Senin, 22 Juli 2013

Ciaaattt...Perjalanan menebar seni di Belgia (Bagian 9)



Mencari kesempatan berkreasi dalam Ethnic Fussion


      Setelah konser perdana pertunjukan kesenian di Konservatorium Brussel tanggal 29 Februari 1996 lalu, tampaknya KBRI Brussel tidak berhenti sampai disitu. Kesempatan berkesenian diciptakan dengan penuh semangat. Salah satunya adalah diselenggarakannya pameran lukisan yang diadakan pada tanggal 30 Maret 1996 di Aula Serba Guna KBRI Tervuren.. Dalam pameran lukisan ini dipamerkan berbagai lukisan karya pelukis terkenal Indonesia.  Para undangan yang terdiri dari kalangan akademis, diplomat negara sahabat sangat antusias hadir. Tidak ketinggalan grup Gamelan Gong Kebyar KBRI Brussel memeriahkan acara pembukaan dengan menampilkan gamelan dan  tari Bali.  Hadirin bertepuk tangan dengan meriah, wartawan TVRI menyuting-nyuting kesana kemari sambil melirik-lirik dan membidik respon positif terhadap pertunjukan kesenian kita. Saya sendiri yakin, kita akan masuk tipi (terlihat di TV). horeeee.....! loncat loncat tiga kali...maklum terlalu kampungan ya...heheheh. Pembaca tahu nggak sih, kenapa saya senang masuk tipi ?  Bukan popularitas, bukan pula ingin terkenal. Yang jujur adalah agar orang tua dan pacar di Bali melihat bahwa saya baik baik saja  di negeri orang. begiculah kira kira.



Dubes RI, Sabana Kartasasmita beserta undangan dalam pameran Lukisan di KBRI BRUSSEL


       Hari sudah agak sore, setelah pertunjukan usai saya masih tetap di KBRI Brussel. Saya menuju ruangan gudang bawah atau sering disebut kelder. Kelder sedikit agak angker. Nuansanya lain sekali dan penuh misteri. Boleh percaya atau tidak, kira kira terbayang ada unsur-unsur magisnya....heheheheh. Sssstt...Jangan takut ya. itu hanyalah ilusi kita saja. Di kelder ada barang barang kesenian angklung yang tertumpuk di gudang, kemudian  peralatan band disudut ruangan dengan peralatannya. Wah ! Asyik juga disini. Bisa ngeband.  Pikiran saya merenung berkreasi. Berfantasi ingin melakukan sesuatu dengan alat kesenian ini. Hal yang membuat saya lebih menarik lagi adalah tercetus keinginan saya membuat perpaduan musik atau istilah sekarangnya ethnic fussion,  memadukan alat musik tradisional dan peralatan musik barat ini. Siapa tahu memberikan pengalaman lain bagi saya. Mencari celah berkreatifitas. Saya pikir disinilah yang disebut sebuah kreatifitas, dimana merupakan proses konstruksi gagasan original (asli) yang mampu menemukan ide-ide kreatif dan unik. Ide kreatif ini sangat dibutuhkan sehingga menjadi titik awal dalam hal penciptaan sebuah karya seni. Kira-kira begitu. Ngerti nggak sih ?...atau malah bingung bacanya ya. Sory ya..saya sok teori....hihihi.

      Para pembaca yang keren...!
      Sebelum membaca lanjutan diatas,  saya mau tanya dulu nih. Apakah anda ngefans cokelat Belgia ?  atau anda pecinta cokelat swiss ? Ayo coba jawab, apakah cokelat Belgia lebih enak dari coklat swiss ? Mari kita bahas menurut "selera ya". Kalau saya sendiri, saya lebih suka cokelat "Praline"nya Belgia. karena sangat khas.  Jika diperhatikan kandungan cokelat murninya lebih banyak. Rasanya pun menantang berkat pengolahan, proses fermentasi yang jauh lebih baik. Cokelat Noir Belgia yang berwarba hitam pekat kandungan cokelat murni hingga 70 %. Gulanya sedikit, manisnya otomatis kurang tapi sehat untuk tubuh kita.  Seorang warga Belgia Mr. Jean Neuheus sejak tahun 1857 mendirikan toko coklat di Galerie de la Reine. Toko tersebut tetap berdiri hingga sekarang. Hebat sekali kan. Karena perkembangan pemikiran yg lebih variatif, akhirnya tahun 1912 Neuheus menciptakan model Praline (Baca : Pralin) yang menjadi khas itu. Cokelat jenis Praline ini merupakan coklat dengan beraneka rasa dalam berbagai bentuk kecil. Urutan terenak brand cokelat Belgia yang paling saya sukai adalah Marcolini, Neuheus, Godiva, Leonidas, Guylian, Cote d'or...hmmmm enak. 

      Wah bagaimana dengan coklat Swiss ya ? Menurut 'selera ya', saya lebih suka coklat susunya swiss, maksud saya Milk Chocolate. Swiss adalah masternya disini. Super enak, walaupun gulanya buanyak? Tapi enak. Favorit saya adalah merk/brand  Cailler, Chocolat au lait des alpes suisses. heheheh. 

       Jadi dapat saya simpulkan sbb : Belilah cokelat kalau anda berkunjung kedua negara penghasil cokelat tersebut. Cokelat adalah kado unik dari  negara ini yang sudah merupakan tradisi ratusan tahun. Tapi pilihlah yang lebih banyak kandungan cokelatnya, supaya kita sehat. OK ?  (Saat saya sedang nulis ini, saya sedang mencicipi cokelat Cailler swiss, untungnya saya punya teman di Swiss ).


Kita lanjutkan cerita saya diatas ya....
      Suatu hari di KBRI diadakan latihan Band di Kelder yang serem itu.  Saya ditawarkan untuk ikut oleh teman yaitu Didi. Saya mencoba coba saja, mengikuti grup band yang terdiri dari diplomat, pegawai setempat, masyarakat. Saya beranikan diri menggunakan satu instrument gamelan yaitu gangsa/pemade. Walaupun tuningnya agak miring sedikit, tapi saya berusaha dan nekat untuk tetap mencobanya. Saya ambilkan kendang kecil dan duduk manis di depan gamelan. Saya mainkan secara improvisasi sebuah gending gamelan yang cepat. Rupanya beberapa musisi ini, tertarik melihatnya karena dinamis sekali. Kita coba bersama walau sangat repetitif sekali, tapi ini sebuah pengenalan ritme Bali kepada grup Band ini. Ritme, melodi yang saya mainkan tadi, saya komposisikan menjadi sebuah musik ciptaan saya yang baru. Saya beri judul Kebyar. Kebyar berarti bertempo cepat dan bersemangat. Pembaca ingin melihat bagaimana sih ''kebyar'' itu, coba lihat di youtube ya  :


atau klik disini : ciaaattt...kebyar di Luxembourg



              Perpaduan musik yang saya sebut dengan Ethnic Fussion ini, hanyalah sebatas kreatifitas sederhana yang terlintas di pikiran saya. Karena ada prasarananya, masak sih kita tidak manfaatkan ?. Secara musikalitas, mungkin masih jauh dari harapan. Kritikan buat saya sendiri adalah memang gamelan instrument, kurang pas digunakan, alias tidak pas tuningnya.  Namun semua itu adalah tantangan. Semakin banyak tantangannya semakin kita keras untuk memikirkannya. Solusinya  adalah gamelan itu dituning/disamakan nadanya ke instrument yang kita padukan dengan tidak mengurangi kekhasannya. Beranikah ? Ciaaattt...

Bersambung !













             

             


              







Tidak ada komentar:

Posting Komentar