riak riak air kemudian menggelengkan kepala sambil tersenyum, mata melotot, bahu berjingkrak jingkrak keatas mereka sudah  terhipnotis  dengan ritme Cak Cak Cak PungPung, Cak Cak Byuk Sir. Walaupun bunyi Cak tersebut tidak mengandung arti, hanyalah ritme saja, mereka tetap saja bersemangat sambil menutup kecak dengan bunyi Cak Cak Byuk Sir.  Tepuk tangan tiada henti, pertanda mereka senang dan terkesan dengan apa yang mereka pelajari. Banyak hal yang ditemuinya, didapat dan sudah barang tentu akan terpatri selamanya di dalam hati sanubari murid murid tersebut.


Membina karakter sejak dini
           
            Ada yang patut dibanggakan oleh kita sebagai warga Indonesia. Kebudayaan kita dicintai dan dijadikan pedoman pembentukan karakter anak didik di negeri orang. Kebudayaan yang berakar dari kearifan masa lampau memberikan ketauladanan dalam aspek kehidupan tidak saja di Indonesia bahkan di luar negeri. Kadangkala kita juga ikut sedih. Karena sebagian orang kita sendiri masih menganggap budaya kita kuno dan ketinggalan zaman.


Kegiatan yang dilakukan BSB ini, adalah sebuah bukti kebudayaan Indonesia bukanlah kuno atau ketinggalan zaman. Mereka mengetahui  bahwa musik angklung, musik gamelan dan tarian kecak dapat membuat  mereka senang. Mereka paham akan nilai positif yang muncul berkat pembelajaran seni budaya Indonesia tersebut. Murid-murid  terlihat gembira membangun kecintaan, menyenangi budaya orang lain sehingga karakter mereka terbina dengan baik sejak usia dini. (Ciaaattt-MB)