Kembali ke Bali
Hari ini tepat pukul 13.30, tanggal 4 Februari 1997. Pesawat yang saya tumpangi dari Brussel menuju Bali sebentar lagi akan mendarat. Saya sudah tidak sabar menunggu. Jantung berdetak keras, emosi membara, sudah tidak tahan dengan kondisi yang membosankan di pesawat terbang ini. Saya menoleh jendela pesawat melihat fenomena alam yaitu awan berlarian, samar-samar tampak laut kebiruan, jalan-jalan raya seperti benang benang kusut, pantai indah dengan pasir putihnya tampak jelas dari atas ketinggian pesawat.
Tiba-tiba ''JEDEEERRRR'' suara pesawat membahana. Aduh, apaan itu ? pikir saya. Semua penumpang saling memandang. Suara aneh berbunyi eiiiiiiiiiiit.....eiiiiiiiiiiiiiit....eiiiiiiit. Tambah bingung saya. Saya lirik orang sebelah, dia tersenyum. Sayapun bertanya kepada dia, dan dia jawab itu roda pesawat yang diturunkan. Tanda siap mendarat. oooohhhh....deg degan juga saya.
Tepat pukul 14.00, Serrrrrrrrrrrrrr. Penerbangan tujuan Denpasar Bali dari Brussel - Frankfurt yang ditempuh 14 jam tiba dengan selamat. Seluruh penumpang mayoritas turis asing yang akan berlibur ke Bali bertepuk tangan tiada henti. Mereka bersuka cita karena landing berjalan mulus. ikut gembira ah...Horeeeee...saya selamat tiba ditempat tujuan. Saya berkemas mempersiapkan diri untuk turun dari pesawat. Asal tahu saja pembaca, saya sudah rapi loo, baju baru loo, seluruh badan bermandikan parfum, pokoknya sudah siap 'berpelukan'' dengan sang pacar pujaan hatiku. heheheh.
Singkat cerita karena sudah tidak sabar menunggu moment bahagia ini, saya berusaha tenang dan berjalan sambil mendorong koper diatas Trolley. Saya memperhatikan setiap wajah-wajah para penunggu atau penjemput penumpang yang penuh sesak. Perhatian saya tertuju kepada sesorang gadis rambut lurus berbaju kotak merah. Saya hampiri dan saya tahu siapa dia. Saya tidak sanggup untuk berucap. Saya sedih bercampur gembira dan saya memeluknya dengan erat. ......................................maaf ya, saya tidak bisa melukiskan dengan rangkaian kata disini. Hanya bersyukur dia sehat dan kita bertemu kembali. Sebuah ketulusan cinta dan saling pengertian diantara kita adalah modal cinta kita. Kita berusaha mempertahankan kasih sayang abadi ini demi masa depan kita.
Sementara itu, disamping kiri saya berdiri Bape dan Meme (Orang Tua). Kita melepas kangen saling berpelukan dan berlinang air mata. Inilah orang tua kita yang selalu sayang dan sabar menunggu anaknya pulang. Dibawah ini saya selipkan rasa kangen itu, dengan suling Bali yang saya unggah ke youtube silahkan klik dibawah ini :
atau klik dilinks dibawah ini :
Suling bali untuk sang pacar
Menikmati Kebahagiaan
Bagi sebagian orang uang adalah segala-galanya. Dengan uang mereka bisa meraih apa saja. Uang memang bisa memberi kesenangan namun sifatnya hanya sementara. Sesaat hal tersebut nampak menyenangkan namun kenyataannya kesenangan itu akan sirna kembali. Bagi saya uang memang penting, tapi tidak yang terpenting. Cuman kalau uang sedikit, hidup sedikit melilit. Tidak dipungkiri bahwa uang memegang peranan dalam kelangsungan hidup seseorang. Banyak yang menderita karena tidak punya uang. Sehingga kitapun mengakui beberapa orang mendapat kemewahan hidup tanpa harus bekerja keras akan memperoleh kesenangan juga.
Tapi itu realitas hidup yang harus dihadapi, akan tetapi ada satu hal yang tidak bisa dibeli oleh uang yakni kebahagiaan. Buktinya saya alami sendiri. Kerja diluar negeri sudah tentu memiliki uang karena hasil tabungan, walau tidak banyak. Beruntung sekali saya tidak suka berjudi, tidak berfoya-foya dan tidak bergaya hidup mewah. Uang hasil jerih payah setahun tersimpan dengan baik di rekening bank. Tetapi uang itu belum memberikan kebahagiaan begitu saja terhadap saya. Saya belum bisa menikmatinya kebahagiaan itu bersama pacar beserta keluarga terutama Bape dan Meme karena jarak yang memisahkan kita. Berapapun kita punya uang, kita tidak bisa membeli kebahagian begitu saja. 100 euro = bahagia ? enak saja. 1000 euro = bahagia ? emangnya beras. 10.000 euro = Bahagia ? emangnya mobil. 1.000.000 Euro = Bahagia ? sempruuullll. Kebahagiaan itu tidak ternilai harganya. Kebahagian adalah sebuah kondisi dimana keseimbangan materi, pikiran dan jiwa dapat saling menyatu memberi energi positif terhadap setiap langkah kehidupan kita. Kalau kita punya uang banyak, hidup serba mewah tetapi jika pikiran dan jiwa kita tidak tenang, apa itu bahagia ? tidak bukan. Nah, Disinilah kita membutuhkan sebuah keseimbangan dimana materi cukup serta hati dan jiwa tenang terpenuhi, niscaya bahagia kita raih.
Sekarang ini, saya telah tiba di Bali. Saya bertemu dengan pacar beserta keluarga. Saya berhasil melewati masa-masa sulit di negeri orang. Dan saya merasakannya bahwa detik ini saya merasa sangat berbahagia. Berbahagia berada ditengah-tengah orang yang paling kita sayangi. Hati dan jiwa tenang, bagaikan air segar mengalir didalam tubuh ini melepas dahaga. Kebahagian yang kita sudah raih itu sesungguhnya adalah pemberianNY. Mari kita bersyukur kehadapan Ida Shanghyang Widi Wasa/Tuhan YME bahwa kebahagian yang kita sudah raih ini dapat memberikan kedamaian di hati kita untuk selamanya lamanya.
Bersambung ! ke bagian 16
Singkat cerita karena sudah tidak sabar menunggu moment bahagia ini, saya berusaha tenang dan berjalan sambil mendorong koper diatas Trolley. Saya memperhatikan setiap wajah-wajah para penunggu atau penjemput penumpang yang penuh sesak. Perhatian saya tertuju kepada sesorang gadis rambut lurus berbaju kotak merah. Saya hampiri dan saya tahu siapa dia. Saya tidak sanggup untuk berucap. Saya sedih bercampur gembira dan saya memeluknya dengan erat. ......................................maaf ya, saya tidak bisa melukiskan dengan rangkaian kata disini. Hanya bersyukur dia sehat dan kita bertemu kembali. Sebuah ketulusan cinta dan saling pengertian diantara kita adalah modal cinta kita. Kita berusaha mempertahankan kasih sayang abadi ini demi masa depan kita.
Sementara itu, disamping kiri saya berdiri Bape dan Meme (Orang Tua). Kita melepas kangen saling berpelukan dan berlinang air mata. Inilah orang tua kita yang selalu sayang dan sabar menunggu anaknya pulang. Dibawah ini saya selipkan rasa kangen itu, dengan suling Bali yang saya unggah ke youtube silahkan klik dibawah ini :
atau klik dilinks dibawah ini :
Suling bali untuk sang pacar
Menikmati Kebahagiaan
Bagi sebagian orang uang adalah segala-galanya. Dengan uang mereka bisa meraih apa saja. Uang memang bisa memberi kesenangan namun sifatnya hanya sementara. Sesaat hal tersebut nampak menyenangkan namun kenyataannya kesenangan itu akan sirna kembali. Bagi saya uang memang penting, tapi tidak yang terpenting. Cuman kalau uang sedikit, hidup sedikit melilit. Tidak dipungkiri bahwa uang memegang peranan dalam kelangsungan hidup seseorang. Banyak yang menderita karena tidak punya uang. Sehingga kitapun mengakui beberapa orang mendapat kemewahan hidup tanpa harus bekerja keras akan memperoleh kesenangan juga.
Tapi itu realitas hidup yang harus dihadapi, akan tetapi ada satu hal yang tidak bisa dibeli oleh uang yakni kebahagiaan. Buktinya saya alami sendiri. Kerja diluar negeri sudah tentu memiliki uang karena hasil tabungan, walau tidak banyak. Beruntung sekali saya tidak suka berjudi, tidak berfoya-foya dan tidak bergaya hidup mewah. Uang hasil jerih payah setahun tersimpan dengan baik di rekening bank. Tetapi uang itu belum memberikan kebahagiaan begitu saja terhadap saya. Saya belum bisa menikmatinya kebahagiaan itu bersama pacar beserta keluarga terutama Bape dan Meme karena jarak yang memisahkan kita. Berapapun kita punya uang, kita tidak bisa membeli kebahagian begitu saja. 100 euro = bahagia ? enak saja. 1000 euro = bahagia ? emangnya beras. 10.000 euro = Bahagia ? emangnya mobil. 1.000.000 Euro = Bahagia ? sempruuullll. Kebahagiaan itu tidak ternilai harganya. Kebahagian adalah sebuah kondisi dimana keseimbangan materi, pikiran dan jiwa dapat saling menyatu memberi energi positif terhadap setiap langkah kehidupan kita. Kalau kita punya uang banyak, hidup serba mewah tetapi jika pikiran dan jiwa kita tidak tenang, apa itu bahagia ? tidak bukan. Nah, Disinilah kita membutuhkan sebuah keseimbangan dimana materi cukup serta hati dan jiwa tenang terpenuhi, niscaya bahagia kita raih.
Sekarang ini, saya telah tiba di Bali. Saya bertemu dengan pacar beserta keluarga. Saya berhasil melewati masa-masa sulit di negeri orang. Dan saya merasakannya bahwa detik ini saya merasa sangat berbahagia. Berbahagia berada ditengah-tengah orang yang paling kita sayangi. Hati dan jiwa tenang, bagaikan air segar mengalir didalam tubuh ini melepas dahaga. Kebahagian yang kita sudah raih itu sesungguhnya adalah pemberianNY. Mari kita bersyukur kehadapan Ida Shanghyang Widi Wasa/Tuhan YME bahwa kebahagian yang kita sudah raih ini dapat memberikan kedamaian di hati kita untuk selamanya lamanya.
Menikmati kebahagian di sebuah kampung di Bali tahun 1997 |
Cerita sebelumnya : Bagian 14, Bagian 13, Bagian 12, Bagian 11, Bagian 10, Bagian 9, Bagian 8, Bagian 7, Bagian 6, Bagian 5, Bagian 4, Bagian 3, Bagian 2, Bagian 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar