Sebanyak
enam kali pertunjukan dalam 2 hari berturut-turut dari tanggal 12 - 13 Maret
2015, Puspa Warna sebuah grup gamelan
Bali dari Paris Perancis membuat kagum
publik Perancis di L’espace Aime Cesaire
- Kota Gennevilliers, 10 km dari Menara Eiffel Perancis. Publik yang terdiri
dari anak-anak, akademisi, pemusik dan penari profesional serta kalangan umum seakan
tiada henti mengumbar senyum kepuasan menyaksikan pertunjukan tersebut. Termasuk
didalamnya berbaur akrab Bapak Duta Besar RI untuk Perancis Dr.
Hotmangaradja Pandjaitan, yang berkesempatan hadir dalam kegiatan tersebut. Sangat hebat ! Itulah ungkapan mengesankan Dominique Meyrand, panitia
penyelenggara program seni budaya Conservatoire
de Gennevilliers terhadap penampilan grup Puspa Warna ini.
Pertunjukan seni Bali yang bertitel Musique et Danse à Bali merupakan salah satu program pengenalan
musik dunia yang diperkenalkan di sekolah musik
‘’Conservatoire de Gennevilliers’’. Program
tersebut ditujukan khusus kepada anak-anak sekolah dasar dan umum yang
berjumlah 1000 orang. Disamping anak-anak tersebut memainkan gamelan dalam
bentuk workshop, mereka juga diberikan pengetahuan tentang kebudayaan Indonesia
yang sekaligus menyaksikan langsung pertunjukan ‘’Musique et Danse a Bali ‘tersebut.
Grup Puspa Warna didirikan tahun
2011 oleh Trio Penabuh Gamelan Bali - Paris (Jeremie Abt, Tseng Hsiao Yun dan Théo Mérigeau). Adapun materi seni yang ditampilkan diantaranya
tari Panyembrama, Kebyar Duduk, Rejang, Topeng Bondres, Tabuh Hujan Mas dan
Barong Ket. Tari Panyembrama dan Kebyar
Duduk secara bergantian ditarikan oleh Kadek Puspasari dan Ilse Peralta warga
Meksiko. Tari Rejang ditarikan oleh anak-anak Indonesia dan Indo-Perancis yang
dibina oleh Kadek Puspasari. Topeng Bondres dibawakan oleh I Gede Tapa Sudana,
Mas Soegeng dan Made Agus Wardana. Sedangkan Tari Barong ditarikan oleh Made
Agus Wardana, Théo Mérigeau dan Christophe Moure.
Topeng Bondres
Bondres sebagai sebagai bagian dari drama tari topeng, menampilkan 3
tokoh unik yaitu tokoh Penasar/Punta (Tapa Sudana) Kartala (Made Agus Wardana) dan
tokoh khusus Kartolo Jawa (Mas Soegeng).
Ketiga tokoh tersebut memerankan karakter yang berbeda-beda menggunakan bahasa
Bali, Indonesia dan Bahasa Perancis. Seniman
teater Tapa Sudana yang sudah menetap 30 tahun di Perancis memerankan sangat
pas seorang penasar yang menterjemahkan
bahasa dan gending Bali ke bahasa Perancis. Publik sangat mudah mengerti dan
memahami pesan-pesan moral yang disampaikan. Salah satu pesan tersebut adalah pentingnya pedoman ajaran etika dharma dalam
agama Hindu Bali yang dikenal dengan Tri Kaya Parisudha. ‘’ Pikirkan sesuatu itu
dengan Baik, Berkatalah yang baik serta Berbuatlah yang baik ‘’. ujar Tapa
Sudana diatas panggung pertunjukan.
Mas Soegeng, seniman teater yang berdomisili di Perancis ini memerankan seorang Kartala yang
lahir di Jawa dan diberi nama Kartolo. Dengan peran lemah-lembut Kartolo
melantunkan Gambang Suling Jawa yang diiringi dengan gamelan Bali. Sedangkan
Kartala yang diperankan oleh Made Agus Wardana Seniman Bali yang tinggal di
Belgia melantunkan gending Bali dan gerak tari yang mempertunjukan mimik topeng
WajahkuWajahmu, dimana wajah topeng
tersebut memiliki kemiripan dengan wajah pemakainya. (Ciaaattt-MB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar