Rabu, 30 Oktober 2013

Ciaaattt...Perjalanan menebar seni di Belgia (bagian 11)


Pelestarian permainan traditional anak-anak Indonesia tahun 1996


      Ssssstttt.....jangan berisik, jangan diganggu, sedang melamun nih. Badan letih sejak beberapa hari ini karena terlalu banyak aktifitas. Perlahan-lahan mata ini terpejam sehingga terlupa hilang ingatan. zzzz...Zzzzzz...zzzzz........hmmm. Bayangkan lamunan saya seperti ini. 

''Dari kejauhan tampak sebuah keluarga kecil yang sangat berbahagia dengan kedua anaknya. Kedua anak ini sebut saja Boubou, 6 tahun kelas satu SD dan Lidi 8 tahun kelas 3 SD.   Mereka berjalan menyisiri trotoir dengan ceria sambil menggendong cartable/tas sekolah.  Sekali kali mereka berloncat-loncat dan tertawa terpingkal-pingkal dan saling bercanda.  Zzzzzzz....zzzzzz.... Selang beberapa menit kemudian keluarga kecil tersebut melewati sebuah taman dengan danau yang dipenuhi burung, bebek dan angsa putih. Boubou dan Lidi mengambil roti yang terselip di tas, dan menumpahkan di dekat tanah rerumputan. Puluhan bebek dan angsa berceloteh girang-gedambyang berlomba menyerbu kedua anak tersebut.  Burung gagak hitam tidak tinggal diam, ikut beraksi merebut seonggok roti sambil terbang kesana kemari. Boubou dan Lidi terlihat senang dengan rotinya habis dimakan oleh bebek dan burung. Mereka sangatlah menyayangi hewan-hewan tersebut. Bahkan burung, bebek dan angsa sudah terbiasa melihat kedua anak itu. Hewan itu menjadi sangat jinak tanpa merasa takut terhadap anak kecil. Keakraban terbina secara alami, menjalin kasih sayang abadi satu sama lain. Ini adalah cara hidup damai dimana kita mempunyai welas asih yang alami bagi semua makhluk hidup dan menghormati kebebasan serta kepribadian mereka. Alangkah bahagianya kalau kita hidup di dunia seperti ini saling sayang menyayangi, menghargai dan menghormati.  Boubou dan Lidi senang, hati sayapun sungguh senang ''. Disini senang disana senang dimana mana hatiku senang.....zzzzzzzz...Zzzzzzzzzzzz.

        ''Tingting'' bunyi bel tram, tersentak kaget saya dari lamunan. Saya terbangun langsung berdiri. Pikiran saya adalah harus turun di halte tram berikutnya. Beberapa menit kemudian saya duduk lagi. Saya sadar sedang melamun. yeeehhhh....Di depan tempat duduk saya, duduk polos anak kecil bule cantik tersenyum manis. Dia tertawa geli melihat saya kaget. Ibunya melirik anaknya sambil memandang ke arah saya. Terus saya mengucapkan Pardon (di baca pardong) bahasa Perancis untuk meminta maaf. Saya minta maaf karena membuat kaget anak kecil tersebut. Ibunya dengan ramah membalasnya ''il n'y a pas de problème, monsieur''.( tidak ada masalah, Pak)  Saya jawab saja dengan santai ''OK Madame. eee...eeee. saya terbata dengan balasan kata :  Je suis très fatigué. (saya terlalu capek)

        Saya coba lagi dengan kata lainnya... J'ai beaucoup de travail (Saya terlalu banyak kerja/aktivitas) hanya itu yang tercatat dibenak saya.  Si Madame tersenyum ramah membalas sapaan saya. Ingin sekali saya berbicara lebih akrab lagi kepada mereka ini.  Saya sadar saya sedikit mengerti bahasa Perancis. Kapankah saya bisa belajar Perancis ? Di Brussel hampir 80% masyarakatnya berbahasa Perancis disamping Belanda dan Inggris. Ingin rasanya diri ini kursus bahasa secepatnya. Sayangnya, kursus bahasa perancis harus menunggu tahun ajaran baru yang akan dimulai bulan september, Akibatnya harus menunggu waktu lagi dech. Sabar ya Om. Untuk sementara ini, mari belajar lewat buku percakapan bahasa Perancis. Niat saya belajar bahasa perancis sangatlah tinggi. Saya bertekad suatu saat nanti saya harus bisa berbahasa perancis. Tidak usah ribet dengan tata bahasa, bergramer, yang penting saya bisa berkomunikasi dengan warga Belgia.  

        Setengah jam kemudian, saya tiba di rumah. Saya duduk di depan televisi menonton film kartoon kesukaan saya yaitu Tintin in Tibet. Tintin seorang petualang berprofesi sebagai reporter muda belia ditemani anjing kesayangannya Milou. Tintin ternyata berwatak keras dan kreatif banget. Dia selalu semangat mencari dan berusaha dengan ide-idenya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.. Karakter Tintin luar biasa, sangat inspiratif. Saya mengambil secarik kertas, sembari kriuk-kriuk mengunyah krupuk. Jaen gati nok krupuk ene/enak sekali krupuk ini.  Lagi-lagi melamun, kembali melamunkan anak kecil yang bercanda dan bermain tadi. Iseng kepikiran dalam hati sanubari saya, niat mengajak anak-anak Indonesia di Belgia untuk belajar menari sambil bernyanyi. Mungkin salah satunya adalah bermain dolanan, sebuah permainan traditional anak-anak Bali dan Jawa. Kalau di Bali menggunakan lagu meong-meong, ongkek ongkek ongkir dan lain lain. Ada nyanyinya, ada narinya dan banyak bercanda secara bebas. Cocok sekali buat pertumbuhan anak-anak. Daripada dia menonton televisi dan bermain game secara terus menerus di dalam kamar, bisa bahaya donk pertumbuhan karakternya.  Mari kita salurkan bakat  dan talenta mereka dan kita berikan pembinaan seni untuk meningkatkan spirit sosial dan  memupuk cara berpikir melalui permainan tradisional ini.  

          Begitulah, awal awal saya mengajak anak anak Indonesia terutama yang tinggal dan lahir di Belgia, untuk mencintai budayanya sendiri. Jujur saya katakan bahwa kalau saya mempunyai anak lahir di Belgia nanti bisakah saya memberi pengaruh budaya Bali terhadap mereka ? Belum tentu looo. Padahal kita tahu, hidup di Eropa ini sudah pasti berbeda dengan di Bali. Pola pikir (mindset), kepribadian, wawasannya mungkin mirip dengan orang eropa pada umumnya.  Ini sebuah tantangan lagi. ahhh...sudahlah !! Kita pikirkan nanti saja, yang penting saya sudah berusaha mengingatkan kepada anak Indonesia bahwasanya kita memiliki berbagai permainan tradisional yang tidak kalah menariknya dengan video game dan acara televisi. Benarkan pembaca ? Kapan lagi kita harus mempertahankan lagu lagu tradisional anak-anak.  Kalau tidak saat ini, kapan donk. ? Inilah moment terbaik. Saat mereka berusia dini  kita membentuk karakternya, untuk tetap mengenal budaya Indonesia. Budaya nusantara yang adi luhung dengan kebhinekaannya dan toleransinya yang tinggi.


        Dengan berbagai kesempatan, saya memberanikan diri mengusulkan kepada KBRI Brussel untuk memulai pelatihan permainan tradisional dolanan anak anak Bali yang diiringi  gamelan. Gayung sudah pasti bersambut, pihak KBRI sangat mendukung program ini dan akan dipentaskan pada saat HUT RI 17 Agustus dan Peringatan Hari Anak Nasional. Horeeee......Tibalah saatnya kita berlatih dan berlatih.  Jadwal latihan intensif setiap hari rabu dan sabtu. Ibu-Ibu Dharma Wanita dan Ibu-Ibu Lokal staf KBRI Brussel tidak ketinggalan berpartisipasi  bermain gamelan. Saya pilih gending meong-meong artinya Kucing-kucing. Gending Meong-meong ini termasuk kelompok tembang Bali yaitu SEKAR RARE, jenis tembang dengan menggunakan bahasa bali lumrah/biasa bersifat dinamis dan gembira yang disertai dengan permainan tradisional anak anak.

            Inilah hasil daripada jerih payah kita bersama selama beberapa minggu latihan, hasil yang sederhana tapi maksud dan tujuan tercapai yaitu memberi pengaruh dan mengajak anak Indonesia di Belgia untuk mencintai budayanya sendiri. Silahkan klik video dibawah ini :

                                                Dolanan anak-anak, HUT RI 17 Agustus 1996





Klik juga disini :


lanjutan dibawah :
Ciaaattt...perjalanan-menebar-seni-di Belgia Bagian XII






Kamis, 24 Oktober 2013

Ciaaattt...Perjalanan menebar seni di Belgia (Bagian 10)


Ciaaattt...Pertunjukan  3 negara :  Brussel - Belgia, Bern - Swiss dan Amsterdam - Belanda.

Hello para pembaca ? Salam Ciaaattt dulu ya. Kalau baca blog saya ini, mestinya dari awal ya. supaya nggak tersesat. OK ? Baca dulu bagian Pertama (Ciaaattt...16-tahun-di-Belgia-Bagian 1)  hingga bagian ini. Ditanggung asyiiik dech. Mari kita lanjutkan....


Musim Semi di Belgia.


       Setelah selama tiga bulan saya di Belgia, musim dingin berangsur-angsur menghilang.  Hari ini adalah persis di bulan April. Tibalah musim semi. Musim semi (spring) yaitu musim peralihan yang terjadi setelah musim dingin sebelum musim panas. Tumbuh-tumbuhan yang daunnya  gugur di musim dingin, sekarang waktunya mekar kembali. Tunas-tunas muda tumbuh mengawali kehidupan baru, seakan menyambut ramah sinar matahari yang cerah.  Angin semilir yang berhembus hangat memberi cahaya segar kepada mahluk hidup di alam ini. Beberapa minggu kemudian tampak aneka warna keindahan alam terutama taman dan hutan yang bertabur bunga mawar dan tulip dan lain lain. Indah, cantik nan bersemi. Aroma alam yang harum dengan parfum alami tersebut memberi rasa damai dihati.  Saya berpikir, saatnya kita lebih kreatif dan bersemangat seiring dengan perubahan musim ini. Barangkali musim semi ini cocok untuk para pencipta musik kreatif yang menyukai keindahan. Melukiskan keindahan di musim semi dengan alunan melodi manis yg bernafaskan asri, lembut dan anggun. Sungguh indah bukan ? cieeee...bahasa saya berbunga-bunga...heheheh.

       Dibawah ini, karena tulisan saya diatas berhias bunga-bunga, saya memberanikan diri dengan GRnya mencipta sebuah komposisi musik dengan alunan suling yang sederhana. he...he...tentunya nuansa bunga dirangkum menjadi sebuah musik instrumental bercorak musim semi. ''Bunga-bunga menyapa di pagi hari dengan aroma yang khas''. sok romantis nih ! Coba diklik dibawah ini ya  ''It's a beautiful morning'' . Pejamkan mata biar terasa nikmat....heheheh.


 
Klik disini juga : Ciaaattt...It's a beautiful Morning

         Seiring dengan perjalanan waktu di musim semi ini, dengan pikiran yang masih fresh dan bugar, saya mempersiapkan beberapa aktifitas berkesenian dari latihan hingga pertunjukan. Dalam waktu mendatang, saya sedang mempersiapkan 3 pertunjukan besar yaitu konser unik dengan Renaud Patigny Maestro Boogie-Woogie Belgia di Brussel pada tanggal 12 Mei 1996. Kemudian persiapan pertunjukan Indonesian Ethnic Fussion di Bern, Swiss pada tanggal 18 Mei 1996 serta rekaman Gamelan Bali untuk Televisi Nederland di Amsterdam pada tanggal 12 Juli 1996. 


Pertunjukan Perdana dengan Maestro Boogie-Woogie  Belgia Renaud Patigny


         Berawal dari kebetulan saja, saya bertemu dengan Renaud. Renaud beristrikan warga Indonesia. Suatu hari kita bertemu di rumahnya di daerah Watermael Boitsfort Brussel yang asri di kelilingi hutan lindung alami. Saya membawa 1 kendang, 1 gangsa/pemade gamelan dan 1 suling Bali. Berjam jam kita coba melantunkan melodi memadukan irama mencari harmoni dengan ritme Bali. Lumayan menghabiskan banyak waktu dengan target menghasilkan beberapa komposisi musik yang ''Menarik'' terutama dengan nada suling. Renaud kan maestro Boogie-Woogie ? Komposisi musik yang baru ini apakah style Boogie-Woogie om ? Jawabannya tentu tidak. Stylenya kita perpaduan baru, bisa dikategorikan dengan World Music. Percampuran alat tradisional dengan piano, sedikit ngePOP gitu dech. 

        Kita semua tahu bahwa Renaud alirannya adalah Boogie-Woogie. Kali ini dia menyimpang dikit dari aliran  dia.  Saya ingatkan ya, Boogie-Woogie adalah style musik yang berasal dari afrika-amerika dan berkembang ditahun 30'an dan 40'an dengan nuansa bluesnya. Style ini menurut saya sangat energik sekali, digoyang dengan dansa kaki yang berputar-putar dengan mengikuti alunan piano dengan hentakan dahsyatnya. Nah, Renaud disini memang rajanya. Kharisma atau Taksu Renaud terpancar disini. Dia kalau bermain style ini, penonton pasti heboh dan tergila gila bergerak. 

         Pertemuan dengan Renaud, sangat berarti buat saya. Disamping mempelajari proses berkesenian dia, saya mendapatkan sesuatu yang istimewa. Misalnya saya mengenal style musiknya dia secara langsung yaitu Boogie-Woogie. Walaupun saya sedikit minder dengan gayanya Renaud yang berboogie-woogie, tapi saya tetap saja berusaha ikut bergoyang. Pada umumnya musisi eropa selalu menggunakan notasi untuk belajar atau mencipta musik. Disini kadang saya berpikir kesel terhadap diri sendiri, kenapa kita tidak bisa baca notasi ya. Padahal kita lulusan sekolah musik. Karena ISI Denpasar sebagai almamater saya dulu, kalau kita mencipta musik gamelan, kita tidak pernah memakai notasi standar eropa seperti ini. Kita selalu memakai notasi ''nding ndong ndeng ndung ndang''. Mungkin disini ada hikmahnya semua, sebagai lulusan seni musik mestinya atau wajib mengerti notasi standar internasional, jadi seniman kita gampang mendunia gitu loo. Tapi...itulah kenyataannya. tidak bisa notasi. kasihan dech gue jadi seniman daerah saja....heheheh.

             Pada tanggal 12 Mei 1996, bertempat di sebuah Cafe di Brussel, saya lupa namanya. Disitulah saya bersama Renaud mengalunkan nuansa baru dengan memadukan suling Bali, sekali kali saya memainkan kendang mengiringi piano Renaud Patigny. Hasilnya lumayan, tidak terlalu sukses banget sih. Respon penonton gimana ? Pada saat konser ini kita mempertunjukan 2 style musik. Pertama dengan komposisi World Music dan bagian kedua Boogie-Woogie. Ternyata kesan pertama yang ada penonton biasa saja. Tapi setelah dihentak dengan style Boogie-Woogie, penonton terhipnotis dan berjingkrak-jingkrak. Sedangkan perpaduan musik kita hanya menjadi ''wacana perbincangan'' sesuatu yang baru, yang perlu dipoles lagi agar lebih baik dan seunik mungkin. Banyak hal yang mesti dibenahi. Respon penonton ini menjadi evaluasi bahwa menciptakan karya  musik yang baru itu belum tentu disukai oleh penonton. Dan ini menjadi tantangan kita.Tidak apa-apa. Toh ini hanya pertunjukan perdana. Mudah-mudahan suatu saat nanti akan lebih baik.  Mari jadikan cambuk, siapa tahu kita mampu dengan  pertunjukan yang lebih greget lagi. ayo cambuk tiga kali...kaplak kaplak kaplak.....cakit ah !

Bersama Renaud Patigny di London 1997.

Pertunjukan Indonesian Ethnic Fusion di Bern Swiss


         Mengatur jadwal latihan dan pertunjukan dalam beberapa hari ini sangat sulit. Terkadang penabuh dan pemusik tidak hadir. Ingin rasanya saya marah, tapi saya pikir lagi buat apa marah. Sudahlah. di telan aza marahnya ya, nanti juga dia hilang begitu saja. Bayangkan, ada latihan dengan Renaud Patigny, latihan Indonesian Ethnic Fusion dan latihan gamelan untuk rekaman. Untungnya, masih ada celah celah kosong dan pengertian dari berbagai pihak untuk mengatasi keadaan yang kadang bertabrakan jadwalnya. Namun semua sudah terlewati, saya bersabar dengan kondisi yang ada. Kesabaran itu membawa hasil, yaitu Indonesian Ethnic Fusion (IEF) bersiap tampil untuk Bern. Pokoknya tampil di Swiss.

         Apaan sih IEF ? kok sepertinya luar biasa banget.  Sebenarnya sih, tidak ada yang luar biasa. IEF itu sebuah garapan musik yang memadukan alat musik gamelan dan suling Bali dengan Band KBRI Brussel. Simpel saja kok. Saya kebetulan diminta untuk tampil mewakili team kesenian KBRI Brussel dalam acara pertemuan Kepala Perwakilan RI yang sering disebut K6 (Enam Perwakilan RI di Eropa Barat)  Nah, saat itu terbetik ide untuk menampilkan kreasi baru IEF ini. Kita latihan 3 kali seminggu selama 4 jam berturut turut setiap malam. Staf KBRI banyak yang memberi dukungan. Kita juga tetap bersemangat, walaupun masih banyak kekurangan dalam kebersamaan melodi, harmoni dan ritme. Mohon maklum ya.. karena kondisi latihan yang kurang banyak. Namun dalam seminggu sebelum hari H proses latihan ini menjadi lebih baik. Kita putuskan bersama bahwa pertunjukan di Bern nanti kita akan menggunakan nama group Bhineka Tunggal Ika. Karena grup kita berasal dari berbagai daerah di nusantara yaitu ada Didi, Lahay, Jorry dari Sulawesi, saya dari Bali, dan eddy, bambang, yanto dari  Jawa.

         Tepat tanggal 18 mei 1996, dengan semangat yang bersinar terang, kami grup Bhineka tunggal Ika KBRI Brussel nekat menggoda publik di acara pertemuan tersebut. Pokoknya tim kesenian KBRI Brussel hebat dech. Begitulah respon penonton saat itu yang kebanyakan warga negara Indonesia. Penonton sangat antusias dan mengagumi yang berbau-bau kreatif. Semenjak itulah, orang mulai mengenal ada ''sesuatu'' dari KBRI Brussel. Ada sebuah gelembung kreatif seni yang muncul ke permukaan. Kita sebagai seniman secara tidak langsung lebih bersemangat karena sebutan itu. Ciaaattt...semangat.

Beraksi di Bern, Swiss


Penampilan di Bern, Swiss



Rekaman Pertunjukan Gamelan Bali di TV Nederland, Amsterdam Belanda


          Hari demi hari saya lalui dengan beragam aktifitas. Kali ini, saya bertemu dengan Gabriel Laufer. Dia teman dekat saya. Saya diundang ke konservatorium musik untuk jam sesion. Saya memainkan perkusi musik seperti drum, djembe, vibravone dan Marimba. Mencoba coba sesuatu yang lain saja. Hati saya tertuju kepada Marimba. Alat musik ini mengingatkan saya alat musik Bali seperti rindik, gandrung dan jegogan. Suara merdu dari kayu ini, sangat menggoda saya. Perlahan-lahan saya mainkan dengan perasaan. Halus, lembut, menyentuh dan sekali kali kebyar. Saya ingin mencipta karya musik dengan alat ini.  Saya ambil catatan kecil saya tulis dengan notasi 'hati' saya sendiri, saya coret-coret ala kadarnya. Saya ingin mencipta sesuatu dari alat musik ini. Ah...saya sebut saja MarimBALI. siapa tahu pas. Tekhnik dan melodi bergaya Bali. Dan saya tidak berhenti sampai disitu...saya akan kembangkan lagi di lain hari, di lain waktu dan tanggal. Bertambah lagi kegiatan saya berkesenian di sekolah musik Konservatorium Brussel ini. Mudah-mudahan ada pertunjukan MarimBALI suatu saat nanti, itulah harapan saya selalu.

          Latihan Gamelan Bali untuk rekaman TV di Amsterdam gimana ? Aduh...hampir lupa nih. Pokoknya tidak ada masalah ya. Saya atur sedemikian rupa jadwalnya. Fokus kita sekarang latihan gamelan untuk rekaman TV, latihan gamelan anak-anak untuk acara 17 Agustus 1996 dan latihan MarimBALI di Konservatorium. Persiapan latihan Gamelan untuk rekaman TV  dilakukan setiap 2 kali seminggu. Latihan rutin dan termotivasi karena pementasan di TV. Bersyukur tidak ada halangan berarti, semua bisa diatasi. Namun, tidak disangka sangka saya mengalami ''kecelakaan''.  ''Kecelakaan'' apa ? 4 hari sebelum Rekaman TV, saya ikut latihan pertandingan sepakbola acara HUT RI 17 agustus. Saya menjadi pemain bola no 10 seperti Maradona. Menang di gaya berlagak seperti Maradona, tapi mainnya jatuh tersungkur melulu...heheheh. Parahnya lagi, saya tidak mengontrol diri main bola, sehingga saya terjatuh parah dengan kedua lutut kaki terkoyak berdarah oleh lapangan keras tanah merah. Darah mengucur dengan derasnya di kedua lutut kaki yang tidak memakai pelindung lutut. Aduh...sakitnya minta ampun. Terus gimana donk pertunjukan lagi 4 hari lagi ? Saya juga was was loo. Khawatir tidak bisa menari Baris. Saya beri obat merah saja, tapi sakitnya minta ampun. mana tahan. Saya sedikit pincang. 4 hari kemudian, ternyata bertambah sakit dan belum kering.  Tapi saya berusaha menahan sakit. aaahhh...kesel dech. !

         Pada tanggal 12 Juli 1996,  hari ini panas menyengat. Musim panas  Jam 07.00 seluruh penabuh Kembang Nusantara bersiap berangkat menuju Amsterdam, Belanda untuk persiapan rekaman TV nederland. Motivasi penabuh sangat tinggi, dukungan KBRI brussel dibawah pimpinan Dubes RI Sabana Kartasasmita luar biasa. Apalagi dukungan Bapak Yamasita Lahay yang sebagai kabid. pensosbud yang juga sebagai pemain cengceng/cymbal lebih dahsyat lagi. Intinya bahwa kita semua bersemangat. Mari kita jaga kekompakan dan motivasi ini.

             Pukul 10.00 seluruh crew Kembang Nusantara yang berjumlah 15 orang telah tiba dengan selamat di studio TV nederland. Seluruh istrument gamelan diangkat menuju tempat rekaman. Suasana studio sangat profesional ada tempat berhias, makanan disediakan, kita bisa latihan berkali kali. Syukur lagi, program ini berjalan dengan lancar.

Untuk lebih memudahkan para pembaca melihat penampilan langsung dan suasana rekaman di TV Nederland, klik dibawah ini ya :



kalau ada masalah klik disini juga : Ciaaattt...Gamelan di TV NED


(Bersambung )

Klik disini lanjutannya : Ciaaattt...Perjalanan menebar seni di Belgia (Bagian XI)









Senin, 22 Juli 2013

Ciaaattt...Perjalanan menebar seni di Belgia (Bagian 9)



Mencari kesempatan berkreasi dalam Ethnic Fussion


      Setelah konser perdana pertunjukan kesenian di Konservatorium Brussel tanggal 29 Februari 1996 lalu, tampaknya KBRI Brussel tidak berhenti sampai disitu. Kesempatan berkesenian diciptakan dengan penuh semangat. Salah satunya adalah diselenggarakannya pameran lukisan yang diadakan pada tanggal 30 Maret 1996 di Aula Serba Guna KBRI Tervuren.. Dalam pameran lukisan ini dipamerkan berbagai lukisan karya pelukis terkenal Indonesia.  Para undangan yang terdiri dari kalangan akademis, diplomat negara sahabat sangat antusias hadir. Tidak ketinggalan grup Gamelan Gong Kebyar KBRI Brussel memeriahkan acara pembukaan dengan menampilkan gamelan dan  tari Bali.  Hadirin bertepuk tangan dengan meriah, wartawan TVRI menyuting-nyuting kesana kemari sambil melirik-lirik dan membidik respon positif terhadap pertunjukan kesenian kita. Saya sendiri yakin, kita akan masuk tipi (terlihat di TV). horeeee.....! loncat loncat tiga kali...maklum terlalu kampungan ya...heheheh. Pembaca tahu nggak sih, kenapa saya senang masuk tipi ?  Bukan popularitas, bukan pula ingin terkenal. Yang jujur adalah agar orang tua dan pacar di Bali melihat bahwa saya baik baik saja  di negeri orang. begiculah kira kira.



Dubes RI, Sabana Kartasasmita beserta undangan dalam pameran Lukisan di KBRI BRUSSEL


       Hari sudah agak sore, setelah pertunjukan usai saya masih tetap di KBRI Brussel. Saya menuju ruangan gudang bawah atau sering disebut kelder. Kelder sedikit agak angker. Nuansanya lain sekali dan penuh misteri. Boleh percaya atau tidak, kira kira terbayang ada unsur-unsur magisnya....heheheheh. Sssstt...Jangan takut ya. itu hanyalah ilusi kita saja. Di kelder ada barang barang kesenian angklung yang tertumpuk di gudang, kemudian  peralatan band disudut ruangan dengan peralatannya. Wah ! Asyik juga disini. Bisa ngeband.  Pikiran saya merenung berkreasi. Berfantasi ingin melakukan sesuatu dengan alat kesenian ini. Hal yang membuat saya lebih menarik lagi adalah tercetus keinginan saya membuat perpaduan musik atau istilah sekarangnya ethnic fussion,  memadukan alat musik tradisional dan peralatan musik barat ini. Siapa tahu memberikan pengalaman lain bagi saya. Mencari celah berkreatifitas. Saya pikir disinilah yang disebut sebuah kreatifitas, dimana merupakan proses konstruksi gagasan original (asli) yang mampu menemukan ide-ide kreatif dan unik. Ide kreatif ini sangat dibutuhkan sehingga menjadi titik awal dalam hal penciptaan sebuah karya seni. Kira-kira begitu. Ngerti nggak sih ?...atau malah bingung bacanya ya. Sory ya..saya sok teori....hihihi.

      Para pembaca yang keren...!
      Sebelum membaca lanjutan diatas,  saya mau tanya dulu nih. Apakah anda ngefans cokelat Belgia ?  atau anda pecinta cokelat swiss ? Ayo coba jawab, apakah cokelat Belgia lebih enak dari coklat swiss ? Mari kita bahas menurut "selera ya". Kalau saya sendiri, saya lebih suka cokelat "Praline"nya Belgia. karena sangat khas.  Jika diperhatikan kandungan cokelat murninya lebih banyak. Rasanya pun menantang berkat pengolahan, proses fermentasi yang jauh lebih baik. Cokelat Noir Belgia yang berwarba hitam pekat kandungan cokelat murni hingga 70 %. Gulanya sedikit, manisnya otomatis kurang tapi sehat untuk tubuh kita.  Seorang warga Belgia Mr. Jean Neuheus sejak tahun 1857 mendirikan toko coklat di Galerie de la Reine. Toko tersebut tetap berdiri hingga sekarang. Hebat sekali kan. Karena perkembangan pemikiran yg lebih variatif, akhirnya tahun 1912 Neuheus menciptakan model Praline (Baca : Pralin) yang menjadi khas itu. Cokelat jenis Praline ini merupakan coklat dengan beraneka rasa dalam berbagai bentuk kecil. Urutan terenak brand cokelat Belgia yang paling saya sukai adalah Marcolini, Neuheus, Godiva, Leonidas, Guylian, Cote d'or...hmmmm enak. 

      Wah bagaimana dengan coklat Swiss ya ? Menurut 'selera ya', saya lebih suka coklat susunya swiss, maksud saya Milk Chocolate. Swiss adalah masternya disini. Super enak, walaupun gulanya buanyak? Tapi enak. Favorit saya adalah merk/brand  Cailler, Chocolat au lait des alpes suisses. heheheh. 

       Jadi dapat saya simpulkan sbb : Belilah cokelat kalau anda berkunjung kedua negara penghasil cokelat tersebut. Cokelat adalah kado unik dari  negara ini yang sudah merupakan tradisi ratusan tahun. Tapi pilihlah yang lebih banyak kandungan cokelatnya, supaya kita sehat. OK ?  (Saat saya sedang nulis ini, saya sedang mencicipi cokelat Cailler swiss, untungnya saya punya teman di Swiss ).


Kita lanjutkan cerita saya diatas ya....
      Suatu hari di KBRI diadakan latihan Band di Kelder yang serem itu.  Saya ditawarkan untuk ikut oleh teman yaitu Didi. Saya mencoba coba saja, mengikuti grup band yang terdiri dari diplomat, pegawai setempat, masyarakat. Saya beranikan diri menggunakan satu instrument gamelan yaitu gangsa/pemade. Walaupun tuningnya agak miring sedikit, tapi saya berusaha dan nekat untuk tetap mencobanya. Saya ambilkan kendang kecil dan duduk manis di depan gamelan. Saya mainkan secara improvisasi sebuah gending gamelan yang cepat. Rupanya beberapa musisi ini, tertarik melihatnya karena dinamis sekali. Kita coba bersama walau sangat repetitif sekali, tapi ini sebuah pengenalan ritme Bali kepada grup Band ini. Ritme, melodi yang saya mainkan tadi, saya komposisikan menjadi sebuah musik ciptaan saya yang baru. Saya beri judul Kebyar. Kebyar berarti bertempo cepat dan bersemangat. Pembaca ingin melihat bagaimana sih ''kebyar'' itu, coba lihat di youtube ya  :


atau klik disini : ciaaattt...kebyar di Luxembourg



              Perpaduan musik yang saya sebut dengan Ethnic Fussion ini, hanyalah sebatas kreatifitas sederhana yang terlintas di pikiran saya. Karena ada prasarananya, masak sih kita tidak manfaatkan ?. Secara musikalitas, mungkin masih jauh dari harapan. Kritikan buat saya sendiri adalah memang gamelan instrument, kurang pas digunakan, alias tidak pas tuningnya.  Namun semua itu adalah tantangan. Semakin banyak tantangannya semakin kita keras untuk memikirkannya. Solusinya  adalah gamelan itu dituning/disamakan nadanya ke instrument yang kita padukan dengan tidak mengurangi kekhasannya. Beranikah ? Ciaaattt...

Bersambung !













             

             


              







Jumat, 21 Juni 2013

Ciaaattt...Perjalanan menebar seni di Belgia (Bagian 8)


Pertunjukan Kecak Perdana di Konservatorium Brussel.

     Saya berdiri linglung panik sendiri. Saya bersiap-siap memakai kostum penari.  Kostum ini untuk pertunjukan tari kecak. Kostum ini adalah kombinasi antara kostum tari Baris dengan tari Topeng Bondres. Kalau dirantuan ya beginilah modelnya. serba pas-pasan. Mohon maklum ya ! belum punya kostum sesuai dengan penokohan cerita sih. Sebagai informasi, dalam tokoh yang saya tarikan, saya menjadi seorang Raja Genit yang sedang menggoda putri yang mau dipersunting menjadi istrinya. Seorang Raja yang bersifat sombong dan angkuh.  Perwatakan keras tapi menebar pesona. Kira-kira kalau dibandingkan dengan jaman sekarang ini, Raja itu ibarat seorang Pejabat Genit yang suka menggoda wanita muda....hihihihihi. Punya kekuasaan, punya uang, punya segalanya. tapi kampungan. heheheh. Tapi tidak semua pejabat seperti itu. Banyak yang jujur juga loo.
     
        Saya lanjutkan ya ceritanya...Dengan gugup saya memulai memakai kostum satu demi satu. Tangan saya gemetar, karena pembawa acara sudah menyatakan bahwa inilah penampilan tari kecak. Saya bingung mau minta tolong ke siapa ? Dengan tidak sadar pula, saya menarik sebuah tali pengikat kain Baris. Tanpa disengaja, keles/copot. Stress berat ! Panik bercampur malu. Nyali menciuuuttt. Bisa dibayangkan kalau pembaca juga mengalami hal yang sama seperti ini. Hancuuuurrrr....Saya berusaha menutupi kepanikan ini  dengan bersiul sambil bernyanyi. si si su so su su ......Ternyata panik tidak hilang, malah semakin pusing. aduuuhhh.....benyah ne ! (ungkapan bahasa Bali kalau sedang stress ).

      Penonton semakin gerah, saya semakin panik ! Mata semakin memerah, sambil berkedip-kedip.  Seribu kali saya garuk-garuk kepala padahal tidak gatal. Aduhhh...Benyah lagi. Beberapa detik kemudian saya berusaha memusatkan pikiran. Menenangkan hati. Saya bernafas pelan-pelan  sambil memejamkan mata. Ssssssstttt.....!  Desahan nafas saya sangat kuat, saya harus melawan kepanikan ini dengan kesabaran. Saya ikat saja kain kostum pakaian tari baris yang copot tadi. Memang bentuknya menjadi lucu. Seharusnya perawakan Raja besar dan tinggi. Tapi disini malahan Raja menjadi kurus kerempeng karena diikat. hahahahah....lagi lagi Benyah ne. Alhasil berhasil. apanya berhasil ? berhasil terikat maksudnya. Saya bisa dengan tenang menahan emosi ini.  Akhirnya sayapun memberi komando kepada para penari yang sudah bersiap-siap dari kemarin. Seluruh penari kecak bergerak dengan semangat membara, perut gendut bergetar kekiri dan kekanan, kedua tangan keatas mengumbar bau ketiak, jari bergerak-gerak dengan bersama-sama menyanyikan BYUUUUK SIIIIRRRRR.... pertanda kecak di mulai.

Klik links dibawah ini :


Kalau tidak bisa buka youtube diatas coba klik link dibawah ini :
Kecak Perdana

         Kalau sudah lihat video diatas berarti sudah terbayang lah kira kira. Begitulah kecak perdana itu. Mewujudkan pertunjukan model seperti ini, gampang-gampang susah. Penyebabnya situasi dan kondisi. Namun melihat kesederhanaan pertunjukan ini semua, kalau saya kaji dengan pendapat sendiri bahwa yang paling utama adalah kemauan dan upaya kerja keras para pengecak ini yang perlu diberi banyak Like. Karena sebenarnya merekalah yang membuat pertunjukan menjadi lancar. Mereka ini memiliki kebanggaan. Mereka sangat bangga dengan budayanya sendiri, walaupun mereka berada dan lahir di Belgia. Kebanggaan berbudaya Indonesia ini kita harus pupuk terus, sehingga indentitas ke-Indonesia-an sedikit terjamin. Semakin sering ada kegiatan berkesenian seperti ini lama-lama orang menjadi terpangaruh dengan sendirinya.  Mudah-mudahan keberadaan saya menjadi seorang penabuh gamelan di belgia ini menjadi semangat awal dan bermanfaat untuk remaja Indonesia yang lahir di Belgia. Kita coba mempengaruhi mereka dengan hal yang positif. Pilihan saya adalah pengaruh budaya Indonesia yang terkenal dengan keramahannya serta nilai toleransi antar ethnik melalui pertunjukan kesenian. Terbukti sudah kita terlihat bersatu dalam kecak perdana, pengecaknya berasal dari Jawa, Bali, Sulawesi dalam pertunjuka perdana kita diatas.

           Horeeeee.......Pertunjukan usai ! Saya pikir kita semua senang dan bahagia. KBRI Brussel sebagai penggagas acara ini menilai program ini berlangsung baik, lancar tanpa ada rintangan sedikitpun. Saya bersyukur kehadapan Ide Sanghyang Widi Wasa bahwa kita semua larut dalam kecerian. Masih banyak sekali kekurangan yang ada dalam pertunjukan ini, tapi sedikit tidaknya saya bisa membuka langkah kecil bahwa kebudayaan Bali, Indonesia ini mampu menjadi jembatan antara orang belgia dan orang Indonesia. Jembatan kekeluargaan untuk mengunjungi keindahan Indonesia di kemudian hari.

Bersambung !

Lanjutannya dibawah ini ya ;
       Ciaaattt...Perjalanan menebar seni di Belgia (Bagian IX)
     

Rabu, 20 Maret 2013

Ciaaattt...Perjalanan menebar seni di Belgia (Bagian 7)


Kedatangan Prof. Dr.  I Made Bandem di Brussel

        Dua  hari sebelum pergelaran perdana, Bidang Pensosbud KBRI Brussel sibuk mempersiapkan kedatangan maestro seni, Bapak Prof. Dr. I Made Bandem. Kedatangan Bandem adalah atas undangan KBRI Brussel untuk memberikan ceramah kesenian Bali di sekolah musik Konservatorium Brussel sekaligus pergelaran perdana gamelan dan tari Bali. Dalam kesempatan itu, saya menemui beliau dan menyampaikan perkembangan latihan serta materi apa saja yang telah saya ajarkan.  Faktor-faktor penggangu proses belajar mengajar  saya sampaikan secara detail seperti kemampuan penabuh, jadwal latihan hingga  terkena cacar.  Hal-hal menarik yang saya sampaikan juga tentang antusias para pendukung kesenian sangat besar. Tidak lupa pula  sesuatu yang patut dihargai adalah penyediaan  konsumsi hidangan khusus  setelah selesai latihan.  Penyampaian itu bukan Asal Bapak Senang, tapi adalah sebuah informasi jujur tentang situasi dan kondisi mengajar. Pengalaman unik mengajarkan Bapak-Bapak berdasi yang bukan pemusik sejati. Ini sangat berbeda sekali dengan kita mengajarkan penabuh yang berlatar belakang pendidikan musik. Kita akan dengan mudah mengajarkan mereka bermain gamelan. Kalau disini sangat lain. Mengajarkan penabuh yang sebelumnya punya pekerjaan kantoran dengan tingkat sensitivitas tinggi. Mereka lelah karena sudah bekerja selama 8 Jam. Ditambah lagi 2 jam belajar gamelan dan kecak. Capek kan ?

       Namun demikian, rasa capek itu saya geser pelan pelan dan hilangkan. Capek tidak terasa lagi, mereka menjadi terhibur. Saya berusaha mengajak mereka (penabuh dan penari) menikmati gamelan dan tari kecak menjadi sesuatu hal yang menyenangkan. Mereka akhirnya berpendapat bahwa latihan gamelan bukan menjadi pekerjaan tambahan, malahan dapat menghilangkan stres dari kerjaan monoton setiap hari. Saya beruntung sekali pernyataan itu sering terlontar dari Bapak -Bapak penabuh ini.

      Reaksi Pak Bandem gimana ? Dia hanya tersenyum simpatik, sambil memberikan semangat kepada saya. Tiba-tiba dia bertanya :  " Kapan latihan kecak ?, Sekarang pak, jawab saya. Mari kita latihan bersama, jawabnya lagi. Ringkas cerita, semua para penari kecak serius sekali mendengar dan memperhatikan setiap arahan bapak profesor ini. Untung juga di poles oleh Bapak Bandem, akhirnya kecak tambah semarak.

       
Pagelaran perdana Gamelan, Tari Bali dan Kecak, 29 Pebruari 1996.


         Di pagi yang bersemangat ini, saya memulai aktifitas dengan hati yang damai. Saya hidupkan dupa duduk tenang diatas tempat tidur. Bersila memusatkan pikiran. Pikiran saya tertuju kepada tempat persembahyangan saya ke Bali yaitu  Pura Kesuma Sari Banjar Pegok. Pura ini adalah pura yang terletak di samping rumah saya di Bali. Dengan khidmat, saya mulai melakukan persembahyangan. Memohon petunjuk agar saya memperoleh kekuatan, ketenangan, kesehatan, keselamatan dan kesuksesan.  Hari ini adalah hari perdana sebuah pegelaran kesenian akan di gelar di Gedung Pertunjukan Konservatorium Brussel Belgia. Selama hampir 2 bulan berada di Belgia, saya berusaha sekuat tenaga mengajarkan para penabuh pemula dan para penari remaja untuk menampilkan salah satu "keunikan Indonesia" yaitu pegelaran gamelan dan tari Bali yang dimeriahkan dengan tari kecak kreasi. Semoga shanti shanti shanti. Damai damai dan damai.

        Setibanya saya di kantor, seluruh persiapan sudah dijadwalkan dengan baik. Gamelan, kostum penabuh dan penari, dekorasi telah terkumpul di salah satu  ruangan KBRI Brussel. Mobil pengangkut gamelan "caminonette"  sudah tersedia di halaman gedung KBRI. Saya dibantu oleh staf Pensosbud KBRI saling bekerjasama mengangkat dan memasukan gamelan Bali  beserta peralatan dekorasi lainnya.  Dalam waktu hanya  45 menit 17 instrument gamelan yang terdiri dari 2 pasang kendang, 1 gong, 1 kempur, 1 kemong, 2 kantilan, 2 gangsa, 1 ugal, 1 cengceng, 1 kadjar , 2 jegogan dan 1 reong sudah tertata rapi di dalam mobil. Instrument tersebut beratnya bervariasi dari 5 kg hingga 50 Kg. Itulah gamelan sangat berat bukan ? Kalau diangkat dengan hati senang, berat itu sama sekali tidak terasa.  Untungnya buat kita adalah  mengangkat gamelan itu sama dengan berolahraga. Jadi kita bisa sehatkan ? Cuman resiko dari mengangkut gamelan ada 3 antara  lain :  Pertama sakit pinggang, jika cara mengangkatnya tidak benar. Kedua, tangan terjepit, jika tidak hati hati. ketiga, Susuban (Jari tertusuk serat kayu) jika tidak memakai sarung tangan. Unik bukan ? heheheh.

     



      Sebelum pertunjukan di mulai, saya sempatkan diri keluar gedung konservatorium Brussel. Persisnya di depan pintu, suasana malam terang dengan lampu jalanan yang menghiasi kota, meski dingin menusuk tulang saya beranikan diri keluar berpakaian adat Bali. Ingin merasakan musim dingin di bulan februari ini. Memang benar embeeer...dingin banget. Mahasiswa dan mahasiswi konservatorium, melihat saya keheranan-heranan. Kenapa ya ? Saya sadar ternyata, saya keluar gedung dengan pakaian adat Bali yang dilengkapi udeng. Mereka pikir saya aneh kali ya. Biarin ! Jadi pusat perhatian sementara. Sekalian lihat mahasiswi yang manis - manis seperti kecap abc. Aissss....ingat pacar di bali ya....!!

        Tepat pukul 20.00, pertunjukan di mulai. Wajah-wajah penabuh terlihat lucu. Ada yang tegang karena pertama kali tampil, ada juga yang terlalu percaya diri ketawa-ketawi kesana kemari. Sebagai seorang pelatih sekaligus menarikan tari Baris, perasaan saya seperti nasi campur Bali. Ada yang pedas, ada yang asin, bercampur kegelisahan dan ketegangan. Tapi saya berusaha menutupi semua itu dengan senyum nyengir kuda dengan keliatan gigi gitu....(ketawa kuda iiiikiiiiiiikiiiikkkk).

        Suasana hening, penonton memandang dengan seksama. Belasan penabuh berdasi duduk manis memainkan tabuh pembukaan yaitu tabuh petegak seliris. Sebuah tabuh/instrumental yang dimainkan dengan sederhana dengan permainan  kotekan polos dan sangsih. Saya yang memainkan kendang melirik kekanan kekiri dengan senyum genit memberi isyarat bahwa semuanya berjalan dengan baik. Disamping kiri saya duduk pemain suling namanya mas Bambang. Mas Bambang yang duduk tersiksa karena kegemukan berusaha meliuk-liuk melantunkan suara suling. Sebentar-sebentar saya menyapa dia dengan gerak-gerak kendang, diapun menyapa dengan senyum terkulum sirih karena sedang memainkan suling.  Lama kelamaan saya merasa ada sesuatu yang aneh pada diri Mas Bambang. Kenapa ? Wajah dia nampak memerah seperti  wajah manusia disengat 10 kumbang. Bengkak dan memerah. nah looo...kasihan amat. Saya coba lagi memberi senyuman, tapi apa responya. Dia merespon dengan NYURENG (expresi alis dan mata dikedip berdekatan).  hihihihihi.....

       Selama hampir 5 menit saya memainkan tabuh petegak selisir, seluruh penabuh sangat ceria. Mereka senang dan merasa sukses memainkan tabuh tersebut tanpa kesalahan. Tapi sayang, ada satu penabuh yang super gelisah yaitu mas Bambang si pemain suling. Kenapa ? Jawabannya saya ketahui setelah pertunjukan selesai. Penyebabnya adalah saya. Saya lupa memberitahukan bahwa bermain suling itu semestinya ada jeda/berhenti sebentar. Rupanya dia memainkan suling secara terus menerus tanpa berhenti selama 5 menit. Pantesan mukanya kembung seperti balon ketiup. Ampun mas ! Maaf kan saya. hehehehehe....

         Detik demi detik, menit demi menit saya lalui. Selanjutnya pertunjukan tari pendet penyambutan. Tiga   orang penari remaja cantik sangat serius menarikan tari pendet. Tangan halus berkutek  memegang bokor emas/tempat bunga, senyuman manis menawan, jari tangan lentik bergetar dengan postur tubuh Ngaed (dibungkukan) sambil menyesuaikan irama gamelan  yang diakhiri dengan seledet (mata melirik). Penonton serasa ingin memeluk erat ketiga penari cantik ini. .......seperti om om genit yang mengidamkan para ABG. hihihihi....Begitulah suasana yang tercipta.  Diakhir pertunjukan ketiga penari cantik ini menaburkan bunga mawar warni warni sebagai simbul penyambutan hangat kepada para hadirin yang menyaksikan tersebut. Ditengah-tengah para hadirin, tersenyum lega Duta Besar RI, Bapak Sabana Kartasasmita memberi apresiai kepada para penari cantik yang telah berusaha menampilkan dirinya sebaik baiknya. Bravo para penariku !.




Klik videonya disini ya :



           Sekarang giliran saya, menarikan tari Baris. Maaf ya, saya bukan jago menari Baris, tapi berusaha menarikannya dengan sebaik-baiknya. Tari baris adalah tari yang bersifat kepahlawanan. Hentakan kaki yang keras dan dinamis harus disesuaikan dengan angsel/tanda suara kendang.  Tari Baris ini tidak terlalu lama kira kira 4 menit. Perlu dicatat pemain kendangnya adalah Bapak Edy Hariadi, seorang diplomat muda yang juga seorang seniman. Permainan kendangnya mantaf. Boleh nih, Bapak yang satu ini, usaha dan upaya  belajar beberapa hari membuahkan hasil, saya hargai sekali. Kemauan dan niatnnya itu, mengagumkan. Tanpa kecuali, penabuh yang lain juga tidak kalah sengitnya. Semangat bermain ditunjukan dengan sangat gembira. Pertunjukan ini berjalan dengan lancar. Seperti biasa penonton bertepuk tangan tanda apresiasi. Terimakasih Penabuh gamelanku !



Klik video disini ya :


                Program berikutnya adalah Demonstrasi  Gamelan dan Tari Bali oleh Prof. Dr. I Made Bandem. Wajahnya yang ramah dan sangat simpatik mampu mencuri perhatian hadirin untuk mendengarkan setiap kata yang diucapkan dan  setiap gerakan unik yang dilakukan. Dia menggunakan bahasa Inggris dalam demonstrtasi tersebut sehingga para penonton dengan mudah memahaminnya. Saya yang duduk manis didekat gamelan, memandang dan mendengarkan bahasa Inggris yang disampaikan Bapak Bandem, walaupun kadang beberapa kata yang saya belum mengerti maksudnya. Beliau sangat piwai membangun suasana. Beberapa kali hadirin terlihat tertawa terbahak bahak. Taksunya kuat, sangat menarik sekali. Ingin sekali saya seperti dia, bisa mengucapkan sesuatu dihadapan Publik, kemudian publik merespon dengan baik pula. Mimpi kali ya...suatu saat saya juga ingin tampil seperti Beliau ini. Bisakah ?. Untuk lebih jelasnya saya ingin mengajak pembaca mengklik video dibawah ini. Sesuatu yang sangat menarik untuk para pecinta kesenian Bali.

klik disini :
Demonstrasi Gamelan dan tari Bali oleh Prof. Dr. I Made Bandem



Bersambung !

lanjutannya disini ya :

Bagian VIII



















       

















Minggu, 10 Maret 2013

PARADE OGOH OGOH DI BELGIA, 2013


PARADE OGOH OGOH 2013 DI BELGIA.

Ciaaattt...Apa kabar para pembaca ? saya mau cerita dulu ya, tentang parade ogoh ogoh di Belgia tahun 2013. Begini, sudah siap ?

          Mungkin banyak yang bertanya ?  Kenapa sih parade ogoh ogoh diadakan di Belgia sebanyak 3 kali ? Kok sepertinya repot-repot saja. kok bisa ? Modal apaan sih ? Jawabannya sangat simpel, berkat sebuah semangat. cieeee...Tanpa semangat kita tidak mungkin berdaya ! Cieee...Bukan pula semangat perorangan, tetapi semangat kebersamaan. Tidak mudah kita mendatangkan Ogoh-Ogoh ke Belgia. Tidak mudah kita mengorganisir acara seperti ini. cieee...Tidak mudah kita mendatangkan massa pendukung ! Tidak mudah pula kita mendapat dukungan dari segala arah ! cieeeee... (kata cieee bermaksud mengasyikan suasana). Kalau sudah usai, saya selalu bersyukur bahwa semua berjalan lancar dan mendapat sambutan positif dari setiap orang, sambil menyampaikan matur suksme ucapan terima kasih atas dukungannya. jreeeengggg..

         Seperti semangat yang kita lakukan baru baru ini, ratusan umat hindu Bali di Belgia - Belanda menyambut meriah Parade Ogoh-Ogoh dalam rangka menyambut hari raya Nyepi Tahun Baru Caka 1935 di halaman gedung KBRI Brussel Belgia, hari  Sabtu 9 Maret 2013.  Biar dirimu tahu, sebenarnya kita memiliki 4 Ogoh-Ogoh yaitu  Detya Niwatakwaca, Arjuna, Saraswati dan Hanuman. Tahun 2013 ini kita hanya menggunakan 3 buah Ogoh-Ogoh tanpa kehadiran Mr. Detya Niwatakwaca karena patah dan rusak.

Festival Ogoh Ogoh I, 1 Juni 2011 di Taman Pairi Daiza, Belgia
Klik video ini :

Festival Ogoh Ogoh II, 6 mei  2012 di Taman Pairi Daiza
Klik video ini :

        4 Ogoh Ogoh ? Darimana sih ogoh ogoh tersebut ? Kok bisa ? Wah !!! Ternyata Ogoh-ogoh ini didatangkan  khusus dari Pulau Dewata buatan GASES (Gajah Sesetan) yaitu Detya, Arjuna dan Saraswati sedangkan Hanuman karya mahasiswa kreatif dari IHD (Institut Hindu Dharma) Bali. Setiap tahun kok Ogoh-Ogohnya itu-itu saja ? iya donk, memelihara 4 ogoh ogoh itu saja perlu perhatian khusus. Daripada keluarin biaya lagi, mendingan ini dirawat dengan baik. Betul nggak ?.  Semestinya kan Ogoh-ogoh itu dibakar ? Kenapa di Belgia tidak. Alasannya karena kita gunakan sekalian untuk promosi budaya Indonesia. Kalau ada pameran wisata/budaya/perdagangan KBRI manfaatkan sebagai pajangan unik di Paviliun Indonesia. Makna parade Ogoh-ogoh tidak hilang kok.  Dalam setiap parade, kita sampaikan ke publik Ogoh-Ogoh Detya yang bersifat jahat dimusnahkan oleh Ogoh-Ogoh Arjuna Memanah sebagai simbul kebaikan. Dibawah ini saya buatkan sekedar Info dan makna ke tiga Ogoh-Ogoh tersebut. Sedangkan Ogoh-ogoh Hanuman, hanyalah Ogoh-Ogoh tambahan yang tidak ada hubungannya dengan ketiga ogoh ogoh sebelumnya.

Ciaaattt Info :
Detya Niwatakawaca

Diceritakan sebuah Kerajaan Himantaka dibawah pimpinan Detya Niwatakawaca memiliki pasukan raksasa yang sakti dan tangguh. Detya Niwatakawaca menganggap dirinya kuat tidak terkalahkan oleh manusia sakti maupun para Dewata, dan tidak akan mati oleh senjata apapun. Setelah memperoleh kekuatan dari Dewa Ciwa, timbulah rasa angkuh, sombong dan bangga akan kekuatannya serta menganggap tidak ada satupun kekuatan lain yang mampu menandinginya. Dengan keangkuhan itu, dia ingin mempersunting Dewi Supraba. Hal tsb dianggap suatu penghinaan oleh para Dewata.

Dilatarbelakangi hal ini menyebabkan terjadinya peperangan antara pasukan Detya Niwatakawaca dengan para Dewata. Merasa kewalahan menghadapi serangan para raksasa, para Dewa meminta bantuan kepada Arjuna, seorang Ksatria Pandawa yang sangat terkenal dengan keberanian dan kepandaiannya dalam ilmu perang, yang kebetulan pada saat itu menyelesaikan tugasnya dalam melaksanakan Yoga Semadi di Gunung Indra Kila.

Demi kedamaian dan ketentraman dunia, Arjuna segera berangkat bersama Dewi Supraba menuju Kerajaan Himantaka. Mereka mengatur siasat perang untuk menghindari jatuhnya korban jiwa terhadap rakyat maupun raksasa. Ditugaskanlah Dewi Supraba untuk mendekati Detya Niwatakawaca. Dengan cara merayu Dewi Supraba berhasil mengetahui kelemahan Detya Niwatakawaca. Dewi Supraba memberi isarat/kode kepada Arjuna, bahwa kelemahan kesaktiannya terletak di pangkal lidah. Merasa sudah menang, karena telah memiliki Dewi Supraba, Detya Niwatakawaca tertawa terbahak-bahak . Pada saat itu panah sakti Arjuna tepat mengenai pangkal Lidahnya. Akhirnya, Niwatakawaca mati tergelepar di tangan Ksatria Pandawa , Arjuna.

Cerita ini merefleksi bahwa seberapa kuat, sakti, pandai dan kayanya seseorang didunia akan selalu memiliki kekurangan juga. Antara kekurangan dan kelebihan selalu membayangi kehidupan manusia. Seperti pepatah mengatakan diatas langit masih ada langit. Maka dari itu sebuah kehidupan didunia ini tetap berlandaskan RWA Bineda, yaitu dua perbedaan yang tidak terpisahkan. Kekurangan-kelebihan,lemah-kuat,baik-burukdll.

Detya Nawatakawaca yang bersikap angkuh dan sombong disimbulkan sebagai sebuah keburukan, sedangkan Arjuna dengan dharma Ksatria sebagai pembela kebenaran untuk mencapai kedamaian.
Untuk menyaring sikap baik dan buruk itu, dipergunakanlah sastra agama sebagai pedoman hidup yang berdasarkan atas Ilmu Pengetahuan yang disimbulkan sebagai Dewi yang cantik membawa lontar, genitri, biola dan didampingi seekor burung merak dan angsa yang dikenal dengan SANG HYANGAJISARASWATI.Dimanamengandungfilsafat:

SangHyang       =          Tuhan
Aji                    =          Guru
Saras                =          Lawat
Wati                 =          Perempuan Cantik, dibuat cantik supaya menarik untuk dipelajari.
Angsa               =          Simbul kebijaksanaan
Lontar              =          Simbul IlmuPengetahuan
Genitri              =          Simbul bahwa ilmu pengetahuan takkan pernah habis untuk dipelajari
Biola                 =          Simbul kesenian

Sang Hyang Aji Saraswati merupakan simbul Ilmu pengetahuan yang tetap kekal dan abadi serta tidak akan pernah habis-habisnya untuk dipelajari dengan memilah milah mana yang baik dan yang buruk.



       Kita kembali ke halaman KBRI Brussel, ceng ceng ceng......suara ritmis cengceng membangunkan emosi. Hentakan keras suara gamelan bleganjur yang dimainkan oleh grup gamelan Saling Asah Belgia menambah suasana semakin hangat, walaupun hujan gerimis mendinginkan halaman KBRI Brussel dengan suhu 5 derajat celcius. Tidak perduli dengan cuaca yang tidak bersahabat, pokoknya Ogoh-Ogoh kita goyanggggg......begitulah semangat warga Bali dan Belgia bercampur mengangkat kuat Ogoh-Ogoh. Bersorak-sorai horeeee...tanda kecerian, bergerak maju mundur tanda semangat. Penontonpun bertepuk tangan, sambil menjepret kamera foto dan merekod video  dengan mobilephone,  ipad, iphone, samsung galaxi untuk diupload ke jaring sosial facebook dan youtube.
Festival Ogoh Ogoh  9 Maret 2013 di KBRI Brussel
        Disela-sela para penonton yang asyik membuat dokumentasi Ogoh-Ogoh, sebuah kehormatan bagi kami warga Hindu Belgia duduk akrab dan berbaur Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Ibu Mari Pangestu, Duta Besar RI untuk kerajaan Belgia keharyapatihan Luxembourg dan Uni Eropa Bapak Arif Havas Oegroseno beserta Ibu, Kedua Pejabat ini larut dalam kecerian. Mereka tampaknya tersenyum dan sekali-sekali bertepuk tangan.

Ibu Mari Pangestu dan Dubes RI, Arif Havas Oegroseno berfoto bersama bersama masyarakat Bali 
Kejutan-kejutan

        2 jam sebelum parade ogoh ogoh dimulai, masyarakat hindu Bali melakukan persembahyangan bersama yang dipimpin oleh Ketua Banjar Shanti Dharma Belgia-Luxembourg.   Tidak ketinggalan alunan kidung pemujaan Warga Sari beserta tari persembahan tari Rejang Dewa yang ditarikan oleh anak-anak blesteran/campuran/Indo Bali-Belgia. Dalam acara Hiburan yang dikemas dengan sederhana ditampilkan tari margapati, pelestarian lagu lagu Pop Bali tahun 70-an seperti Sopir Bemo, Kidung Kasmaran dan Bungan Sandat karya Anak Agung Made Cakra.

    '' Tiba-tiba saja, seorang tidak dikenal memberanikan diri tampil di hadapan penonton. Seorang pria tinggi besar, mengaku dari Bali dan dengan percaya diri ingin menari Bali. Rupanya dia telah siap dengan kostum tari Topeng Keras.  Kebetulan saya persis berada dibelakang microphone. Saya melirik kepada MC yang mengatur acara, mengedipkan mata pertanda acara spontanitas dan saya umumkan kepada publik bahwa ada orang Indonesia yang ingin sekali mempertunjukan dirinya menari di hadapan publik. Dia datang jauh-jauh dengan modal sendiri, hanya ingin menari dihadapan Ibu Menteri dan masyarakat Indonesia dan Belgia.

      Penonton hanya mendengarkan saja, mereka cuek menganggap tarian ini mungkin biasa saja. Saya melihat Ibu menteri tersenyum serius, sekali memandang ke arah para penabuh gamelan yang sudah siap membunyikan gamelannya masing masing. Supaya tidak terlalu lama, saya mengawali dengan membunyikan kendang, pak dug pak du pak dug...pak dugdugdugdugduigdug...sir. (tabuh topeng keras). Penonton yang tadinya cerewet berbisik jadi diam seribu bahasa. Penari ini melangkah dengan pelan sedikit malu-malu. Gerakan demi gerakan dilakukan. Jari tangannya bergetar meliuk-liuk. Dia berusaha menari topeng keras dengan gagahnya. Lama kelamaan para penonton mulai gelisah dan curiga. Siapakah yang berada di balik topeng ini ? hihihihihihi.....

Klik disini ya : kejutan topeng keras


Penari Topeng Keras 

         Tidak disangka dan tanpa di duga,  kejutan luar biasa itu tiada lain adalah penampilan unik Bapak  Duta Besar RI Arif Havas Oegroseno.  Penonton  memberikan  standing applause  yang sangat meriah atas penampilan Bapak Duta Besar RI yang sangat gagah menarikan tari topeng keras. Reaksi I Made Berata seorang putra Bali yang sudah belasan tahun di Belgia menyatakan penampilan Bapak Dubes ini sangat saya apresiasi. Dia sangat mencintai budaya kita yaitu Budaya Indonesia. Ini menjadi sangat penting, kebhinekaan kita adalah harga pas menjaga keutuhan NKRI. Mantaf ! Seorang pejabat publik yang mengakui kebhinekaan/keragaman dengan menari salah satu khasanah budaya bangsanya.   Maka dari itu kita juga harus juga tetap dan melestarikan budaya Bali khususnya dan budaya Indonesia umumnya. 


        Perlu saya infokan juga bahwa  Dubes RI Arif Havas Oegroseno menyampaikan  kekagumannya melihat masyarakat Bali di Belgia ini terus bersatu menjaga nilai-nilai budayanya. Nilai nilai budaya  mampu memberikan pengaruh positif kepada warga Belgia untuk menyenangi budaya Bali Indonesia. Dubes RI mengingatkan bahwa masyarakat hindu Bali yang berada di Belgia harus tetap melakukan kewajibannya sebagai umat hindu  untuk tetap menjaga dan melakukan persembahyangan di  Pura Agung Shanti Bhuwana di desa kecil Brugelette Belgia.

       Sementara itu, dalam sambutan lainnya  Ibu Menteri Mari Pangestu juga memberikan apresiasi dan  mendukung acara perayaan Nyepi 2013  sekaligus menyampaikan harapannya agar masyarakat Bali yang ada di eropa ini tetap menjaga identitas sebagai orang Bali. Anak-anak Bali yang lahir di Belgia ini perlu tetap mengetahui jati dirinya sebagai orang Bali. Dilain kesempatan  Ibu Mari pangestu juga sangat kagum dengan keberadaan Ogoh ogoh yang didatang dari Bali. " Jauh jauh datang ke Belgia ternyata ada Ogoh Ogoh di Eropa ini. Keberadaan Ogoh - ogoh dan grup Gamelan Bali  di Belgia ini sangat bermanfaat sekaligus membantu  upaya yang dilakukan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang dipimpinya dalam mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia di negeri  eropa ini ". Ciaaattt...semangat.













Selamat hari raya Nyepi tahun Baru caka 1935.