Kedatangan Prof. Dr. I Made Bandem di Brussel
Dua hari sebelum pergelaran perdana, Bidang Pensosbud KBRI Brussel sibuk mempersiapkan kedatangan maestro seni, Bapak Prof. Dr. I Made Bandem. Kedatangan Bandem adalah atas undangan KBRI Brussel untuk memberikan ceramah kesenian Bali di sekolah musik Konservatorium Brussel sekaligus pergelaran perdana gamelan dan tari Bali. Dalam kesempatan itu, saya menemui beliau dan menyampaikan perkembangan latihan serta materi apa saja yang telah saya ajarkan. Faktor-faktor penggangu proses belajar mengajar saya sampaikan secara detail seperti kemampuan penabuh, jadwal latihan hingga terkena cacar. Hal-hal menarik yang saya sampaikan juga tentang antusias para pendukung kesenian sangat besar. Tidak lupa pula sesuatu yang patut dihargai adalah penyediaan konsumsi hidangan khusus setelah selesai latihan. Penyampaian itu bukan Asal Bapak Senang, tapi adalah sebuah informasi jujur tentang situasi dan kondisi mengajar. Pengalaman unik mengajarkan Bapak-Bapak berdasi yang bukan pemusik sejati. Ini sangat berbeda sekali dengan kita mengajarkan penabuh yang berlatar belakang pendidikan musik. Kita akan dengan mudah mengajarkan mereka bermain gamelan. Kalau disini sangat lain. Mengajarkan penabuh yang sebelumnya punya pekerjaan kantoran dengan tingkat sensitivitas tinggi. Mereka lelah karena sudah bekerja selama 8 Jam. Ditambah lagi 2 jam belajar gamelan dan kecak. Capek kan ?
Namun demikian, rasa capek itu saya geser pelan pelan dan hilangkan. Capek tidak terasa lagi, mereka menjadi terhibur. Saya berusaha mengajak mereka (penabuh dan penari) menikmati gamelan dan tari kecak menjadi sesuatu hal yang menyenangkan. Mereka akhirnya berpendapat bahwa latihan gamelan bukan menjadi pekerjaan tambahan, malahan dapat menghilangkan stres dari kerjaan monoton setiap hari. Saya beruntung sekali pernyataan itu sering terlontar dari Bapak -Bapak penabuh ini.
Namun demikian, rasa capek itu saya geser pelan pelan dan hilangkan. Capek tidak terasa lagi, mereka menjadi terhibur. Saya berusaha mengajak mereka (penabuh dan penari) menikmati gamelan dan tari kecak menjadi sesuatu hal yang menyenangkan. Mereka akhirnya berpendapat bahwa latihan gamelan bukan menjadi pekerjaan tambahan, malahan dapat menghilangkan stres dari kerjaan monoton setiap hari. Saya beruntung sekali pernyataan itu sering terlontar dari Bapak -Bapak penabuh ini.
Reaksi Pak Bandem gimana ? Dia hanya tersenyum simpatik, sambil memberikan semangat kepada saya. Tiba-tiba dia bertanya : " Kapan latihan kecak ?, Sekarang pak, jawab saya. Mari kita latihan bersama, jawabnya lagi. Ringkas cerita, semua para penari kecak serius sekali mendengar dan memperhatikan setiap arahan bapak profesor ini. Untung juga di poles oleh Bapak Bandem, akhirnya kecak tambah semarak.
Pagelaran perdana Gamelan, Tari Bali dan Kecak, 29 Pebruari 1996.
Di pagi yang bersemangat ini, saya memulai aktifitas dengan hati yang damai. Saya hidupkan dupa duduk tenang diatas tempat tidur. Bersila memusatkan pikiran. Pikiran saya tertuju kepada tempat persembahyangan saya ke Bali yaitu Pura Kesuma Sari Banjar Pegok. Pura ini adalah pura yang terletak di samping rumah saya di Bali. Dengan khidmat, saya mulai melakukan persembahyangan. Memohon petunjuk agar saya memperoleh kekuatan, ketenangan, kesehatan, keselamatan dan kesuksesan. Hari ini adalah hari perdana sebuah pegelaran kesenian akan di gelar di Gedung Pertunjukan Konservatorium Brussel Belgia. Selama hampir 2 bulan berada di Belgia, saya berusaha sekuat tenaga mengajarkan para penabuh pemula dan para penari remaja untuk menampilkan salah satu "keunikan Indonesia" yaitu pegelaran gamelan dan tari Bali yang dimeriahkan dengan tari kecak kreasi. Semoga shanti shanti shanti. Damai damai dan damai.
Setibanya saya di kantor, seluruh persiapan sudah dijadwalkan dengan baik. Gamelan, kostum penabuh dan penari, dekorasi telah terkumpul di salah satu ruangan KBRI Brussel. Mobil pengangkut gamelan "caminonette" sudah tersedia di halaman gedung KBRI. Saya dibantu oleh staf Pensosbud KBRI saling bekerjasama mengangkat dan memasukan gamelan Bali beserta peralatan dekorasi lainnya. Dalam waktu hanya 45 menit 17 instrument gamelan yang terdiri dari 2 pasang kendang, 1 gong, 1 kempur, 1 kemong, 2 kantilan, 2 gangsa, 1 ugal, 1 cengceng, 1 kadjar , 2 jegogan dan 1 reong sudah tertata rapi di dalam mobil. Instrument tersebut beratnya bervariasi dari 5 kg hingga 50 Kg. Itulah gamelan sangat berat bukan ? Kalau diangkat dengan hati senang, berat itu sama sekali tidak terasa. Untungnya buat kita adalah mengangkat gamelan itu sama dengan berolahraga. Jadi kita bisa sehatkan ? Cuman resiko dari mengangkut gamelan ada 3 antara lain : Pertama sakit pinggang, jika cara mengangkatnya tidak benar. Kedua, tangan terjepit, jika tidak hati hati. ketiga, Susuban (Jari tertusuk serat kayu) jika tidak memakai sarung tangan. Unik bukan ? heheheh.
Sebelum pertunjukan di mulai, saya sempatkan diri keluar gedung konservatorium Brussel. Persisnya di depan pintu, suasana malam terang dengan lampu jalanan yang menghiasi kota, meski dingin menusuk tulang saya beranikan diri keluar berpakaian adat Bali. Ingin merasakan musim dingin di bulan februari ini. Memang benar embeeer...dingin banget. Mahasiswa dan mahasiswi konservatorium, melihat saya keheranan-heranan. Kenapa ya ? Saya sadar ternyata, saya keluar gedung dengan pakaian adat Bali yang dilengkapi udeng. Mereka pikir saya aneh kali ya. Biarin ! Jadi pusat perhatian sementara. Sekalian lihat mahasiswi yang manis - manis seperti kecap abc. Aissss....ingat pacar di bali ya....!!
Tepat pukul 20.00, pertunjukan di mulai. Wajah-wajah penabuh terlihat lucu. Ada yang tegang karena pertama kali tampil, ada juga yang terlalu percaya diri ketawa-ketawi kesana kemari. Sebagai seorang pelatih sekaligus menarikan tari Baris, perasaan saya seperti nasi campur Bali. Ada yang pedas, ada yang asin, bercampur kegelisahan dan ketegangan. Tapi saya berusaha menutupi semua itu dengan senyum nyengir kuda dengan keliatan gigi gitu....(ketawa kuda iiiikiiiiiiikiiiikkkk).
Suasana hening, penonton memandang dengan seksama. Belasan penabuh berdasi duduk manis memainkan tabuh pembukaan yaitu tabuh petegak seliris. Sebuah tabuh/instrumental yang dimainkan dengan sederhana dengan permainan kotekan polos dan sangsih. Saya yang memainkan kendang melirik kekanan kekiri dengan senyum genit memberi isyarat bahwa semuanya berjalan dengan baik. Disamping kiri saya duduk pemain suling namanya mas Bambang. Mas Bambang yang duduk tersiksa karena kegemukan berusaha meliuk-liuk melantunkan suara suling. Sebentar-sebentar saya menyapa dia dengan gerak-gerak kendang, diapun menyapa dengan senyum terkulum sirih karena sedang memainkan suling. Lama kelamaan saya merasa ada sesuatu yang aneh pada diri Mas Bambang. Kenapa ? Wajah dia nampak memerah seperti wajah manusia disengat 10 kumbang. Bengkak dan memerah. nah looo...kasihan amat. Saya coba lagi memberi senyuman, tapi apa responya. Dia merespon dengan NYURENG (expresi alis dan mata dikedip berdekatan). hihihihihi.....
Selama hampir 5 menit saya memainkan tabuh petegak selisir, seluruh penabuh sangat ceria. Mereka senang dan merasa sukses memainkan tabuh tersebut tanpa kesalahan. Tapi sayang, ada satu penabuh yang super gelisah yaitu mas Bambang si pemain suling. Kenapa ? Jawabannya saya ketahui setelah pertunjukan selesai. Penyebabnya adalah saya. Saya lupa memberitahukan bahwa bermain suling itu semestinya ada jeda/berhenti sebentar. Rupanya dia memainkan suling secara terus menerus tanpa berhenti selama 5 menit. Pantesan mukanya kembung seperti balon ketiup. Ampun mas ! Maaf kan saya. hehehehehe....
Detik demi detik, menit demi menit saya lalui. Selanjutnya pertunjukan tari pendet penyambutan. Tiga orang penari remaja cantik sangat serius menarikan tari pendet. Tangan halus berkutek memegang bokor emas/tempat bunga, senyuman manis menawan, jari tangan lentik bergetar dengan postur tubuh Ngaed (dibungkukan) sambil menyesuaikan irama gamelan yang diakhiri dengan seledet (mata melirik). Penonton serasa ingin memeluk erat ketiga penari cantik ini. .......seperti om om genit yang mengidamkan para ABG. hihihihi....Begitulah suasana yang tercipta. Diakhir pertunjukan ketiga penari cantik ini menaburkan bunga mawar warni warni sebagai simbul penyambutan hangat kepada para hadirin yang menyaksikan tersebut. Ditengah-tengah para hadirin, tersenyum lega Duta Besar RI, Bapak Sabana Kartasasmita memberi apresiai kepada para penari cantik yang telah berusaha menampilkan dirinya sebaik baiknya. Bravo para penariku !.
Klik videonya disini ya :
Sekarang giliran saya, menarikan tari Baris. Maaf ya, saya bukan jago menari Baris, tapi berusaha menarikannya dengan sebaik-baiknya. Tari baris adalah tari yang bersifat kepahlawanan. Hentakan kaki yang keras dan dinamis harus disesuaikan dengan angsel/tanda suara kendang. Tari Baris ini tidak terlalu lama kira kira 4 menit. Perlu dicatat pemain kendangnya adalah Bapak Edy Hariadi, seorang diplomat muda yang juga seorang seniman. Permainan kendangnya mantaf. Boleh nih, Bapak yang satu ini, usaha dan upaya belajar beberapa hari membuahkan hasil, saya hargai sekali. Kemauan dan niatnnya itu, mengagumkan. Tanpa kecuali, penabuh yang lain juga tidak kalah sengitnya. Semangat bermain ditunjukan dengan sangat gembira. Pertunjukan ini berjalan dengan lancar. Seperti biasa penonton bertepuk tangan tanda apresiasi. Terimakasih Penabuh gamelanku !
Klik video disini ya :
Program berikutnya adalah Demonstrasi Gamelan dan Tari Bali oleh Prof. Dr. I Made Bandem. Wajahnya yang ramah dan sangat simpatik mampu mencuri perhatian hadirin untuk mendengarkan setiap kata yang diucapkan dan setiap gerakan unik yang dilakukan. Dia menggunakan bahasa Inggris dalam demonstrtasi tersebut sehingga para penonton dengan mudah memahaminnya. Saya yang duduk manis didekat gamelan, memandang dan mendengarkan bahasa Inggris yang disampaikan Bapak Bandem, walaupun kadang beberapa kata yang saya belum mengerti maksudnya. Beliau sangat piwai membangun suasana. Beberapa kali hadirin terlihat tertawa terbahak bahak. Taksunya kuat, sangat menarik sekali. Ingin sekali saya seperti dia, bisa mengucapkan sesuatu dihadapan Publik, kemudian publik merespon dengan baik pula. Mimpi kali ya...suatu saat saya juga ingin tampil seperti Beliau ini. Bisakah ?. Untuk lebih jelasnya saya ingin mengajak pembaca mengklik video dibawah ini. Sesuatu yang sangat menarik untuk para pecinta kesenian Bali.
klik disini :
Demonstrasi Gamelan dan tari Bali oleh Prof. Dr. I Made Bandem
Bersambung !
lanjutannya disini ya :
Bagian VIII
Tepat pukul 20.00, pertunjukan di mulai. Wajah-wajah penabuh terlihat lucu. Ada yang tegang karena pertama kali tampil, ada juga yang terlalu percaya diri ketawa-ketawi kesana kemari. Sebagai seorang pelatih sekaligus menarikan tari Baris, perasaan saya seperti nasi campur Bali. Ada yang pedas, ada yang asin, bercampur kegelisahan dan ketegangan. Tapi saya berusaha menutupi semua itu dengan senyum nyengir kuda dengan keliatan gigi gitu....(ketawa kuda iiiikiiiiiiikiiiikkkk).
Suasana hening, penonton memandang dengan seksama. Belasan penabuh berdasi duduk manis memainkan tabuh pembukaan yaitu tabuh petegak seliris. Sebuah tabuh/instrumental yang dimainkan dengan sederhana dengan permainan kotekan polos dan sangsih. Saya yang memainkan kendang melirik kekanan kekiri dengan senyum genit memberi isyarat bahwa semuanya berjalan dengan baik. Disamping kiri saya duduk pemain suling namanya mas Bambang. Mas Bambang yang duduk tersiksa karena kegemukan berusaha meliuk-liuk melantunkan suara suling. Sebentar-sebentar saya menyapa dia dengan gerak-gerak kendang, diapun menyapa dengan senyum terkulum sirih karena sedang memainkan suling. Lama kelamaan saya merasa ada sesuatu yang aneh pada diri Mas Bambang. Kenapa ? Wajah dia nampak memerah seperti wajah manusia disengat 10 kumbang. Bengkak dan memerah. nah looo...kasihan amat. Saya coba lagi memberi senyuman, tapi apa responya. Dia merespon dengan NYURENG (expresi alis dan mata dikedip berdekatan). hihihihihi.....
Selama hampir 5 menit saya memainkan tabuh petegak selisir, seluruh penabuh sangat ceria. Mereka senang dan merasa sukses memainkan tabuh tersebut tanpa kesalahan. Tapi sayang, ada satu penabuh yang super gelisah yaitu mas Bambang si pemain suling. Kenapa ? Jawabannya saya ketahui setelah pertunjukan selesai. Penyebabnya adalah saya. Saya lupa memberitahukan bahwa bermain suling itu semestinya ada jeda/berhenti sebentar. Rupanya dia memainkan suling secara terus menerus tanpa berhenti selama 5 menit. Pantesan mukanya kembung seperti balon ketiup. Ampun mas ! Maaf kan saya. hehehehehe....
Detik demi detik, menit demi menit saya lalui. Selanjutnya pertunjukan tari pendet penyambutan. Tiga orang penari remaja cantik sangat serius menarikan tari pendet. Tangan halus berkutek memegang bokor emas/tempat bunga, senyuman manis menawan, jari tangan lentik bergetar dengan postur tubuh Ngaed (dibungkukan) sambil menyesuaikan irama gamelan yang diakhiri dengan seledet (mata melirik). Penonton serasa ingin memeluk erat ketiga penari cantik ini. .......seperti om om genit yang mengidamkan para ABG. hihihihi....Begitulah suasana yang tercipta. Diakhir pertunjukan ketiga penari cantik ini menaburkan bunga mawar warni warni sebagai simbul penyambutan hangat kepada para hadirin yang menyaksikan tersebut. Ditengah-tengah para hadirin, tersenyum lega Duta Besar RI, Bapak Sabana Kartasasmita memberi apresiai kepada para penari cantik yang telah berusaha menampilkan dirinya sebaik baiknya. Bravo para penariku !.
Klik videonya disini ya :
Sekarang giliran saya, menarikan tari Baris. Maaf ya, saya bukan jago menari Baris, tapi berusaha menarikannya dengan sebaik-baiknya. Tari baris adalah tari yang bersifat kepahlawanan. Hentakan kaki yang keras dan dinamis harus disesuaikan dengan angsel/tanda suara kendang. Tari Baris ini tidak terlalu lama kira kira 4 menit. Perlu dicatat pemain kendangnya adalah Bapak Edy Hariadi, seorang diplomat muda yang juga seorang seniman. Permainan kendangnya mantaf. Boleh nih, Bapak yang satu ini, usaha dan upaya belajar beberapa hari membuahkan hasil, saya hargai sekali. Kemauan dan niatnnya itu, mengagumkan. Tanpa kecuali, penabuh yang lain juga tidak kalah sengitnya. Semangat bermain ditunjukan dengan sangat gembira. Pertunjukan ini berjalan dengan lancar. Seperti biasa penonton bertepuk tangan tanda apresiasi. Terimakasih Penabuh gamelanku !
Program berikutnya adalah Demonstrasi Gamelan dan Tari Bali oleh Prof. Dr. I Made Bandem. Wajahnya yang ramah dan sangat simpatik mampu mencuri perhatian hadirin untuk mendengarkan setiap kata yang diucapkan dan setiap gerakan unik yang dilakukan. Dia menggunakan bahasa Inggris dalam demonstrtasi tersebut sehingga para penonton dengan mudah memahaminnya. Saya yang duduk manis didekat gamelan, memandang dan mendengarkan bahasa Inggris yang disampaikan Bapak Bandem, walaupun kadang beberapa kata yang saya belum mengerti maksudnya. Beliau sangat piwai membangun suasana. Beberapa kali hadirin terlihat tertawa terbahak bahak. Taksunya kuat, sangat menarik sekali. Ingin sekali saya seperti dia, bisa mengucapkan sesuatu dihadapan Publik, kemudian publik merespon dengan baik pula. Mimpi kali ya...suatu saat saya juga ingin tampil seperti Beliau ini. Bisakah ?. Untuk lebih jelasnya saya ingin mengajak pembaca mengklik video dibawah ini. Sesuatu yang sangat menarik untuk para pecinta kesenian Bali.
klik disini :
Demonstrasi Gamelan dan tari Bali oleh Prof. Dr. I Made Bandem
Bersambung !
lanjutannya disini ya :
Bagian VIII
Tidak ada komentar:
Posting Komentar