Rabu, 30 Oktober 2013

Ciaaattt...Perjalanan menebar seni di Belgia (bagian 11)


Pelestarian permainan traditional anak-anak Indonesia tahun 1996


      Ssssstttt.....jangan berisik, jangan diganggu, sedang melamun nih. Badan letih sejak beberapa hari ini karena terlalu banyak aktifitas. Perlahan-lahan mata ini terpejam sehingga terlupa hilang ingatan. zzzz...Zzzzzz...zzzzz........hmmm. Bayangkan lamunan saya seperti ini. 

''Dari kejauhan tampak sebuah keluarga kecil yang sangat berbahagia dengan kedua anaknya. Kedua anak ini sebut saja Boubou, 6 tahun kelas satu SD dan Lidi 8 tahun kelas 3 SD.   Mereka berjalan menyisiri trotoir dengan ceria sambil menggendong cartable/tas sekolah.  Sekali kali mereka berloncat-loncat dan tertawa terpingkal-pingkal dan saling bercanda.  Zzzzzzz....zzzzzz.... Selang beberapa menit kemudian keluarga kecil tersebut melewati sebuah taman dengan danau yang dipenuhi burung, bebek dan angsa putih. Boubou dan Lidi mengambil roti yang terselip di tas, dan menumpahkan di dekat tanah rerumputan. Puluhan bebek dan angsa berceloteh girang-gedambyang berlomba menyerbu kedua anak tersebut.  Burung gagak hitam tidak tinggal diam, ikut beraksi merebut seonggok roti sambil terbang kesana kemari. Boubou dan Lidi terlihat senang dengan rotinya habis dimakan oleh bebek dan burung. Mereka sangatlah menyayangi hewan-hewan tersebut. Bahkan burung, bebek dan angsa sudah terbiasa melihat kedua anak itu. Hewan itu menjadi sangat jinak tanpa merasa takut terhadap anak kecil. Keakraban terbina secara alami, menjalin kasih sayang abadi satu sama lain. Ini adalah cara hidup damai dimana kita mempunyai welas asih yang alami bagi semua makhluk hidup dan menghormati kebebasan serta kepribadian mereka. Alangkah bahagianya kalau kita hidup di dunia seperti ini saling sayang menyayangi, menghargai dan menghormati.  Boubou dan Lidi senang, hati sayapun sungguh senang ''. Disini senang disana senang dimana mana hatiku senang.....zzzzzzzz...Zzzzzzzzzzzz.

        ''Tingting'' bunyi bel tram, tersentak kaget saya dari lamunan. Saya terbangun langsung berdiri. Pikiran saya adalah harus turun di halte tram berikutnya. Beberapa menit kemudian saya duduk lagi. Saya sadar sedang melamun. yeeehhhh....Di depan tempat duduk saya, duduk polos anak kecil bule cantik tersenyum manis. Dia tertawa geli melihat saya kaget. Ibunya melirik anaknya sambil memandang ke arah saya. Terus saya mengucapkan Pardon (di baca pardong) bahasa Perancis untuk meminta maaf. Saya minta maaf karena membuat kaget anak kecil tersebut. Ibunya dengan ramah membalasnya ''il n'y a pas de problème, monsieur''.( tidak ada masalah, Pak)  Saya jawab saja dengan santai ''OK Madame. eee...eeee. saya terbata dengan balasan kata :  Je suis très fatigué. (saya terlalu capek)

        Saya coba lagi dengan kata lainnya... J'ai beaucoup de travail (Saya terlalu banyak kerja/aktivitas) hanya itu yang tercatat dibenak saya.  Si Madame tersenyum ramah membalas sapaan saya. Ingin sekali saya berbicara lebih akrab lagi kepada mereka ini.  Saya sadar saya sedikit mengerti bahasa Perancis. Kapankah saya bisa belajar Perancis ? Di Brussel hampir 80% masyarakatnya berbahasa Perancis disamping Belanda dan Inggris. Ingin rasanya diri ini kursus bahasa secepatnya. Sayangnya, kursus bahasa perancis harus menunggu tahun ajaran baru yang akan dimulai bulan september, Akibatnya harus menunggu waktu lagi dech. Sabar ya Om. Untuk sementara ini, mari belajar lewat buku percakapan bahasa Perancis. Niat saya belajar bahasa perancis sangatlah tinggi. Saya bertekad suatu saat nanti saya harus bisa berbahasa perancis. Tidak usah ribet dengan tata bahasa, bergramer, yang penting saya bisa berkomunikasi dengan warga Belgia.  

        Setengah jam kemudian, saya tiba di rumah. Saya duduk di depan televisi menonton film kartoon kesukaan saya yaitu Tintin in Tibet. Tintin seorang petualang berprofesi sebagai reporter muda belia ditemani anjing kesayangannya Milou. Tintin ternyata berwatak keras dan kreatif banget. Dia selalu semangat mencari dan berusaha dengan ide-idenya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.. Karakter Tintin luar biasa, sangat inspiratif. Saya mengambil secarik kertas, sembari kriuk-kriuk mengunyah krupuk. Jaen gati nok krupuk ene/enak sekali krupuk ini.  Lagi-lagi melamun, kembali melamunkan anak kecil yang bercanda dan bermain tadi. Iseng kepikiran dalam hati sanubari saya, niat mengajak anak-anak Indonesia di Belgia untuk belajar menari sambil bernyanyi. Mungkin salah satunya adalah bermain dolanan, sebuah permainan traditional anak-anak Bali dan Jawa. Kalau di Bali menggunakan lagu meong-meong, ongkek ongkek ongkir dan lain lain. Ada nyanyinya, ada narinya dan banyak bercanda secara bebas. Cocok sekali buat pertumbuhan anak-anak. Daripada dia menonton televisi dan bermain game secara terus menerus di dalam kamar, bisa bahaya donk pertumbuhan karakternya.  Mari kita salurkan bakat  dan talenta mereka dan kita berikan pembinaan seni untuk meningkatkan spirit sosial dan  memupuk cara berpikir melalui permainan tradisional ini.  

          Begitulah, awal awal saya mengajak anak anak Indonesia terutama yang tinggal dan lahir di Belgia, untuk mencintai budayanya sendiri. Jujur saya katakan bahwa kalau saya mempunyai anak lahir di Belgia nanti bisakah saya memberi pengaruh budaya Bali terhadap mereka ? Belum tentu looo. Padahal kita tahu, hidup di Eropa ini sudah pasti berbeda dengan di Bali. Pola pikir (mindset), kepribadian, wawasannya mungkin mirip dengan orang eropa pada umumnya.  Ini sebuah tantangan lagi. ahhh...sudahlah !! Kita pikirkan nanti saja, yang penting saya sudah berusaha mengingatkan kepada anak Indonesia bahwasanya kita memiliki berbagai permainan tradisional yang tidak kalah menariknya dengan video game dan acara televisi. Benarkan pembaca ? Kapan lagi kita harus mempertahankan lagu lagu tradisional anak-anak.  Kalau tidak saat ini, kapan donk. ? Inilah moment terbaik. Saat mereka berusia dini  kita membentuk karakternya, untuk tetap mengenal budaya Indonesia. Budaya nusantara yang adi luhung dengan kebhinekaannya dan toleransinya yang tinggi.


        Dengan berbagai kesempatan, saya memberanikan diri mengusulkan kepada KBRI Brussel untuk memulai pelatihan permainan tradisional dolanan anak anak Bali yang diiringi  gamelan. Gayung sudah pasti bersambut, pihak KBRI sangat mendukung program ini dan akan dipentaskan pada saat HUT RI 17 Agustus dan Peringatan Hari Anak Nasional. Horeeee......Tibalah saatnya kita berlatih dan berlatih.  Jadwal latihan intensif setiap hari rabu dan sabtu. Ibu-Ibu Dharma Wanita dan Ibu-Ibu Lokal staf KBRI Brussel tidak ketinggalan berpartisipasi  bermain gamelan. Saya pilih gending meong-meong artinya Kucing-kucing. Gending Meong-meong ini termasuk kelompok tembang Bali yaitu SEKAR RARE, jenis tembang dengan menggunakan bahasa bali lumrah/biasa bersifat dinamis dan gembira yang disertai dengan permainan tradisional anak anak.

            Inilah hasil daripada jerih payah kita bersama selama beberapa minggu latihan, hasil yang sederhana tapi maksud dan tujuan tercapai yaitu memberi pengaruh dan mengajak anak Indonesia di Belgia untuk mencintai budayanya sendiri. Silahkan klik video dibawah ini :

                                                Dolanan anak-anak, HUT RI 17 Agustus 1996





Klik juga disini :


lanjutan dibawah :
Ciaaattt...perjalanan-menebar-seni-di Belgia Bagian XII






Tidak ada komentar:

Posting Komentar