Kamis, 23 April 2015

Menelusuri Jejak Romantis di Paris

Menelusuri Jejak Romantis di Paris

         Sambil memegang erat pegangan tali yang tergantung diatas gerbong, penuh sesak saling berdekatan, suara rel gemuruh bersautan,  mengharuskan sikap  waspada dan berhati hati. Para penumpang antri berjejal untuk keluar gerbong menuju tujuan masing-masing. Itulah transportasi Metro (subway) di Stasiun Sint Michel  yang terkenal rumit saat  jam-jam padat penumpang  pada pukul 08.00 waktu setempat.


        Dari kejauhan di lorong stasiun sepasang remaja beraroma cinta. Saling  berbagi cerita bertutur kata mesra, tertawa penuh canda sambil mengabadikan moment keindahan mereka dengan smartphone. Seperti remaja pada umumnya mabuk selfie dari berbagai angle ; atas, bawah, samping, kiri dan kanan pokoknya bolak-balik seperti strikaan.  Sungguh senang melihat kebahagian mereka, tak perduli dengan apa yang terjadi disekelilingnya.

       Setelah keluar dari stasiun Metro Sint Michel, saya berdiri sambil memandang ke sebuah daratan ditengah sungai yang dinamakan  Île de la Cité (Baca : Il de la cite)   Île de la Cité merupakan  satu dari dua pulau alami yang pada zaman abad pertengahan menjadi pusat kota Paris. Pulau ini berbentuk memanjang seperti sebuah kapal terapung yang dikelilingi tanggul-tanggul penahan air sungai. Menurut informasi dari brosur wisata bahwa perhatian pemerintah kota Paris  terhadap kebersihan sungai Seine sangat tinggi. Terkadang tulisan dibrosur hanya wacana manis belaka, saya tidak percaya begitu saja. Tanpa pikir panjang, saya ingin membuktikan  kebenaran informasi tersebut dengan cara menelusuri pinggiran sungai Seine seorang diri. Keren sekali ! Saya terperanjat dari bawah jembatan. Bunyi riak-riak air sungai bergema memantul kedinding tembok menghasilkan suara jernih melengking. Tempat seperti inilah  memang menjadi incaran saya. Lantas dengan cepat  tangan usil saya memotret indah monument spiritual Gereja Katedral Notre Dame dari jarak 200 meter.



            Kemudian saya berbalik arah menuju bagian barat  Île de la Cité melewati jembatan paling tua di Paris yaitu Pont Neuf (Jembatan Baru). Pont Neuf didirikan pada zaman raja Perancis Henry III tahun 1578 dan dirampungkan oleh Raja Henry IV pada tahun 1607. Diatas jembatan ini, berdiri megah patung perunggu Raja Henry IV sedang menunggang kuda. Pont Neuf membentang dengan panjang 238 meter serta lebar 20,50 meter terdiri dari 12 arc (lengkungan dibawah jembatan).  Perlahan-lahan saya mengamati penataan batu berukir, lengkungan dan terheran-heran melihat goresan kreatif para pengukir batu menggunakan peralatan tidak secanggih zaman modern. Sungguh hebat !




            Selangkah kemudian, hati saya berdebar-debar. Tidak sanggup melirik kekanan karena lagi-lagi sejoli cinta bercengkrama mengalunkan lagu mabuk asmara. Mereka hanyut dalam kasih dan sayang.  Ada juga seorang perempuan sendiri, sepertinya janjian menunggu kekasihnya datang. Berulang kali selfie, chating, mengirim pesan cinta melalui teleponnya. Sungguh berbeda ketika saya pertama kali ke Eropa tahun 1996, dimana ungkapan cinta berupa tulisan tangan ditulis dalam  surat cinta disemprot dengan aroma wangi parfum cinta. Lucunya lagi, kalau kita mengirim surat cinta dari Belgia, Eropa akan diterima di Bali setelah  5 hari  kemudian. Jadi semprotan parfum cinta kedalam surat cinta harus meluber, agar bau harum setelah 5 hari tetap dihirup manja oleh sang kekasih pujaan hati.   

           Sedangkan remaja masa kini sungguh beruntung, goresan hatinya dikirim melalui internet via sms, whatsApp, facebook, viber, skype, facetime lalu diterima dengan hitungan detik pula. Kemudahan yang lain bisa mengirim  emoticon yaitu pesan emosi bergambar love, bibir merah, bunga, jempol dan banyak lagi. Kalau menurut saya pribadi, surat cinta lebih ’’berkesan’’ karena ada semprotan parfum ke lembaran surat dan perempuan akan tersipu malu. Tapi ada Jeleknya, jika parfum yang disemprotkan itu merknya sama dengan tetangga sebelah. Wah ! Bersiaplah menerima kenyataan, sambil tertawa kecil  saya melanjutkan perjalanan.




                Tiga puluh menit kemudian saya tiba di sebuah taman mungil nan cantik dan romantis. Taman itu bernama Square du vert-galant yang terletak di ujung pulau Île de la Cité (di daerah hilir sungai). Bentuknya meruncing seperti tetesan air, dihiasi dengan pohon, bangku taman, bunga dan rumput hijau. Burung-burung gembira menyambut ramah setiap tamu yang singgah di taman ini. Sebagai tempat yang tenang, inilah salah satu tempat romantis yang mesti menjadi agenda kunjungan anda. Sambil duduk di pinggiran sungai, menikmati angin sepoi-sepoi yang terbawa oleh kapal pesiar melintas di sungai Seine. Hati gundah akan terasa senang, jauh dari hiruk pikuk turis bergerombol yang selalu dibuntuti oleh pedagang acung yang menjajakan souvenir. Nah ! Jika para pembaca travel kompas ingin menikmati romantisnya Square du vert-galant ajaklah pasangan anda baik istri, suami ataupun pacar. Janganlah sendirian, karena kalau sendiri akan mengalami nasib yang sama seperti saya. Malu-malu kucing lirik sana lirik sini, karena sendirian melihat jejak romantis salah satu taman unik yang dimiliki kota Paris Perancis ini.  









Senin, 20 April 2015

Menggoyang lidah warga Belanda dengan masakan Bali

Menggoyang lidah warga Belanda dengan masakan Bali


         Bekerja dalam hal apapun kalau dikerjakan dengan passion  pasti akan menghasilkan sesuatu yang berbeda. Berawal dari kecintaan, kemudian menyukainya sehingga melahirkan  kepuasan tersendiri.  Apalagi dipicu dengan niat baik, kesabaran, ketekunan niscaya kesuksesan didepan mata. 


        Bekerja dengan passion inilah yang dilakukan oleh Ni Luh Dian Eka Suryani, 37 tahun wanita Bali mengadu keahlian masaknya dengan  membentuk ‘’Catering Enak Sekali.’’  Pada tanggal 17 Juni 2013 tahun lalu, Catering Enak Sekali secara resmi tercatat di Kamar Dagang Belanda. Dengan mengusung ‘speciality’ masakan Bali, Catering Enak Sekali adalah catering kuliner Bali pertama di Belanda. 

         Masakan Bali yang dijajakan adalah jajanan pasar seperti laklak, jaje injin, nasi campur  hingga menu Megibung.  Nasi campur disajikan dengan berbagai hidangan makanan Bali seharga 15 euro per porsi. Kemudian menu Megibung isinya antara lain :  be siap base kalas, tempe manis, taluh mebase tomat, jukut urab, sate babi lalah manis, kacang megoreng dan nasi beras merah/putih dan lain lain. Harganyapun bervariasi dari 20 euro hingga 35 euro. Semakin mahal tentu hidangannya semakin lengkap dan lezat.


        Salah satu daya tarik Catering Enak Sekali adalah pemakaian tembikar asli Indonesia. Didatangkan khusus dari Bali, tembikar-tembikar ini memberi cita rasa berbeda pada masakan yang dipanaskan diatasnya. Penggunaan daun pisang sebagai pembungkus, pemakaian kotak makan berbahan re-cycled, penyediaan piring dan alat makan yang ramah lingkungan ( bukan dari plastik ) adalah salah satu ciri khas Catering Enak Sekali.  
         Ciri khas  dan daya tarik inilah menggugah cita rasa  masyarakat Belanda berbondong menyantap hidangan di stand  Catering Enak sekali dalam acara CinemAsia Film Festival Amsterdam yang digelar pada tanggal 1 - 6 April 2015 di Amsterdam.  Sebuah ajang tahunan yang menyuguhkan film-film Asia yang sebagian besar merupakan dokumenter dan kisah nyata. Tema mereka kali ini adalah Food and Film, yang memberi kesempatan selain menonton film juga menikmati kuliner Asia itu sendiri. Di ajang CinemAsia Film Festival tahun ini, film Indonesia ‘Jalanan’ meraih Best Audience Award 2015. Sedangkan  kuliner Catering  Enak Sekali terjual ludes  dalam 2 hari. Makanan yang menjadi incaran penggemar adalah Jaje Laklak dan Tipat Cantok



            "Tidak mudah. tapi tidak juga mustahil. Satu langkah besar saya memulai usaha ini. Hal membanggakan lagi adalah  ketika Catering Enak Sekali mejadi Juara 1 Peserta Bazaar Makanan dalam Pesta Rakyat Indonesia yang diselenggarakan oleh KBRI Den Haag di Wassenaar  tahun lalu. Sejak saat itu, Catering Enak Sekali sudah beberapa kali menjamu tamu-tamu KBRI Den Haag dalam acara-acaranya, ujar Luh Dian penuh semangat.




Promosikan cita rasa otentik Bali


      Masakan Indonesia sangat populer di negeri Belanda. Restoran Indonesia berlomba lomba menyajikan makanan khas indonesia. Setiap restoran Indonesia sudah pasti menyajikan  menu nasi goreng, bakso, gado gado, sate dan rendang. Namun warga Belanda sangat susah mencari masakan asli Bali. Diantara faktor yang menjadi incaran utama pecinta kuliner Bali di Belanda adalah cita rasa otentik, aroma rempah,  penggunaan alat makan bukan dari plastik serta pelayanan ramah dan  jujur Nak Bali yang terkenal itu. 

       Catering Enak Sekali, memiliki semua yang tersebut diatas. Dari rasa hingga pelayanan selalu menjadi prioritas utama. Penggunaan rempah bumbu Bali dengan gampang ditemui di supermarket atau mini market terdekat. Hanya saja bambu khusus seperti batang sate lilit yang masih didatangkan khusus dari Bali. Yang pasti semua keaslian cita rasa dapat disajikan seperti halnya di tanah Bali sendiri.

     Aktif dan rajin promosi kuliner Bali akan menjamin kuliner Bali tersebut berada  dekat di hati masyarakat Belanda. Oleh karena itu, sekecil apapun upaya yang dilakukan  oleh Catering Enak Sekali akan menjadi jembatan emas promosi kuliner Indonesia yang pada akhirnya sanggup mengoyang lidah warga Belanda sambil berucap "Wao ! Enak Sekali".
(Ciaaattt-MB)





Rabu, 15 April 2015

ini alasan sekolah asing menggemari budaya Indonesia.

Karakter sering merujuk kepada ciri khas seseorang. Karakter juga dipahami sebagai perilaku keseharian seseorang yang tergambar  abadi dalam diri sendiri. Gambaran itu berupa sikap tingkah laku setiap hari dalam melakukan aktifitas yang bersifat baik maupun buruk. Karakter ini dihasilkan dari sebuah pembelajaran aktifitas kehidupan  di sekolah, di rumah, di masyarakat dan lingkungan dimana kita berada. Di sekolah Eropa khususnya Belgia, pembentukan karakter sering menggunakan metode pembelajaran seni budaya asing. Seni budaya yang berkembang di Belgia dijadikan materi  pembelajaran  untuk pembentukan karakter tsb. Salah satunya adalah seni budaya Indonesia.



Pada bulan Februari dan Maret lalu 2015, KBRI Brussel, British School of Brussels  (BSB) dan Dharma Wanita  KBRI Brussel telah  mengadakan pembelajaran seni budaya Indonesia. Adapun pelatihnya adalah Ibu Rosa untuk angklung dan Made Agus Wardana untuk gamelan dan kecak. Berjumlah 90 murid tingkat sekolah dasar secara intensif mempelajari seni budaya Indonesia di Aula KBRI Brussel.  Seni Budaya Indonesia menjadi pilihan utama mereka. Menurut Fiona, Direktur Departemen Musik BSB, Seni Budaya Indonesia terutama Angklung, Gamelan dan Kecak sangat tepat dijadikan materi pembelajaran.  Adanya nilai nilai moral dan etika, sopan santun serta menghargai budaya lain menjadi ciri khas budaya Indonesia.   Angklung misalnya, kita diajarkan memainkan dengan nuansa kebersamaan tanpa individu. Masing-masing pemain memegang satu instrumen dengan nada do, re, dans etrusnya.  Kita tidak mungkin main sendiri, tapi kita main secara bersama-sama membentuk harmoni. Nilai itulah yang kita kembangkan, ‘’ ujar Fiona.


Gamelan Bali memiliki jumlah pemain 24 orang dan masing-masing pemain memainkan instrument yang berbeda-beda. Ada yang memainkan bagian melodi, gong, kendang (drum), cengceng (cymbal) dan lain lain. Untuk penabuh pemula, memainkan gamelan Bali butuh waktu lama dalam menguasainya. Kadang-kadang murid menjadi bosan dan tidak suka.  Namun demikian, pada tahap awal murid-murid ini dibekali melatih kesabaran sambil menunggu giliran mendapatkan pelatihan. Satu demi satu murid murid dilatih dengan tempo pelan, sampai akhirnya menguasai tekhnik memukul gamelan yang benar. 

Disinilah, pentingnya seorang guru seni yang sabar. Bagaimana caranya melatih jiwa  atau karakter mereka dalam bermain gamelan. Guru harus memberikan suasana "senang" kepada anak didiknya. Humor segar selalu diselipkan dalam setiap penjelasan.  Ini sangat berguna  untuk menahan konsentrasi mereka supaya terfokus untuk belajar gamelan itu sendiri. Materi seni yang dimainkan adalah tingkat dasar,  sehingga mereka dengan cepat dapat menguasai/membunyikan gamelan bali tersebut. Guru juga harus pandai-pandai membuat anak didiknya agar  menjadi  terkesan dan terhibur dalam pembelajaran tersebut.




Materi seni yang paling disukai oleh murid BSB dalam pembelajaran seni budaya ini adalah tari kecak. Kecak adalah seni tari, musik, drama. Awal-awalnya kalau mereka mendengarkan kata menari, murid yang laki laki terutama selalu bereaksi kurang suka. Setelah diberi penjelasan bahwa kecak adalah sebuah tarian kecak yang memerlukan energi, pendramaan, bersemangat, lucu dan banyak humor disaat itu pula mereka serentak bersemangat.

Dalam kecak, murid dibagi menjadi 3 kelompok. kelompok pertama menyanyikan Cak telu/tiga, kelompok kedua cak besik/satu dan ketiga Cak Pitu/tujuh, ketiga model cak tersebut kalau dinyanyikan bersama akan menghasilkan bunyi cak ritmis yang saling bersahutan. Dengan tempo pelan, jari tangan bergetar, meliuk-liuk seolah-olah suasana api membara atau riak riak air kemudian menggelengkan kepala sambil tersenyum, mata melotot, bahu berjingkrak jingkrak keatas mereka sudah  terhipnotis  dengan ritme Cak Cak Cak PungPung, Cak Cak Byuk Sir. Walaupun bunyi Cak tersebut tidak mengandung arti, hanyalah ritme saja, mereka tetap saja bersemangat sambil menutup kecak dengan bunyi Cak Cak Byuk Sir.  Tepuk tangan tiada henti, pertanda mereka senang dan terkesan dengan apa yang mereka pelajari. Banyak hal yang ditemuinya, didapat dan sudah barang tentu akan terpatri selamanya di dalam hati sanubari murid murid tersebut.


Membina karakter sejak dini
           
            Ada yang patut dibanggakan oleh kita sebagai warga Indonesia. Kebudayaan kita dicintai dan dijadikan pedoman pembentukan karakter anak didik di negeri orang. Kebudayaan yang berakar dari kearifan masa lampau memberikan ketauladanan dalam aspek kehidupan tidak saja di Indonesia bahkan di luar negeri. Kadangkala kita juga ikut sedih. Karena sebagian orang kita sendiri masih menganggap budaya kita kuno dan ketinggalan zaman.


Kegiatan yang dilakukan BSB ini, adalah sebuah bukti kebudayaan Indonesia bukanlah kuno atau ketinggalan zaman. Mereka mengetahui  bahwa musik angklung, musik gamelan dan tarian kecak dapat membuat  mereka senang. Mereka paham akan nilai positif yang muncul berkat pembelajaran seni budaya Indonesia tersebut. Murid-murid  terlihat gembira membangun kecintaan, menyenangi budaya orang lain sehingga karakter mereka terbina dengan baik sejak usia dini. (Ciaaattt-MB)

Senin, 06 April 2015

Menyegarkan Pikiran di Bali Niksoma dan Royal Pita Maha




Bali Niksoma Boutique Beach Resort, Legian

Ombak berbunyi riuh menghempas pesisir pantai yang putih nan indah. Desir angin mengusap  wajah galau menjadi terpukau. Turis-turis menggelar handuk sambil terlentang bebas menghirup udara  segar. Matahari membenamkan dirinya di belakang awan yang melintas pelan di depannya. Seolah-olah membisikkan kepada para turis sudah waktunya istirahat, besok saya akan terbit lagi.





Senja itu, di Restoran Hitana, Hotel Bali Niksoma yang berhadapan langsung dengan Pantai Legian,  para pegawai restoran setia melayani para pelanggan. Pelayanannya sangat baik, sopan dan profesional. Saya duduk ceria menikmati secangkir Cappucino sambil menunggu kedatangan sahabat lama Nyoman Astama yang menjadi GM (General Manager) di Hotel Niksoma. Sesosok sahabat yang profesional di bidangnya, masih tetap bersahaja sambil menyapa ramah kepada siapapun yang melintas di hotel yang dipimpinnya tersebut. Ramah tidak dibuat-buat, murni dari  lubuk hati yang dalam sebagai identitas warga Bali yang selalu mengedapankan etika dan tata krama dalam kehidupan sehari-hari.


Hotel Bali Niksoma, didirikan pada tahun 2003 di atas tanah seluas 1 hektar dengan jumlah 57 kamar. Terletak di daerah Legian, 10 km dari Bandara Ngurah Rai Bali. Desain arsitektur hotel berparas tradisional Bali dikombinasikan dengan wajah modern. Sebagai salah satu hotel yang menjaga open space dengan ketinggian 3 lantai di depan pantai, hotel yang bertipe resort ini dinobatkan sebagai Indonesia Leading Boutique Resort 2014/2015 oleh Indonesia Travel & Tourism Awards. Karyawan hotel berinteraksi dengan turis secara kekeluargaan dengan tidak mengganggu kenyamanan mereka. 


Selang beberapa waktu, hidangan khas crispy duck (bebek goreng) disajikan sangat menarik. Tanpa basa-basi saya langsung saja lahap menyantap bebek goreng garing dengan daging yang sangat lembut. Rasanya sangat enak dibumbui sambal matah ala Bali dengan nasi  putih plus sayur segar lalapan.  Sajian berikutnya adalah Desert Chocolate Lava, yaitu sebuah kue cokelat apabila dinikmati akan keluar lelehan coklatnya. Maka sering disebut dengan cokelat lava meleleh. Yang membuatnya tricky adalah proses pemangggangan. Jika memanggang terlalu matang maka lelehan cokelat tidak akan keluar. Butuh kesungguhan hati untuk menghidangkan chocolate cake ini. Saya jamin para pembaca akan tergoda untuk menikmati di sini. Lelehan lava cokelatnya terasa lezat menggugah selera.


Satu malam berada di hotel ini, terasa sangat nyaman.  Melepas kesibukan setelah beberapa hari saya memiliki urusan berat di mana waktu, kesabaran dan tenaga terkuras habis.  Saya memanjakan diri di kamar Deluxe Room, ruangan dengan luas 38 m2 diramu dengan desain interior nuansa cerah menawan. Memiliki private balcony yang berhadapan langsung ke pantai Legian lengkap dengan  pemandangan taman mungil yang asri. Privasi sangat terjamin, cocok buat menenangkan hati yang sedang penat sepanjang hari. Harga per malamnya bervariasi mulai dari  Rp. 1,8 juta untuk kamar Superior hingga 7 juta untuk villa dengan kolam renang sendiri, tergantung pilihan.  Dengan harga sekian para pembaca akan mendapatkan apa yang dinginkan, yaitu kenyamanan, kepuasan hati dan pelayanan yang sangat ramah.  Saya rekomendasikan bahwa hotel ini adalah pilihan populer. Populer karena pelayanan ramah yang mampu mengundang  para bintang tenar dari dalam dan luar negeri tinggal di sini.  Dan yang terpenting adalah stres akibat kerja keras yang anda lakukan dikantor atau di mana saja, akan hilang dengan sendirinya, dihapus deru ombak pantai Legian yang cantik itu. 


Royal Pita Maha, Ubud Bali

            Terus terang, saya bukanlah traveler yang berkantong tebal. Saya adalah seorang penabuh gamelan Bali yang kebetulan melakukan perjalanan berkesenian kemana-mana. Disela-sela perjalanan itu, saya selalu mewawancarai teman, sahabat hingga maestro seni yang telah berhasil karena kegigihannya bekerja dengan tetap fokus menggali potensi lokal dan menjaga tradisi budaya lokal setempat.  Salah satunya adalah pemilik The Royal Pita Maha, Desa Kedewatan  Ubudyaitu Tjokorda Gde Raka Sukawati. 

Tjok De


            Bercakap siang hari di Dewata Lounge, Restaurant  Royal Pita Maha, tempat dimana kita dapat menikmati keindahan panorama sungai ayung yang menakjubkan.  Sangat asri, alami dikelilingi perbukitan hijau. Dari ketinggian ini, terlihat bangunan vila tradisional berjejer rapi beratap jerami.  Dewata Lounge ini sangat ideal untuk menikmati cocktail di sore hari sambil ngerumpi kesana kemari.

            Dalam pertemuan itu,  Tjok De panggilan akrab Tjokorda Gde Raka Sukawati bercerita tentang Royal Pita Maha yang dirancangnya sendiri.   '' Pada tahun 1999, saya mengawali pembuatan resort ini dengan meditasi, memohon keselamatan dengan upacara adat Bali.  Bertekad ingin mempertahankan arsitektur budaya Bali,  Tjok De membangunnya melalui sebuah konsep filosofis Bali yang disebut Tri Hita Karana, konsep tiga hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya, dan manusia dengan lingkungan untuk mencapai keselamatan dan kedamaian alam semesta.'' ujar Tjok De.

            
Dengan ideliasme sebagai seorang undagi/arsitek Bali, maestro ini mendesain letak bangunan, menata jalan berundag-undag, mempercantik, memoles dengan bunga-bunga tropis, dan mengukir batu-batu paras yang berada di tebing curam.  Alhasil, dengan bantuan 1500 orang pekerja, pada tahun 2004 Hotel The Royal Pita Maha Ubud akhirnya rampung selesai. 

Tiba-tiba saja, Tjok De melalui General Manager Hotel Pande Sutawan menawarkan saya untuk menikmati alam indah swargaloka ini. Dengan perasaan malu tapi mau, pertanda ''ingin banget'' dan  tidak sabar ingin berbaring di  vila yang sangat memukau ini. Lantas, sambil memegang kunci vila no 160 perlahan-lahan melintas  menuju  Royal Pita Maha Pool Villa sambil menenteng ransel berbekal buku-buku perjalanan wisata.  Kamar vila berukuran luas dengan kamar mandi berkonsep spa dengan bathtub berbentuk hati. Vila ini bagaikan surga nyata, eklusif dengan infinity edge pool atau kolam renang tak bertepi menampilkan efek visual air menembus cakrawala, memanjang sampai jauh ke ujung. 



Byuuur ! saya meloncat ke kolam renang dengan kedalaman 1,5 meter. Berenang sepuasnya beberapa kali putaran. Rasanya sejuk, adem, tentram, nyaman dan  tenang. Saya terdiam seribu bahasa. Menutup mata memusatkan pikiran sambil menarik nafas dalam-dalam guna  menetralisir aura negatif dalam tubuh. Melepaskan kecemasan, membuang stress, membuang amarah dan melakukan rileksasi. Suara burung berkicau Indah. Inilah Royal Pita Maha Ubud sebagai  swargaloka nyata yang ada di tanah Bali.



Menyegarkan hati dan pikiran
            
Dimanapun kita berada, tertimpa masalah sudah menjadi hal yang biasa. Setiap waktu, masalah datang silih berganti baik yang besar maupun yang kecil. Ketika kita berada di negeri orang kemudian tertimpa masalah, kita harus siap menghadapinya. Hidup di Eropa itu belum tentu enak. Kita membutuhkan perjuangan yang sangat berat untuk mencari enak itu. Segala sesuatunya mahal. Setiap bulan kita diwajibkan dengan bayar sewa rumah, bayar asuransi kesehatan, bayar transportasi, bayar anak sekolah kalau berkeluarga, bayar ini dan bayar itu, dll. Pedihnya lagi, kalau hidup kita tidak ada jaminan sosial (tunjangan anak-anak) dan uang pensiunan. Sanggupkah  kita bertahan hidup ?  Barangkali, salah satu jawabannya adalah berupaya sekuat mungkin. Jangan takut mencari celah kerja dalam kesempatan ditengah kesempitan. Cerminan diatas adalah riak-riak kehidupan yang saya hadapi di Belgia ini. Untuk itulah, saya sebagai penabuh gamelan yang tinggal di Eropa khususnya di Belgia, berjuang terus kesana kemari, menulis cerita perjalanan sambil menebarkan kesenian tradisional Indonesia demi menghidupi istri dan ketiga anak saya tersayang. 

Dan ketika saya pulang ke Bali akhir bulan Februari 2015 karena orangtua meninggal, saya sangat beruntung mendapat kesempatan  ‘’menyegarkan hati dan pikiran’’ di Hotel Bali Niksoma dan Royal Pita Maha Ubud.  Kedua hotel itu memberikan kekuatan dan energi  baru bagi saya. Semua itu adalah anugerah, disaat kita susah, ada yang memberi ketenangan dan kedamaian. Saya percaya bahwa persahabatan yang telah saya lakukan kepada beliau-beliau tersebut diatas, membuahkan karma yang baik pula. Hidup sayapun menjadi lebih berarti, dan menyegarkan hati saya kembali untuk lebih giat dan kuat menghadapi tantangan kehidupan di Eropa terutama di Belgia ini.

dimuat di kompas : menyegarkan pikiran di bali niksoma dan Royal Pita Maha

Rabu, 01 April 2015

Ketika senyum Indonesia, jadi idola warga Eropa.

Ketika senyum Indonesia, jadi  idola warga Eropa.

Senyuman memiliki daya untuk menarik.  Senyuman pula mempengaruhi suasana hati seseorang. Memang benar bahwa senyuman ramah mampu untuk menarik orang-orang agar mendekat kepada kita. Disaat saya melantunkan gending Rindik Bali di  Stand Indonesia dalam  Pameran Wisata Brussels Holiday Fair 2015, ketika itu pula saya menawarkan senyuman ramah kepada setiap pengunjung pameran.  Wajah sumgringah berkedip  simpatik, menggoda ramah  pengunjung mencairkan suasana asing menjadi akrab.





Sebagai penabuh gamelan, saya memainkan gamelan Rindik Bali dengan lembut dan pelan. Memainkan 2 buah panggul (alat pukul) yang panjang dengan ujung berlapis karet menghasilkan suara lembut tanpa memekik  telinga. Rindik yang berwarna elegan keemasan dengan ukiran artistik style Bali menggunakan bambu sebagai sumber bunyi.  Bunyi halus dan bernuansa alam  pedesaan dengan sawah sawah berundag-undag.  Pengunjung sangat tertarik. Mereka datang berbondong ingin melihat, memainkan, memotret hingga selfie. Bahkan mereka antusias untuk  datang dan belajar khusus gamelan rindik ini. Kebetulan pula, yang mengidolakan rindik ini adalah anak anak muda yang belum pernah mengenal Indonesia.

Dalam buku travel guide, tabloid wisata dan media internet, saya sering membaca kalimat Indonesia bukan saja dikenal karena keindahan alamnya, budayanya tetapi juga karena keramahan penduduknya.  Kalimat diatas untuk sementara waktu  masih dipercayai oleh calon wisatawan. Keramahan itu tidak dibuat-buat, keramahan adalah memang tradisi alami nenek moyang kita.  Sungguh sedih, jika keramahan Indonesia kita hilangkan begitu saja. Kita harus tetap mempertahankannya, karena bermanfaat bagi kita. Dengan memberikan senyuman ramah, berarti kita membuat orang lain senang, dengan begitu kitapun akan ikut senang dan bahagia pula.








Barangkali, inilah salah satu keunikan Indonesia yang mesti terus ditonjolkan dihadapan publik Eropa. Calon wisatawan akan tersentuh hatinya. Munculah cinta kepada negeri kita. Kalau mereka sudah mencintai, tahulah apa yang akan terjadi kemudian. Cinta akan membara  dan saya yakin pasti mereka akan segera mengunjungi keanekaragaman budaya tanah air Indonesia.

Brussels Holiday Fair (BHF)
           
Setiap tahun pemerintah Belgia menyelenggarakan pameran wisata terbesar yang dikenal dengan Salon des Vacances/Vakantiesalon/Brussels Holiday Fair 2015 di kota Brussel Belgia.  Tahun ini, BHF menginjak tahun pelaksanaan ke-57 dan diikuti oleh 700 peserta pameran menempati lahan seluas 44.920 m2.  Sepanjang lima hari kegiatan  dari tanggal 5 – 9 Februari 2015, BHF tercatat dihadiri oleh 97.586 orang pengunjung dan diliput oleh 133  wartawan dari media massa setempat.



Stand Indonesia yang digelar oleh KBRI Brussel menempati lahan seluas 48m2 (dengan empat sisi) di Hall 7, bersama sama dengan peserta lainnya yang menawarkan destinasi jarak jauh (long haul destination). Stand Indonesia mempromosikan dan memasarkan destinasi wisata Indonesia, budaya unik, informasi visa yang bekerjasama dengan operator lokal Belgia Transeurope  dan Garuda Indonesia. Disamping itu tidak ketinggalan promosi Kopi  dengan indikasi geografis Indonesia kepada para pengunjung seperti kopi Gayo, Kintamani, Java Ijen raung, Java Prienger, Toraja dan Robusta Lampung.