Menyadarkan orang untuk perhatian
terhadap pelestarian lingkungan hidup sepertinya bukan hal yang mudah. Rendahnya niat baik, tingginya sikap cuek melengkapi
gagalnya gerakan sadar lingkungan tersebut. Sebut saja, sampah plastik yang
berserakan diberbagai tempat seakan menjadi menu harian tanpa terganggu dengan
plastik tersebut. Sebagian masyarakat pun nyeletuk bahwa itu bukan pekerjaan
saya. Ada petugas kebersihan kok, mereka itu dibayar. Sangat memprihatinkan bukan
? Tapi ada sebuah festival yang berinisiatif mengingatkan kita pentingnya kesadaran
lingkungan yaitu Festival Tepi Sawah.
Angin
berhembus sejuk menyapa hati di tepi persawahan hijau. Saya duduk manis disebuah
gubuk bambu yang dinamakan Kubu. Kubu ini terletak menonjol diujung barat yang
merupakan bagian dari kawasan vila cantik yang bernama Omah Apik. Vila ini terletak
tersembunyi di lingkungan pedesaan Pejeng, Kabupaten Gianyar Bali hanya 2 km
dari obyek wisata Goa Gajah. Ditempat ini para pembaca pasti mendapatkan nuansa
alam Bali yang murni dan lingkungannya bersih. Dan sayapun berharap
mudah-mudahan tidak ada lagi pembangunan vila, hotel atau sejenisnya, cukup
segini saja.
Kehadiran
saya di Vila Omah Apik ini untuk berpartisipasi dalam Festival Tepi Sawah
tanggal 3 - 4 Juni 2017 lalu. Festival Tepi
Sawah diproyeksikan sebagai sebuah pagelaran kesenian tahunan berorientasi ramah
lingkungan yang melibatkan seniman beragam yang berkolaborasi, berkarya dalam
kebersamaan. Banyak seniman
kondang dan kesohor disini hadir, dari yang tradisional hingga fenomenal, dari
yang anyar hingga yang tenar. Sayapun menyelip diantara para seniman tersebut meniup
suling melengking dan memainkan kendang dalam beberapa slot waktu yang
disediakan.
Adapun seniman tersebut diantaranya : Dewa Alit, Bona Alit, Tompi, Ivan
Nestorman, Nita Aartsen, Kecak Kobagi, Jasmine Okubo, Doddy Sambodo, Dodot
& Barok, Gustu Brahmanta, Sisca Guhzeng, Brahma Diva Kencana, Marlowe
Bandem, Janger Emoni, Fascinating Rhythm Community dan lain-lain.
Festival ini digagas oleh tiga pelaku seni yaitu Pianis Nita
Aartsen, pemilik Omah Apik Eta Widiyanto dan
Anom Darsana (sound engineer). Ketiganya berharap elemen kreatif dari
festival ini dapat berintegrasi dengan edukasi dan implementasi tentang environmental
sustainability dikalangan anak-anak hingga dewasa. Disamping itu festival
ini menawarkan suguhan aneka kuliner Indonesia, art market, workshop budaya,
program edukasi Bali Bersih dan program pro lingkungan lainnya.
Nita Aartsen dan
Suling Bali
Saya sangat beruntung memperoleh kesempatan tampil di
Festival Tepi Sawah yang pertama kali diadakan. Inipun berkat jalinan
persahabatan dengan pianis ternama Indonesia Nita Aartsen. Persahabatan itu
terjalin erat ketika kita berdua mengikuti even budaya dan konser di negeri Belgia maupun Belanda pada tahun lalu. Dengan jari jemari
lentik, lincah dan berenergi Nita mampu menyuguhkan kemahirannya yang memukau publik sepanjang pertunjukan. Disamping
itu pula, kepribadian yang baik, rendah hati dan bertalenta membuat para
penonton bersimpati kepadanya.
Sekitar pukul 22.00 saya mendapat giliran memainkan
suling Bali yang diiringi oleh Nita Aartsen (Piano), Gustu Brahmantara (Drum)
dan Doddy (Bass). Seperti biasa saya mengobral cerita cara memainkan suling, menjelaskan
tekhnik Ngunjal Angkihan (Circle Breathing), yaitu tekhnik memainkan suling
secara terus menerus tanpa terputus. Cerita penjelasan tersebut adalah obat
manjur untuk mencuri perhatian penonton agar mereka tidak ngobrol selama
pertunjukan dan mengapresiasi aksi kita diatas panggung. Alhasil, lumayan
membuat penonton terbahak, menjadi penasaran dan tentunya menghangatkan
suasana.
Instrumental
suling yang saya mainkan berjudul Shiwi,
cerita seorang putri cantik dari bumi impian yang diciptakan Desember 2009 karya
Bli Ciaaattt di kota Brussel Belgia. Komposisi suling ini menonjolkan wewiletan (pengembangan dari melodi
pokok) yang cepat dan akurat. Piano memberi aksen kuat bergaya samba, sedikit sexy
dan bergairah . Drum dan bass menyambut dengan hentakan ngejazz kuat bernuansa
amerika latin tapi terasa berenergi Bali.
Dalam Shiwi ini,
saya berusaha merefleksikan emosi cinta melalui olah gerak yang saya sebut
Ngerijig. Gerakan Ngerijig yang
artinya kaki dijinjit bergerak kekiri
dan kekanan yang disesuaikan dengan irama dan tempo melodi. Bergerak seolah-olah menggoda si putri
Shiwi yang cantik nan jelita diseluruh jagatraya. Ketika melakukan Ngerijig dengan alunan suling, saya
sering mengintip reaksi penonton, mereka terlihat tidak saja serius mendengarkan
suling cepat yang saya mainkan, tetapi juga merespon positif gerak Ngerijig yang saya tampilkan. Klik video
shiwi : https://www.youtube.com/watch?v=xbKOxgIpxtk
Tompi vs Gamut
Dalam sesi berikutnya tibalah
super star dalam festival ini yaitu penampilan penyanyi tenar Tompi.
Saya sendiri belum kenal sama sekali dengan beliau ini yang memiliki suara emas
dan indah ini. Tiba-tiba dalam satu kesempatan, Tompi mengundang saya memainkan
kendang sunda untuk berinteraktif. Saya bersiap-siap berpikir untuk meladeninya,
akan tetapi jari tangan terasa sakit dan tidak mungkin menghentak lagi. Tercuat
ide saya mengambil microphone dan melantunkan aneka suara ritmis cak, aneka angsel
gamelan Bali, suara gong yang dinamakan Gamut. Gamut kepanjangan dari Gamelan
Mulut. Gamut ini berceloteh bebas meniru bunyi nada gamelan dengan angselnya
(perubahan tempo), bunyi gong, bunyi kendang,
bunyi cengceng (cymbal) dan bunyi instrumen gamelan lainnya.
Tompi dengan menggunakan suara vokal yang unik, beradu
asyik dengan Gamut. Publik sudah tercuri hatinya dengan bunyi nada yang kita
padukan. Tompi juga mengeluarkan jurus-jurus kocak, yang saya respon dengan
bahasa Gamut apa adanya. Penonton benar-benar terusik dengan ulah kita yang penuh
canda nan ceria. Semua itu diluar skenario pertunjukan dan hanya improvisasi interaktif
dalam 5 menit. Ternyata, penonton sangat
mengapresiasi improvisasi tersebut, dan
kitapun berpelukan sebagai ungkapan kebahagian bahwa improvisasi yang kita
mainkan mendapat tempat di hati penonton yang setia menyaksikan kita. Untuk
melihat penampian Tompi vs Gamut silahkan klik di links video dibawah ini : https://www.youtube.com/watch?v=glSq-Vh46kc
(made agus wardana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar