Kamis, 25 Oktober 2018

Pegok terpesona dengan konser "Ciaaattt...Gumin Anake"






Gending Sarung alus Janger Pegok sangat indah untuk diperdengarkan kembali. Warga hanyut dalam belaian gending kuno berparas otentik membuat mereka bernostalgia dengan janger Pegok tempo dulu.  Gerak tari janger yang "tekek" dan suara vokal "jangrangi janger" membangkitkan kembali taksu Janger Pegok yang sudah dikenal sejak tahun 1930an.

Itulah salah satu program pelestarian gending janger kuno yang menjadi bagian dari konser Ciaaattt...Gumin Anake yang dikoordinir oleh Bli Ciaaattt (Made Agus Wardana) pada hari Sabtu, 13 Januari 2018 di Bale Banjar Pegok Sesetan Bali. Bli Ciaaattt yang bermukim di Belgia adalah seniman Bali yang sudah menetap 22 tahun di kota Brussel Belgia. Mengemban tugas menebarkan budaya Bali di berbagai kota hingga pelosok desa, dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Pengalaman berkesenian selama 22 tahun telah berkontribusi sangat positif terhadap  promosi kebudayaan Bali Indonesia. Hal tersebut memunculkan berbagai grup kesenian Bali yang secara rutin mempelajari gamelan dan tari Bali. Berbekal pengalaman tersebut, Bli Ciaaattt membuat konser perdana di Bali  yang berjudul  Ciaaattt...Gumin Anake. Konser ini merupakan rangkuman perjalanan budaya yang diselingi dengan video wisata kota Paris dan Brussel, pemuteran video janger pegok 1937 serta perkembangan Hindu Bali di Pura Agung Santi Bhuwana Belgia.

Tidak ketinggalan penampilan 'Cak' anak-anak Pegok berjumlah 85 orang dibimbing oleh  I Made Widiarta (PNB art) yang memukau penonton dengan gerak lucu serta suara vokal keras melengking dan bersahaja.  Para orang tua mereka dengan setia menyaksikan petunjukan hingga larut malam.



Suling dan Gamut
Semenjak berada di eropa, Bli Ciaaattt tidak henti-hentinya berkarya menggunakan suling untuk mencoba sesuatu yang baru. Berawal dari pertunjukan suling perdana tahun 1999 dalam sebuah acara konser perdamaian yang dilakukan di panggung terbuka kota Brussel silam. Suling Bali yang menggunakan tekhnik Ngunyal Angkihan mampu menarik para pemusik belgia untuk melakukan kolaborasi. Munculah kemudian berbagai karya Bli Ciaattt yaitu : kangin kauh (1999), Suling tsunami (2005), suling tunggal (2007), Dwi Smara (2008) dan Getaran Hati (2017).

Penampilan suling Bali Bli Ciaaattt yang diiringi alunan melodi pianist kenamaan Nita Aartsen, petikan gitar  Twin Brother Adi premana dan Dwi Permana sangat solid mengiringi kecepatan melodi suling serta hentakan kendang sunda yang dimainkan secara apik oleh Bli Ciaaattt. Penonton terkagum, anak-anak terhipnotis, dan merekapun memberikan tepuk tangan tiada hentinya.

Sementara itu, Gamut (Gamelan Mulut) sebuah karya terbaru dari Bli Ciaaattt sangat menghibur dengan suara vokal khas memainkan bahasa musik. Kelucuan bertabah lagi ketika penampilan warga Belgia Gabriel Laufer menampilan duet Gamut. Gerak tingkah lucu Gabriel membuat penonton terbahak sepanjang pertunjukan, sambil melantukan Gamut dengan ritme yang khas.


Konser mendidik
Hadir dalam konser ini diantaranya  Tokoh masyarakat, Ibu Lurah Sesetan, Kelihan Dinas, Kelihan Suka Duka Banjar Pegok, STT Widya Bhakti Br. Pegok, PNB Art,  sesepuh seniman Janger dan para penggemar Ciaaattt.  Menurut I Made Widra seorang tokoh masyarakat Pegok menyampaikan kebanggaannya kepada generasi muda Pegok yang telah sanggup melestarikan Janger Pegok hingga sekarang ini. Apalagi diselingi dengan pemahaman sejarah, cerita kehebatan seniman janger yang menjadi sumber inspirasi. Kehadiran anak-anak Pegok dalam konser ini  sangat mendidik dan membantu pembentukan karakter anak anak tersebut yang sedang tumbuh dan rentan terhadap modernisasi zaman now. (Ciaaatt)




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar