Kamis, 07 Mei 2015

Perayaan Saraswati bergema di Belgia

Perayaan Saraswati bergema di Belgia

      Ditengah-tengah kebimbangan Bali atas gempuran budaya luar yang semakin hebat merasuk ke dalam tanah Bali, beralihnya sawah-sawah asri menjadi  pemukiman membuat masyarakatnya hanya bisa berdesah tanpa daya. Lingkungan alam Bali semakin hari semakin tergerus dengan tumbuh suburnya gedung mewah, mall glamour serta supermarket yang menggencet pasar-pasar lokal tradisional.  Tidak bisa dihindari kebimbangan itu, terus  apa yang mesti dilakukan untuk menghilangkan  kebimbangan  itu ? Salah satu jawabannya adalah dengan cara menggemakan dan mengingatkan kembali kepada publik bahwa Bali disukai berkat aktifitas agama dan budaya lokalnya, bukan karena keglamoran dan kemewahan tersebut.



      Belgia, sebagai Sentra Budaya Bali di Eropa pada Hari Sabtu, tanggal 2 Mei 2015, berjubel  500 warga hindu Bali dari 12 negara (Belgia, Belanda, Perancis, Jerman, Italia, Inggris, Irlandia, Luxembourg, Swiss, Norwegia, Polandia, Swedia) merayakan hari Raya Saraswati di Pura Agung Shanti Bhuwana - Pairi Daiza,  terletak 85 km dari kota Brussel Belgia. Kegiatan ini tidak saja penting dalam persembahyangan semata, akan tetapi menjadi momentum peringatan akan mutlaknya menggemakan kembali bahwa kebudayaan Bali bernafaskan Hindulah yang  membuat daya tarik wisatawan diseluruh dunia mengunjungi Bali.

    Perayaan Saraswati tersebut  terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama ritual keagamaan, dilanjutkan dengan Dharma Wacana dan Pesta Kesenian Bali.  Tepat pukul 11.00 dimulai dengan acara ritual keagamaan yang berlangsung khidmat dan lancar. Sebagai pimpinan persembahyangan adalah  Jero mangku Sutiawidjaya. Sarana ritual persembahyangan dibuat sederhana tanpa harus mengurangi arti dan makna simbolisnya.  Artinya kelengkapan banten disesuaikan dengan Desa Kala Patra (Desa = tempat, Kala = Waktu, Patra = keadaan/situasi kita berada). Hal paling menarik dan sepertinya tidak akan pernah dipercaya terjadi di eropa yaitu kejadian  kerauhan/trance pelelawatan Ratu Gede (Barong Ket), Ratu Ayu & Ratu Mas (Rangda) serta Ratu Alit.  Proses kerauhan/trance tersebut memiliki  energi  sangat kuat dan dipercaya memancarkan sebuah kekuatan magis.  




     Disela-sela waktu tersebut disampaikan pula Dharma Wacana oleh Duta Besar RI Swedia Bapak Dewa Made Sastrawan yang menyampaikan makna penting perayaan saraswati dan implementasinya di dalam kehidupan masyarakat modern saat ini.  ‘’ Saraswati adalah sumber ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memberikan kehidupan lebih baik kepada umatnya di dunia ini. Hari saraswati ini kita jadikan pemicu untuk tetap bersemangat mempelajari ilmu yang berguna untuk kehidupan manusia, ujar Bapak Dewa Sastrawan.

      Dari pukul 14.00 - 17.00, digelar Pesta Kesenian Bali  yang menampilkan pertunjukan gamelan dan tari Bali, pelestarian gending sekar alit/dolanan, Gamelan Bleganjur serta diakhiri  dengan Mepeed/Parade.  Berjumlah sekitar 100 penari dan penabuh dari anak-anak hingga dewasa turut aktif  menampilkan kesenian Bali  diantaranya  Grup Anak-Anak Tamasya KBRI Brussel, Sekar Jagat Indonesia Perancis, Grup Gamelan Puspa Warna Perancis, Grup Bali Puspa Jerman, Grup Banjar Suka Duka Belanda,  Saling Asah Belgia dan Banjar Shanti Dharma Belgia.






      Secara resmi pentas seni dari perayaan Saraswati dibuka oleh Kuasa Usaha ad Interim (KUAI) RI Brussel, Ignacio Kristanyo Hardojo yang menyampaikan bahwa perayaan Saraswati kali ini menjadi penting bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada publik di Eropa bahwa toleransi dan kehidupan umat beragama di Indonesia tetap terjaga meskipun mereka jauh dari negaranya, serta tetap berjalan seiring dengan keragaman budaya dan agama lainnya di Indonesia.

     Sebagai Koordinator kegiatan ini, Kelihan/Ketua Banjar Shanti Dharma Belgia - Luxembourg, Made Agus Wardana  menyampaikan bahwa sejak diresmikannya Pura ini pada tgl 18 Mei 2009, antusias masyarakat hindu Bali khususnya yang berdomisili di Eropa mengalami peningkatan sangat pesat. Tahun ini adalah perayaan terbesar dimana datang dari berbagai penjuru negara di Eropa. Masyarakat Bali tersebut, tergerak hatinya untuk datang bukan saja karena ingin sembahyang atau bertemu dengan warga mereka, lebih dari itu adalah rasa jengah/kuat mempertahankan budaya Bali sekaligus menghapus kebimbangan,  dengan melakukan aktifitas budaya yang berguna demi lestarinya kebudayaan Bali yang menjadi primadona pariwisata dunia (Ciaaattt-MB)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar