Kamis, 12 Juni 2014

Ciaaattt...Perjalanan Menebar Seni di Belgia (bagian 13)

Pertunjukan MarimBALI di Konservatorium Brussel tgl 21 November 1996

       Hello para pembaca ? saya akan lanjutkan cerita saya lagi. Pada bulan november tahun 1996 silam, saya melakukan berbagai aktifitas seperti latihan musik, sekolah bahasa Inggris dan Perancis serta belajar memasak. Namun kali ini saya hanya akan bercerita tentang  persiapan latihan, pertunjukan/konser sederhana yang saya beri judul MarimBALI. Sebuah komposisi musik dimana saya menciptakan berdasarkan kebalian saya yang dibantu oleh teman saya Gabriel Laufer berdasarkan keeropeannya. Mau tahu selengkapnya ?  selamat membaca !

         Awal dari semua ini, adalah pertemuan saya dengan Gabriel Laufer, pemain perkusi Belgia yang secara kebetulan pada saat itu, sedang menimba ilmu di sekolah musik konservatorium Brussel. Saya bertemu dengan Gabriel, karena dia tertarik dengan gamelan Bali. Pertemuan dengannya sebagai langkah awal saya memahami ''prilaku'' musisi di Eropa. Gabi, panggilan akrabnya adalah seorang sahabat dan juga seorang guru bagi saya. Dialah yang membawa saya untuk mengenalkan dan berinteraksi dengan lingkungan musik di Belgia ini.  Keakraban dia adalah kita sering bercanda kesana kemari dan selalu membuat saya senang dan penuh tawa. hahahaha... Sayapun anggap dia sebagai keluarga terdekat saya di Belgia. Seorang teman sekaligus seorang kakak.

         Suatu hari Gabi mengajak saya ke konservatorium melihat mahasiswi cantik...hehehe salah, maksud saya alat -alat musik perkusi. Berbekal semangat dan kamera foto, saya memandang gedung Konservatorium dari atas, bawah, samping, depan dan berbagai sudut. Gedungnya biasa saja, tidak mewah. Di dinding Info sekretariat terpampang berbagai poster konser musik dan jadwal kegiatan kelas dalam bahasa Perancis, Inggris dan Belanda. Mahasiswa dan mahasiswi sibuk merangkul alat musik ada yang megendong gitar, cymbal drum, saxophopne, seruling, terompet dll.  
         
       Dalam sebuah sudut ruangan tiba tiba Gabi bertemu dengan seorang mahasiswi cantik. Gabi langsung cipiki, cipika dan cipiki (cium pipi kiri, cium pipi kanan cium pipi kiri).  Dalam hati kecil saya waktu itu, mimih pang telu maan niman nak luh jegeg, iri rage nok/tiga kali dapat cium pipi, cemburu saye....heheheh). Dengan menoleh ke arah saya, Gabi berkedip genit dengan kandungan arti yang bermakna Ramahlah kepada setiap perempuan dengan mencium pipinya sebanyak 3 kali berturut turut sebagai tanda keakraban.   Asyiik juga di eropa ya ! hehehe...dasar genit ah. Bolehkah saya mempraktekan makna ciuman Gabriel tersebut diatas : Jika bertemu gadis cantik saya akan langsung saja ah. Langsung apasih maksudnya ? Mencium ? Hati-hati loo...emangnya semudah itu ??  Oops hati-hati ! Ingat ada pacar di Bali. hmmm Ok dech.

    Dengan pelan Gabi mengambil kunci yang telah diberikan pegawai sekretariat dan membuka pintu pelan-pelan.  Saya dipersilahkan mencoba coba alat musik perkusi. Terlihat ada drum, marimba, piano dan banyak lagi. Satu persatu saya mainkan alat musik tersebut di dalam sebuah ruangan kelas. Mahasiswa dan mahasiswi sibuk kesana kemari di depan kelas sambil merangkul alat-alat musik. Saya merasa senang sekali berada dalam lingkungan seperti ini, lingkungan yang penuh dengan bunyi bunyian instrument. Kapan ya saya bisa sekolah disini ? bisakah ? Mampukah ? Itulah hasrat pikiran yang terlintas di bathin saya. Hmmm...sudahlah.



Vibraphone

belajar drum
     Beberapa alat musik saya coba satu persatu, tapi saya sangat tertarik kepada alat musik dari amerika latin yang sering disebut Marimba. Marimba mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : bilahnya sangat halus terbuat dari kayu pilihan, susunan bilahnya sama seperti susunan tuts keyboard/piano, panjangnya sekitar 3 oktaf atau kalau marimba besar 4 oktaf, dimainkan dengan cara dipukul dengan 2 hingga 4 Mallets, karakter suara  lembut dan jernih  dengan gema yang panjang terdengar. Melantunkan melodi diatas bilah kayu ini, saya mengandaikannya dengan beberapa alat musik bambu bali yang menggunakan 2 alat pukul seperti Rindik, Gandrung dan  Jegogan. Saya melantunkan sebuah gending dengan nuansa Bali menggunakan laras pelog dan slendro. Laras pelog dan slendro saya cari cari saja ditengah tengah bilahan kayu tsb, sambil memainkan kotekan kotekan.

         Berhari hari, berminggu-minggu bahkan berbulan bulan saya mencoba berlatih, memainkan marimba sesuka hati tanpa terbelenggu dengan partitur atau notasi a la barat.   Saya memainkan musik dengan perasaan hati dan daya ingat. Jeleknya kalau daya ingat menurun akibatnya permainan musikpun akan jelek. Kalau bisa kedua duanya memainkan musik dengan perasaan plus notasi. Beradu argumen dengan Gabi, mengkritisi permainan dia, memahami cara dan pandangan dia memainkan musik membutuhkan pemahaman yang serius sekali. Kalau di bali saya kebanyakan bermain gamelan suka ewer/ banyak bercanda, tetapi di Eropa jangan harap banyak bercanda. Namun demikian sekali-kali saya kembali ke adat dan kebiasaan seperti di Bali yang pada akhirnya berujung canda dan tertawa terbahak-bahak.

       Sebaliknya Gabi tidak setuju dengan ide saya, Gabi cemberut bersikap tenang, saya hadapi dengan senyuman kembali yang ujung-ujungnya canda dan tertawa. Proses bermain musik seperti ini, saya sukai. Proses itu hanya melalui berbagai perbedaan pendapat saja, akhirnya kita sepakat  memutuskan sebuah musik baru sebut saja MarimBALI. MarimBALI (Marimba Care Bali) adalah sebuah komposisi musik yang bernuansa perjalanan seorang anak muda Bali di rantau dengan rasa musik rasa nikmat, sedih, galau, rindu dan semangat menggunakan tehnnik rindik di dalam instrument Marimba. Dalam komposisi musik ini, Gabi memberikan tambahan-tambahan tekhnik marimba, dimana dia memainkan beberapa nada monoton berulang-ulang, selanjutnya saya sambut dengan nada berpola berulang-ulang  sehingga menghasilkan sebuah alunan kotekan terdengar seperti gamelan Bali.  Sementara itu, saya mencoba juga vibraphone. Saya mainkan secara sederhana saja. Vibraphone adalah alat musik perkusi seperti Marimba hanya dia terbuat dari metal. Dibawah instrumentnya terdapat pipa-pipa untuk resonator suara.

Perkusi Konser di Konservatorium Brussel, 1996


            Pada tanggal 21 November 1996, saya bersama Gabriel mendapat kesempatan menampilkan karya-karya komposisi musik kita dihadapan publik Belgia khususnya kalangan mahasiswa dan dosen di konservatorium Brussel. Saat itulah saya membuat duet yang saya beri nama DUO MADE (Made Gabriel Laurfer dan Made Agus Wardana). Duet ini akan berusaha menebarkan seni budaya Bali ke sekolah-sekolah, Universitas di belgia melalui workshop gamelan bali.

DUO MADE (gabriel Laufer dan Made Agus Wardana) 1996

MarimBALI konser di Konservatorium Brussel

Senyuman musisi lugu dan polos
    Untuk memperlihakan hasil kerja kita selama beberapa bulan, silahkan di klik dilinks youtube saya ini :


atau klik disini :  http://youtu.be/c42UahFw0bU

     
atau klik disini : http://youtu.be/S591TTk54y4

Bersambung !
ke : Bagian 14

Selengkapnya baca dari awal  :
Bagian 1Bagian 2Bagian 3Bagian 4Bagian 5bagian 6bagian 7bagian 8bagian 9,
bagian 10bagian 11bagian 12,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar