Ciaaattt...Pertunjukan 3 negara : Brussel - Belgia, Bern - Swiss dan Amsterdam - Belanda.
Hello para pembaca ? Salam Ciaaattt dulu ya. Kalau baca blog saya ini, mestinya dari awal ya. supaya nggak tersesat. OK ? Baca dulu bagian Pertama (Ciaaattt...16-tahun-di-Belgia-Bagian 1) hingga bagian ini. Ditanggung asyiiik dech. Mari kita lanjutkan....
Setelah selama tiga bulan saya di Belgia, musim dingin berangsur-angsur menghilang. Hari ini adalah persis di bulan April. Tibalah musim semi. Musim semi (spring) yaitu musim peralihan yang terjadi setelah musim dingin sebelum musim panas. Tumbuh-tumbuhan yang daunnya gugur di musim dingin, sekarang waktunya mekar kembali. Tunas-tunas muda tumbuh mengawali kehidupan baru, seakan menyambut ramah sinar matahari yang cerah. Angin semilir yang berhembus hangat memberi cahaya segar kepada mahluk hidup di alam ini. Beberapa minggu kemudian tampak aneka warna keindahan alam terutama taman dan hutan yang bertabur bunga mawar dan tulip dan lain lain. Indah, cantik nan bersemi. Aroma alam yang harum dengan parfum alami tersebut memberi rasa damai dihati. Saya berpikir, saatnya kita lebih kreatif dan bersemangat seiring dengan perubahan musim ini. Barangkali musim semi ini cocok untuk para pencipta musik kreatif yang menyukai keindahan. Melukiskan keindahan di musim semi dengan alunan melodi manis yg bernafaskan asri, lembut dan anggun. Sungguh indah bukan ? cieeee...bahasa saya berbunga-bunga...heheheh.
Dibawah ini, karena tulisan saya diatas berhias bunga-bunga, saya memberanikan diri dengan GRnya mencipta sebuah komposisi musik dengan alunan suling yang sederhana. he...he...tentunya nuansa bunga dirangkum menjadi sebuah musik instrumental bercorak musim semi. ''Bunga-bunga menyapa di pagi hari dengan aroma yang khas''. sok romantis nih ! Coba diklik dibawah ini ya ''It's a beautiful morning'' . Pejamkan mata biar terasa nikmat....heheheh.
Klik disini juga : Ciaaattt...It's a beautiful Morning
Dibawah ini, karena tulisan saya diatas berhias bunga-bunga, saya memberanikan diri dengan GRnya mencipta sebuah komposisi musik dengan alunan suling yang sederhana. he...he...tentunya nuansa bunga dirangkum menjadi sebuah musik instrumental bercorak musim semi. ''Bunga-bunga menyapa di pagi hari dengan aroma yang khas''. sok romantis nih ! Coba diklik dibawah ini ya ''It's a beautiful morning'' . Pejamkan mata biar terasa nikmat....heheheh.
Klik disini juga : Ciaaattt...It's a beautiful Morning
Seiring dengan perjalanan waktu di musim semi ini, dengan pikiran yang masih fresh dan bugar, saya mempersiapkan beberapa aktifitas berkesenian dari latihan hingga pertunjukan. Dalam waktu mendatang, saya sedang mempersiapkan 3 pertunjukan besar yaitu konser unik dengan Renaud Patigny Maestro Boogie-Woogie Belgia di Brussel pada tanggal 12 Mei 1996. Kemudian persiapan pertunjukan Indonesian Ethnic Fussion di Bern, Swiss pada tanggal 18 Mei 1996 serta rekaman Gamelan Bali untuk Televisi Nederland di Amsterdam pada tanggal 12 Juli 1996.
Pertunjukan Perdana dengan Maestro Boogie-Woogie Belgia Renaud Patigny
Berawal dari kebetulan saja, saya bertemu dengan Renaud. Renaud beristrikan warga Indonesia. Suatu hari kita bertemu di rumahnya di daerah Watermael Boitsfort Brussel yang asri di kelilingi hutan lindung alami. Saya membawa 1 kendang, 1 gangsa/pemade gamelan dan 1 suling Bali. Berjam jam kita coba melantunkan melodi memadukan irama mencari harmoni dengan ritme Bali. Lumayan menghabiskan banyak waktu dengan target menghasilkan beberapa komposisi musik yang ''Menarik'' terutama dengan nada suling. Renaud kan maestro Boogie-Woogie ? Komposisi musik yang baru ini apakah style Boogie-Woogie om ? Jawabannya tentu tidak. Stylenya kita perpaduan baru, bisa dikategorikan dengan World Music. Percampuran alat tradisional dengan piano, sedikit ngePOP gitu dech.
Kita semua tahu bahwa Renaud alirannya adalah Boogie-Woogie. Kali ini dia menyimpang dikit dari aliran dia. Saya ingatkan ya, Boogie-Woogie adalah style musik yang berasal dari afrika-amerika dan berkembang ditahun 30'an dan 40'an dengan nuansa bluesnya. Style ini menurut saya sangat energik sekali, digoyang dengan dansa kaki yang berputar-putar dengan mengikuti alunan piano dengan hentakan dahsyatnya. Nah, Renaud disini memang rajanya. Kharisma atau Taksu Renaud terpancar disini. Dia kalau bermain style ini, penonton pasti heboh dan tergila gila bergerak.
Pertemuan dengan Renaud, sangat berarti buat saya. Disamping mempelajari proses berkesenian dia, saya mendapatkan sesuatu yang istimewa. Misalnya saya mengenal style musiknya dia secara langsung yaitu Boogie-Woogie. Walaupun saya sedikit minder dengan gayanya Renaud yang berboogie-woogie, tapi saya tetap saja berusaha ikut bergoyang. Pada umumnya musisi eropa selalu menggunakan notasi untuk belajar atau mencipta musik. Disini kadang saya berpikir kesel terhadap diri sendiri, kenapa kita tidak bisa baca notasi ya. Padahal kita lulusan sekolah musik. Karena ISI Denpasar sebagai almamater saya dulu, kalau kita mencipta musik gamelan, kita tidak pernah memakai notasi standar eropa seperti ini. Kita selalu memakai notasi ''nding ndong ndeng ndung ndang''. Mungkin disini ada hikmahnya semua, sebagai lulusan seni musik mestinya atau wajib mengerti notasi standar internasional, jadi seniman kita gampang mendunia gitu loo. Tapi...itulah kenyataannya. tidak bisa notasi. kasihan dech gue jadi seniman daerah saja....heheheh.
Pada tanggal 12 Mei 1996, bertempat di sebuah Cafe di Brussel, saya lupa namanya. Disitulah saya bersama Renaud mengalunkan nuansa baru dengan memadukan suling Bali, sekali kali saya memainkan kendang mengiringi piano Renaud Patigny. Hasilnya lumayan, tidak terlalu sukses banget sih. Respon penonton gimana ? Pada saat konser ini kita mempertunjukan 2 style musik. Pertama dengan komposisi World Music dan bagian kedua Boogie-Woogie. Ternyata kesan pertama yang ada penonton biasa saja. Tapi setelah dihentak dengan style Boogie-Woogie, penonton terhipnotis dan berjingkrak-jingkrak. Sedangkan perpaduan musik kita hanya menjadi ''wacana perbincangan'' sesuatu yang baru, yang perlu dipoles lagi agar lebih baik dan seunik mungkin. Banyak hal yang mesti dibenahi. Respon penonton ini menjadi evaluasi bahwa menciptakan karya musik yang baru itu belum tentu disukai oleh penonton. Dan ini menjadi tantangan kita.Tidak apa-apa. Toh ini hanya pertunjukan perdana. Mudah-mudahan suatu saat nanti akan lebih baik. Mari jadikan cambuk, siapa tahu kita mampu dengan pertunjukan yang lebih greget lagi. ayo cambuk tiga kali...kaplak kaplak kaplak.....cakit ah !
Bersama Renaud Patigny di London 1997. |
Pertunjukan Indonesian Ethnic Fusion di Bern Swiss
Mengatur jadwal latihan dan pertunjukan dalam beberapa hari ini sangat sulit. Terkadang penabuh dan pemusik tidak hadir. Ingin rasanya saya marah, tapi saya pikir lagi buat apa marah. Sudahlah. di telan aza marahnya ya, nanti juga dia hilang begitu saja. Bayangkan, ada latihan dengan Renaud Patigny, latihan Indonesian Ethnic Fusion dan latihan gamelan untuk rekaman. Untungnya, masih ada celah celah kosong dan pengertian dari berbagai pihak untuk mengatasi keadaan yang kadang bertabrakan jadwalnya. Namun semua sudah terlewati, saya bersabar dengan kondisi yang ada. Kesabaran itu membawa hasil, yaitu Indonesian Ethnic Fusion (IEF) bersiap tampil untuk Bern. Pokoknya tampil di Swiss.
Apaan sih IEF ? kok sepertinya luar biasa banget. Sebenarnya sih, tidak ada yang luar biasa. IEF itu sebuah garapan musik yang memadukan alat musik gamelan dan suling Bali dengan Band KBRI Brussel. Simpel saja kok. Saya kebetulan diminta untuk tampil mewakili team kesenian KBRI Brussel dalam acara pertemuan Kepala Perwakilan RI yang sering disebut K6 (Enam Perwakilan RI di Eropa Barat) Nah, saat itu terbetik ide untuk menampilkan kreasi baru IEF ini. Kita latihan 3 kali seminggu selama 4 jam berturut turut setiap malam. Staf KBRI banyak yang memberi dukungan. Kita juga tetap bersemangat, walaupun masih banyak kekurangan dalam kebersamaan melodi, harmoni dan ritme. Mohon maklum ya.. karena kondisi latihan yang kurang banyak. Namun dalam seminggu sebelum hari H proses latihan ini menjadi lebih baik. Kita putuskan bersama bahwa pertunjukan di Bern nanti kita akan menggunakan nama group Bhineka Tunggal Ika. Karena grup kita berasal dari berbagai daerah di nusantara yaitu ada Didi, Lahay, Jorry dari Sulawesi, saya dari Bali, dan eddy, bambang, yanto dari Jawa.
Apaan sih IEF ? kok sepertinya luar biasa banget. Sebenarnya sih, tidak ada yang luar biasa. IEF itu sebuah garapan musik yang memadukan alat musik gamelan dan suling Bali dengan Band KBRI Brussel. Simpel saja kok. Saya kebetulan diminta untuk tampil mewakili team kesenian KBRI Brussel dalam acara pertemuan Kepala Perwakilan RI yang sering disebut K6 (Enam Perwakilan RI di Eropa Barat) Nah, saat itu terbetik ide untuk menampilkan kreasi baru IEF ini. Kita latihan 3 kali seminggu selama 4 jam berturut turut setiap malam. Staf KBRI banyak yang memberi dukungan. Kita juga tetap bersemangat, walaupun masih banyak kekurangan dalam kebersamaan melodi, harmoni dan ritme. Mohon maklum ya.. karena kondisi latihan yang kurang banyak. Namun dalam seminggu sebelum hari H proses latihan ini menjadi lebih baik. Kita putuskan bersama bahwa pertunjukan di Bern nanti kita akan menggunakan nama group Bhineka Tunggal Ika. Karena grup kita berasal dari berbagai daerah di nusantara yaitu ada Didi, Lahay, Jorry dari Sulawesi, saya dari Bali, dan eddy, bambang, yanto dari Jawa.
Tepat tanggal 18 mei 1996, dengan semangat yang bersinar terang, kami grup Bhineka tunggal Ika KBRI Brussel nekat menggoda publik di acara pertemuan tersebut. Pokoknya tim kesenian KBRI Brussel hebat dech. Begitulah respon penonton saat itu yang kebanyakan warga negara Indonesia. Penonton sangat antusias dan mengagumi yang berbau-bau kreatif. Semenjak itulah, orang mulai mengenal ada ''sesuatu'' dari KBRI Brussel. Ada sebuah gelembung kreatif seni yang muncul ke permukaan. Kita sebagai seniman secara tidak langsung lebih bersemangat karena sebutan itu. Ciaaattt...semangat.
Beraksi di Bern, Swiss |
Penampilan di Bern, Swiss |
Hari demi hari saya lalui dengan beragam aktifitas. Kali ini, saya bertemu dengan Gabriel Laufer. Dia teman dekat saya. Saya diundang ke konservatorium musik untuk jam sesion. Saya memainkan perkusi musik seperti drum, djembe, vibravone dan Marimba. Mencoba coba sesuatu yang lain saja. Hati saya tertuju kepada Marimba. Alat musik ini mengingatkan saya alat musik Bali seperti rindik, gandrung dan jegogan. Suara merdu dari kayu ini, sangat menggoda saya. Perlahan-lahan saya mainkan dengan perasaan. Halus, lembut, menyentuh dan sekali kali kebyar. Saya ingin mencipta karya musik dengan alat ini. Saya ambil catatan kecil saya tulis dengan notasi 'hati' saya sendiri, saya coret-coret ala kadarnya. Saya ingin mencipta sesuatu dari alat musik ini. Ah...saya sebut saja MarimBALI. siapa tahu pas. Tekhnik dan melodi bergaya Bali. Dan saya tidak berhenti sampai disitu...saya akan kembangkan lagi di lain hari, di lain waktu dan tanggal. Bertambah lagi kegiatan saya berkesenian di sekolah musik Konservatorium Brussel ini. Mudah-mudahan ada pertunjukan MarimBALI suatu saat nanti, itulah harapan saya selalu.
Latihan Gamelan Bali untuk rekaman TV di Amsterdam gimana ? Aduh...hampir lupa nih. Pokoknya tidak ada masalah ya. Saya atur sedemikian rupa jadwalnya. Fokus kita sekarang latihan gamelan untuk rekaman TV, latihan gamelan anak-anak untuk acara 17 Agustus 1996 dan latihan MarimBALI di Konservatorium. Persiapan latihan Gamelan untuk rekaman TV dilakukan setiap 2 kali seminggu. Latihan rutin dan termotivasi karena pementasan di TV. Bersyukur tidak ada halangan berarti, semua bisa diatasi. Namun, tidak disangka sangka saya mengalami ''kecelakaan''. ''Kecelakaan'' apa ? 4 hari sebelum Rekaman TV, saya ikut latihan pertandingan sepakbola acara HUT RI 17 agustus. Saya menjadi pemain bola no 10 seperti Maradona. Menang di gaya berlagak seperti Maradona, tapi mainnya jatuh tersungkur melulu...heheheh. Parahnya lagi, saya tidak mengontrol diri main bola, sehingga saya terjatuh parah dengan kedua lutut kaki terkoyak berdarah oleh lapangan keras tanah merah. Darah mengucur dengan derasnya di kedua lutut kaki yang tidak memakai pelindung lutut. Aduh...sakitnya minta ampun. Terus gimana donk pertunjukan lagi 4 hari lagi ? Saya juga was was loo. Khawatir tidak bisa menari Baris. Saya beri obat merah saja, tapi sakitnya minta ampun. mana tahan. Saya sedikit pincang. 4 hari kemudian, ternyata bertambah sakit dan belum kering. Tapi saya berusaha menahan sakit. aaahhh...kesel dech. !
Pada tanggal 12 Juli 1996, hari ini panas menyengat. Musim panas Jam 07.00 seluruh penabuh Kembang Nusantara bersiap berangkat menuju Amsterdam, Belanda untuk persiapan rekaman TV nederland. Motivasi penabuh sangat tinggi, dukungan KBRI brussel dibawah pimpinan Dubes RI Sabana Kartasasmita luar biasa. Apalagi dukungan Bapak Yamasita Lahay yang sebagai kabid. pensosbud yang juga sebagai pemain cengceng/cymbal lebih dahsyat lagi. Intinya bahwa kita semua bersemangat. Mari kita jaga kekompakan dan motivasi ini.
Pukul 10.00 seluruh crew Kembang Nusantara yang berjumlah 15 orang telah tiba dengan selamat di studio TV nederland. Seluruh istrument gamelan diangkat menuju tempat rekaman. Suasana studio sangat profesional ada tempat berhias, makanan disediakan, kita bisa latihan berkali kali. Syukur lagi, program ini berjalan dengan lancar.
Pukul 10.00 seluruh crew Kembang Nusantara yang berjumlah 15 orang telah tiba dengan selamat di studio TV nederland. Seluruh istrument gamelan diangkat menuju tempat rekaman. Suasana studio sangat profesional ada tempat berhias, makanan disediakan, kita bisa latihan berkali kali. Syukur lagi, program ini berjalan dengan lancar.
Untuk lebih memudahkan para pembaca melihat penampilan langsung dan suasana rekaman di TV Nederland, klik dibawah ini ya :
kalau ada masalah klik disini juga : Ciaaattt...Gamelan di TV NED
(Bersambung )
Klik disini lanjutannya : Ciaaattt...Perjalanan menebar seni di Belgia (Bagian XI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar