Sambil memegang erat pegangan
tali yang tergantung diatas gerbong, penuh sesak saling berdekatan, suara rel gemuruh
bersautan, mengharuskan sikap waspada dan berhati hati. Para
penumpang antri berjejal untuk keluar gerbong menuju tujuan masing-masing. Itulah
transportasi Metro (subway) di Stasiun Sint Michel yang terkenal rumit saat jam-jam padat penumpang pada pukul 08.00 waktu setempat.
Dari kejauhan di lorong stasiun sepasang remaja beraroma
cinta. Saling berbagi cerita
bertutur kata mesra, tertawa penuh canda sambil mengabadikan moment keindahan mereka dengan smartphone. Seperti remaja pada umumnya
mabuk selfie dari berbagai angle ; atas, bawah, samping, kiri dan
kanan pokoknya bolak-balik seperti strikaan. Sungguh senang melihat kebahagian mereka, tak
perduli dengan apa yang terjadi disekelilingnya.
Setelah keluar dari stasiun Metro
Sint Michel, saya berdiri sambil memandang ke sebuah daratan ditengah sungai
yang dinamakan Île de la Cité (Baca : Il de la
cite) Île de
la Cité merupakan
satu dari dua pulau alami yang pada
zaman abad pertengahan menjadi pusat kota Paris. Pulau ini berbentuk memanjang
seperti sebuah kapal terapung yang dikelilingi tanggul-tanggul penahan air
sungai. Menurut informasi dari brosur wisata bahwa perhatian pemerintah kota
Paris terhadap kebersihan sungai Seine
sangat tinggi. Terkadang tulisan dibrosur hanya wacana manis belaka, saya tidak
percaya begitu saja. Tanpa pikir panjang, saya ingin membuktikan kebenaran informasi tersebut dengan cara menelusuri
pinggiran sungai Seine seorang diri. Keren sekali ! Saya terperanjat dari bawah
jembatan. Bunyi riak-riak air sungai bergema memantul kedinding tembok
menghasilkan suara jernih melengking. Tempat seperti inilah memang menjadi incaran saya. Lantas dengan
cepat tangan usil saya memotret indah monument
spiritual Gereja Katedral Notre Dame dari jarak 200 meter.
Kemudian saya berbalik arah menuju bagian barat Île de la Cité melewati jembatan paling tua di Paris
yaitu Pont Neuf (Jembatan Baru). Pont
Neuf didirikan pada zaman raja Perancis Henry III tahun 1578 dan dirampungkan
oleh Raja Henry IV pada tahun 1607. Diatas jembatan ini, berdiri megah patung
perunggu Raja Henry IV sedang menunggang kuda. Pont Neuf membentang dengan
panjang 238 meter serta lebar 20,50 meter terdiri dari 12 arc (lengkungan
dibawah jembatan). Perlahan-lahan saya mengamati
penataan batu berukir, lengkungan dan terheran-heran melihat goresan kreatif
para pengukir batu menggunakan peralatan tidak secanggih zaman modern. Sungguh
hebat !
Selangkah
kemudian, hati saya berdebar-debar. Tidak sanggup melirik kekanan karena
lagi-lagi sejoli cinta bercengkrama mengalunkan lagu mabuk asmara. Mereka
hanyut dalam kasih dan sayang. Ada juga
seorang perempuan sendiri, sepertinya janjian menunggu kekasihnya datang.
Berulang kali selfie, chating,
mengirim pesan cinta melalui teleponnya. Sungguh berbeda ketika saya pertama
kali ke Eropa tahun 1996, dimana ungkapan cinta berupa tulisan tangan ditulis
dalam surat cinta disemprot dengan aroma
wangi parfum cinta. Lucunya lagi, kalau kita mengirim surat cinta dari Belgia,
Eropa akan diterima di Bali setelah 5
hari kemudian. Jadi semprotan parfum
cinta kedalam surat cinta harus meluber, agar bau harum setelah 5 hari tetap dihirup
manja oleh sang kekasih pujaan hati.
Sedangkan
remaja masa kini sungguh beruntung, goresan hatinya dikirim melalui internet
via sms, whatsApp, facebook, viber, skype,
facetime lalu diterima dengan hitungan detik pula. Kemudahan yang lain bisa
mengirim emoticon yaitu pesan emosi bergambar love, bibir merah, bunga, jempol dan banyak lagi. Kalau menurut
saya pribadi, surat cinta lebih ’’berkesan’’ karena ada semprotan parfum ke
lembaran surat dan perempuan akan tersipu malu. Tapi ada Jeleknya, jika parfum
yang disemprotkan itu merknya sama dengan tetangga sebelah. Wah ! Bersiaplah
menerima kenyataan, sambil tertawa kecil saya melanjutkan perjalanan.
Tiga puluh menit kemudian saya tiba di sebuah taman
mungil nan cantik dan romantis. Taman itu bernama Square du vert-galant yang terletak di
ujung pulau Île de la Cité (di daerah hilir sungai). Bentuknya meruncing seperti tetesan air, dihiasi
dengan pohon, bangku taman, bunga dan rumput hijau. Burung-burung gembira
menyambut ramah setiap tamu yang singgah di taman ini. Sebagai tempat yang
tenang, inilah salah satu tempat romantis yang mesti menjadi agenda kunjungan
anda. Sambil duduk di pinggiran sungai, menikmati angin sepoi-sepoi yang
terbawa oleh kapal pesiar melintas di sungai Seine. Hati gundah akan terasa
senang, jauh dari hiruk pikuk turis bergerombol yang selalu dibuntuti oleh
pedagang acung yang menjajakan souvenir. Nah ! Jika para pembaca
travel kompas ingin menikmati romantisnya Square du vert-galant ajaklah pasangan anda baik istri, suami ataupun pacar.
Janganlah sendirian, karena kalau sendiri akan mengalami nasib yang sama
seperti saya. Malu-malu kucing lirik sana lirik sini, karena sendirian melihat jejak
romantis salah satu taman unik yang dimiliki kota Paris Perancis ini.
dimuat dikompas : http://travel.kompas.com/read/2015/04/16/153654727/Menelusuri.Jejak.Romantis.di.Kota.Paris