Hmmm…!
enak, segar dan terasa lega melepas dahaga. Saya meneguk sebotol smoothie
kiwi bercampur yoghourt nature dengan tekstur bubur. Seharga 4 euro,
cukup untuk mengisi energi selama 2 jam. Smoothie adalah minuman sari buah atau
sayur yang berserat tinggi. Berbeda dengan jus biasa, yang kandungan seratnya
lebih rendah. Smoothie lebih nendang dan membuat perut kenyang melayang.
Namun demikian keduanya memiliki kesamaan yaitu minuman berserat sehat
untuk tubuh kita.
Kecintaan
saya terhadap smoothie khususnya rasa kiwi, mengingatkan akan pelukan mesra sang istri tercinta. Apa coba
hubungan antara pelukan istri dan rasa kiwi ? Sekedar ilustrasi saja bahwa sekali berpelukan, rasa asem kiwi akan terasa
manis hingga hati kesemsem mengembang bagai balon. Pengen meledak
ledak. Maka dari itu pembaca,
sering-seringlah minum smoothie
rasa kiwi ada dua keuntungannya, pertama sehat, kedua cinta anda akan kesemsem meledak-ledak. Ember
!
Seiring
dengan berjalannya waktu, saya melangkah keluar dari stasiun Amsterdam
Central. Tiba-tiba saja, Braaak ! Nguing
! Kuping saya menabrak pintu keluar karena terdorong desakan para penumpang
lainnya. Saya kaget rada kesel dan menoleh seseorang. Ternyata yang nabrak
menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Dari sorot matanya yang
tajam, gerak tingkah anggun, tersirat keramahan sepertinya dia seorang yang
berbaik hati. Cantik inside terpancar cantik outside. Cieee…!
Tanpa basa basi dia terlihat tergesa-gesa, menebar senyum dan lenyap dari
kerumunan orang. Mimih !
Aduh ! Kuping
saya terasa sakit dan masih berdengung. Saya pegang dan pijat sesaat secara
pelan-pelan. Tak lama kemudian, saya teringat dengan cerita tragis pelukis
besar Belanda yaitu Vincent Van Gogh. Kupingnya dipotong sendiri karena sakit
hati merasa hidupnya penuh derita. Derita yang berkepanjangan, muram karena
karya lukisannya tidak mendapat apresiasi yang layak, tidak berhasil dalam
memperoleh pasangan hidup dan lain-lain. Pokoknya depresi ingin bunuh diri.
Kasihan !
Siapa
sangka pula bahwa setelah kematian van Gogh, terbentang cerah sebuah
kemasyuran. Lukisannya menjadi termasyur
sepanjang masa. Termasyur karena
memiliki identitas, goresan bentuk distorsi, warna dinamis, berkarya penuh emosi, penggunaan warna tak
lazim, melukis obyek yang selalu tidak menyenangkan dan berani beda. Nah, untuk
mengetahui lukisan Vincent Van Gogh lebih lanjut, saya ingin mengajak para
pembaca mengunjungi museum Van Gogh di kota Amsterdam. Mau Ikut ?
Face to face dengan Van Gogh.
Jangan berharap akan selalu menyenangkan, disaat
mengunjungi museum van gogh tanpa persiapan sebelumnya. Antrian panjang yang
mengular di depan loket karcis hingga ratusan meter terlalu lama. Terkadang melelahkan dan waktu habis terbuang.
Untuk itulah, air mineral wajib dibawa, kesabaran harus dikantongi, atau
gunakan waktu membaca informasi museum
dan membeli tiket secara online.
Di dalam ruangan museum, wajah lesu Vincent Van Gogh terpampang
dalam portrait dirinya dengan goresan garis terputus-putus. Senyumnya mahal banget, menunjukan ekspresi
sesungguhnya muram dan keputusasaan. Vincent melukis portret dirinya lebih dari
30 lukisan, tetapi dipajang dimuseum ini hanya beberapa saja. Potret diri
bukanlah narsisme seperti selfie jaman sekarang, melainkan sebagai introspeksi atas hidupnya serta untuk melatih
keterampilan tekhnik melukis.
Kemudian
alat melukis, cerita kehidupan pribadi, foto keluarga,
tempat-tempat yang pernah dia kunjungi bahkan surat-surat yang ditulis ketika curhat
dengan adiknya Theo tersebar diberbagai tempat dengan deskripsi lengkap dan
informatif. Pihak museum memang sangat
lihai menyuguhkan informasi pelukis van gogh, semua serba profesional, jelas,
terpercaya hingga larangan-larangan tertentu.
Salah satu larangan itu adalah tidak boleh memotret
didalam museum, kecuali dilakukan di ‘’foto corner’’ yang disediakan dengan
latarbelakang Lukisan Van Gogh. Sekali-kali saya melihat pengunjung bandel
memotret lukisan tanpa ada yang menegur. Ketika giliran saya bandel, seorang
petugas dengan ramah menegur saya. Sayapun malu berwajah sendu, menyelinap
diantara kerumunan pengunjung. Kasihan
dech gue !
Selangkah kemudian saya berada dalam ruangan bernuansa
gelap. Suasana sunyi walaupun banyak orang. Terlihat salah satu lukisan yang
saya cari adalah De aardappeleters (Potato Eaters, 1885). Lukisan yang
menyuguhkan sisi pahit figur keluarga petani kentang. Terlukis dengn dominasi
hitam, raut muka para petani dengan lengan berotot alami, tampak lusuh, hanya
diterangi oleh lampu gantung samar-samar. Bagi Vincent sendiri, sesungguhnya
para petani sebagai kaum marjinal itu adalah sesosok para pekerja keras. Terinspirasi
dari kaum marginal lukisan De Aardappeleters merupakan lukisan awalnya yang
tidak memperoleh apresiasi tetapi kemudian
menjadi beken diseluruh dunia.
Impresionisme dan Ekpresionisme
Apa sih Impresionisme dan Ekspresionisme dalam
lukisan Van Gogh ? Jika Van Gogh tidak mengikuti kakaknya ke Perancis,
barangkali lukisan Van Gogh tidak setenar sekarang. Dari Perancis, dia
terpengaruh oleh aliran Impresionisme yang telah berkembang sejak tahun 1860
oleh Claude Monet yang mengawali lukisan berjudul Impression
Sunrise. Penggunaan warna warna cerah, kuatnya pencahayaan, obyek lukisan
terlihat selintas, merupakan ciri khas aliran ini. Dari sinilah Van Gogh merubah sedikit gaya
lukisannya menjadi lebih cerah, sangat berbeda dengan lukisan sebelumnya yang terlukis
suram dan gelap.
Terus bagaimana dengan ekspresionisme
dalam lukisan Van Gogh ? Ketidakbebasan berkarya dalam era aliran
impresionisme membuat Van Gogh mengubah aliran menuju ekspresionisme. Perasaan emosi berlebihan, bathin yang
terkoyak, kesedihan yang teramat digoreskan pada kanvas yang sangat fenomenal. Lihat saja lukisan
yang terkenal The Starry Nigh (188), Sunflowers
(1888) semua muncul dalam ekspresi bathinnya. Apalagi ketika dia berada
dalam tekanan mental dan dirawat di RS. Saint Paul-de-Mausole -
Saint-Rémy-de-Provence, Perancis membuat dia justru tetap melukis mengekspresikan
dirinya tentang apa yang terjadi disekitarnya terlukis melalui penggunaan warna
warna yang sangat kuat dalam lukisannya.
(Made Agus Wardana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar