Tidak terasa sama sekali bahwa saya sudah berada di Belgia selama setahun. Ini mungkin karena aktifitas saya yang selalu berbeda-beda dan tidak membosankan. Untungnya lagi pertemanan yang saya lakukan membuahkan hasil persahabatan. Walau kadang hati saya tergores dengan ucapan-ucapan orang, entah itu menyakitkan ataupun gurauan, saya mencoba bersikap positif tanpa menjelekan siapapun. Saya percaya energi positif yang ada dalam diri, harus mampu mengalahkan energi negatif lawan bicara atau siapapun. Ini menjadi penting karena membentuk semangat hidup kita dalam keseharian. Hidup menjadi bahagia, karena tetap bersemangat. Horeeeeee......ciaaattt.
Dibalik semangat itu, jujur dikatakan bahwa saya juga mengalami kebosanan karena pola hidup jauh dari keluarga dan pacar. Ingin berbagi perasaan, jarak yang memisahkan kita. Ingin bersayang-sayang dengan pacar, hanya lewat tulisan dan suara telepon. Beginilah hidup di Luar Negeri. Hidup diluar negeri itu tidak selamanya indah. Barangkali sebagian orang menganggap menjanjikan kesuksesan, kehidupan disana lebih baik daripada di Bali-Indonesia. Belum tentu loo. Kita hidup di negeri orang itu sungguh membutuhkan perjuangan yang super ekstra, adaptasi budaya serta bahasa yang tidak bisa instan begitu saja.
Menjadi pribadi yang tangguh
Dari hal tersebut diatas, kita ambil yang positif saja. Banyak sekali pelajaran berharga yang saya dapatkan. Pelajaran itu maksud saya adalah terbentuk kepribadian yang tangguh, mampu mandiri dan berani menghadapi masalah apapun. Pribadi tangguh ini, tiada lain merupakan karakter pribadi yang memiliki kemampuan untuk bersyukur apabila mendapatkan sesuatu berkaitan dengan kesuksesan ataupun kebahagian. Sebaliknya, jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita harapkan, entah itu berupa kegagalan ataupun kesedihan, maka secara otomatis kita memiliki ketahanan menghadapi masalah tersebut dengan bersabar.
Berani hidup mandiri
Sewaktu di Bali, saya akui bahwa saya kurang mandiri. Dapat dikatakan terlalu manja dan terlena dengan keadaan lingkungan sekitar yang pola hidupnya hanya monoton begitu saja. Keluarga dirumah juga sebagai penyebab kita menjadi manja. Ibu terlalu kasihan melihat anaknya memasak di dapur, padahal ada niat untuk menjadi tukang masak Itulah Ibu, yang selalu sayang terhadap anaknya. Walaupun demikian, kita juga tetap harus menghormati Ibu kita. Senangnya lagi di Bali, kalau kita mendapatkan masalah hampir seluruh keluarga menawarkan bantuan. Bantuan jasa, modal, moral dan sebagainya. Kita sih dengan senang hati menerima bantuan orang lain. Kadang ada jeleknya juga sih. Berkat bantuan itu kita pun menjadi tidak mandiri, tidak berusaha sendiri dan malahan merasa tergantung karena akan ada yang membantu.
Setahun di Negeri Belgia terasa lain. Saya sendiri, mau tidak mau harus mempunyai sikap mandiri. Saya dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri. Siapa yang akan memberi kita makanan kalau kita tidak bisa memasak, siapa yang akan membantu kita kalau kita sedang sakit, siapa yang akan berbelanja kebutuhan pangan kalau bukan kita. Maka dari itu, kita harus berusaha untuk dapat sepenuhnya berdiri diatas kaki sendiri. Kemandirian merupakan perilaku positif yang tidak tergantung kepada orang lain. Orang yang mandiri bahkan akan berusaha memecahkan masalah sendiri tanpa bantuan orang lain. Untuk itulah kita harus bangkit menjadi pribadi yang mandiri. Dibawah ini dapat saya bayangkan bahwa mandiri memiliki beberapa karakteristik yaitu :
Bersambung ke bagian 15
Dibalik semangat itu, jujur dikatakan bahwa saya juga mengalami kebosanan karena pola hidup jauh dari keluarga dan pacar. Ingin berbagi perasaan, jarak yang memisahkan kita. Ingin bersayang-sayang dengan pacar, hanya lewat tulisan dan suara telepon. Beginilah hidup di Luar Negeri. Hidup diluar negeri itu tidak selamanya indah. Barangkali sebagian orang menganggap menjanjikan kesuksesan, kehidupan disana lebih baik daripada di Bali-Indonesia. Belum tentu loo. Kita hidup di negeri orang itu sungguh membutuhkan perjuangan yang super ekstra, adaptasi budaya serta bahasa yang tidak bisa instan begitu saja.
Menjadi pribadi yang tangguh
Dari hal tersebut diatas, kita ambil yang positif saja. Banyak sekali pelajaran berharga yang saya dapatkan. Pelajaran itu maksud saya adalah terbentuk kepribadian yang tangguh, mampu mandiri dan berani menghadapi masalah apapun. Pribadi tangguh ini, tiada lain merupakan karakter pribadi yang memiliki kemampuan untuk bersyukur apabila mendapatkan sesuatu berkaitan dengan kesuksesan ataupun kebahagian. Sebaliknya, jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita harapkan, entah itu berupa kegagalan ataupun kesedihan, maka secara otomatis kita memiliki ketahanan menghadapi masalah tersebut dengan bersabar.
Berani hidup mandiri
Sewaktu di Bali, saya akui bahwa saya kurang mandiri. Dapat dikatakan terlalu manja dan terlena dengan keadaan lingkungan sekitar yang pola hidupnya hanya monoton begitu saja. Keluarga dirumah juga sebagai penyebab kita menjadi manja. Ibu terlalu kasihan melihat anaknya memasak di dapur, padahal ada niat untuk menjadi tukang masak Itulah Ibu, yang selalu sayang terhadap anaknya. Walaupun demikian, kita juga tetap harus menghormati Ibu kita. Senangnya lagi di Bali, kalau kita mendapatkan masalah hampir seluruh keluarga menawarkan bantuan. Bantuan jasa, modal, moral dan sebagainya. Kita sih dengan senang hati menerima bantuan orang lain. Kadang ada jeleknya juga sih. Berkat bantuan itu kita pun menjadi tidak mandiri, tidak berusaha sendiri dan malahan merasa tergantung karena akan ada yang membantu.
Setahun di Negeri Belgia terasa lain. Saya sendiri, mau tidak mau harus mempunyai sikap mandiri. Saya dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri. Siapa yang akan memberi kita makanan kalau kita tidak bisa memasak, siapa yang akan membantu kita kalau kita sedang sakit, siapa yang akan berbelanja kebutuhan pangan kalau bukan kita. Maka dari itu, kita harus berusaha untuk dapat sepenuhnya berdiri diatas kaki sendiri. Kemandirian merupakan perilaku positif yang tidak tergantung kepada orang lain. Orang yang mandiri bahkan akan berusaha memecahkan masalah sendiri tanpa bantuan orang lain. Untuk itulah kita harus bangkit menjadi pribadi yang mandiri. Dibawah ini dapat saya bayangkan bahwa mandiri memiliki beberapa karakteristik yaitu :
- Sikap mental yang baik (Saya berusaha sikap santun kepada siapa saja, memberikan apresiasi pemberian orang lain, tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif dimanapun saya berada)
- Memiliki keberanian (Berani menghadapi masalah apapun dengan berusaha sabar melawannya, tenang di hati dan pikiran )
- Memiliki tanggung jawab (sebagai seorang guru gamelan yang dikirim dari Bali, saya bertanggung jawab terhadap hasil dan kwalitas pementasan kesenian, dan tidak pernah terlambat dalam latihan)
- Mempunyai inisiatif (Saya juga tidak mau selalu tergantung kepada orang lain, saya juga harus bisa berkomunikasi dengan bahasa perancis, akhirnya sayapun berinisitif belajar sendiri membaca buku walaupun masih tidak mengenal tata bahasa yang benar)
- Percaya Diri (dilingkungan saya bekerja adalah kantoran, saya dihadapkan kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman banyak, tetapi saya saya harus percaya diri bahwa kemampuan saya dalam kesenian walaupun masih umur 25 tahun saya berani dan percaya bahwa saya memiliki kelebihan dan keahlian)
- Berani bersaing (di Eropa ini ternyata kita membutuhkan persaingan. Menjadi seniman kantoran apakah membutuhkan berani bersaing. jawabanya tentu ya. Saya mencoba dan mencoba berkolborasi dengan seniman lokal yang kemampuannya hebat, tapi saya bisa kok bersama mereka memainkan musik bersama walau saya tidak bisa membaca notasi dengan baik dan benar)
- Tekun dan Fokus (saya berusaha tekun melakukan kegiatan, tekun berkreatifitas, fokus berkesenian, ini modal dasar kita akan maju. Katanya...hehehehe)
Pertunjukan kesenian dalam tahun 1996
Setiap hari saya menulis Buku diary. Setiap aktifitas saya goreskan di kertas, dan mengingatkannya, mengevalusianya. Ada yang menarik, ada yang menyesakkan adapula yang membanggakan. Kegiatan kesenian khususnya saya torehkan dalam sebuah list pertunjukan. Ternyata setelah saya hitung-hitung berdasarkan foto, tulisan tangan, diary, poster dan flyer akhirnya saya menyimpulkan bahwa pertunjukan yang telah saya lakukan selama setahun ini adalah sebanyak 22 kali pertunjukan. Di kota brussel 9 kali, kota antwerpen 2 kali, Leuven 3 kali, Liege 1 kali, Gent 1 kali, Bern Swiss 1 kali, Den haag 1 kali, amsterdan 1 kali. Setelah saya hitung jumlah penonton yang hadir sebanyak 14.560 orang. Sumber ini dari lapangan, melihat langsung, data KBRI brussel dan data tv. Kenapa jumlah penonton menjadi ribuan sombong sekali. hehehe. Pada tanggal 12 Juli 1996, saya menampilkan pertunjukan di TV Nederland Belanda yang sudah pasti tentunya penonton jutaan donk.Saya beertanya ke pihak tv sekitar 15.000 atau jutaan. Waduh daripada salah tulis saya coba 10.000 saja dech. Saya tidak mau lebih dari itu, sebagai info bahwa pada tahun 1996 penduduk Belanda adalah 15 jutaan, berarti bisa jutaan ya yang nonton....hmmm sudahlah.
Boleh donk saya berbangga, boleh donk saya tersenyum, setahun memperjuangkannya bukanlah hal yang gampang. Dan pengiriman saya ke Belgia oleh STSI Denpasar sebagai guru pengajar, sedikit tidaknya tidak merugikan negaralah. Tidak merugikan tiket pesawat dan honor perbulan yang saya terima 40.000 Bef/per bulan/kotor. heheheheh...(potong sewa rumah 11.000 Bef, biaya listrik dan gas 5000 Bef, belum makan dan minum, ongkos telepon, asuransi kesehatan juga looo ). Dibawah ini ada Data pertunjukan yang saya lakukan silahkan di simak dan dianalisa.
Data Pertunjukan kesenian tahun 1996 |
ini dia pertunjukan di TV nederland di youtube :
Cerita sebelumnya : Bagian 14, Bagian 13, Bagian 12, Bagian 11, Bagian 10, Bagian 9, Bagian 8, Bagian 7, Bagian 6, Bagian 5, Bagian 4, Bagian 3, Bagian 2, Bagian 1
sangat bermakna
BalasHapusmakasi yan
HapusWow keren broo, bisa jadi buku. Paling tidak dihadiahkan ke kerabat, kenalan atau siapa saja yang ditemui dan memberi apresiasi. Gifts yang bermakna, #menurutsayalo
BalasHapusthanks juga atas komentnnya ya.
Hapus