Kamis, 26 Agustus 2021

Mencari Penerbit Buku ''22 tahun di Eropa, Sebuah keberanian dan Pengalaman. Ada yang tertarik nggak sih.


Dalam masa pandemi ini, selesai juga naskah buku yang berjudul ''22 Tahun di Eropa, Sebuah Keberanian dan Pengalaman. Kira-kira adakah penerbit buku yang tertarik menerbitkan buku perdana ini. Jika pembaca ada yang mau membantu menerbitkan buku ini...kasih komentar dibawah ya...


Ringkasan Naskah Buku ‘’22 tahun di Eropa, Sebuah Keberanian dan Pengalaman’’

 

Sangat tidak mudah menyesuaikan diri dalam lingkungan baru. Budaya yang berbeda telah membenturkan pikiran agar mampu memahaminya. Bukan dalam waktu singkat memahami budaya baru itu, akan tetapi dibutuhkan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Memahami budaya setempat  itu tidak mudah, tantangan menerjang seketika, gejolak kekhawatiran bergema, bukan itu saja kebosanan merajalela bahkan penyakit secara tiba-tiba menimpa. Mengawali hal yang sulit, telah meneguhkan hati Wardana seorang guru gamelan yang ditugaskan membawa misi kebudayaan Bali ke negeri Belgia. Negeri yang memiliki tiga bahasa resmi yaitu Belanda, Perancis dan Jerman yang menyebabkan kebingungan memilih bahasa yang digunakan. Jangankan menggunakan ketiga bahasa tersebut, bahasa Inggris yang sudah menjadi bahasa Internasional saja  masih kurang dikuasai. Bahasa sangat penting. Kalau tidak menguasai salah satu bahasa tersebut, berintegrasi dengan budaya setempat akan sulit dijalankan. Komunikasi akan terganggu sehingga penyesuaian dalam lingkungan baru seperti di  Belgia ini akan mendapat hambatan besar.

Belgia dijadikan pusat kesenian Bali di Eropa. Sesuatu yang mustahil untuk direalisasikan ditengah keragaman budaya Indonesia. Pilihan itu sangat serius dicanangkan KBRI Brussel pada tahun 1996 menjadi program unggulan dalam upaya mempromosikan kebudayaan Indonesia di Belgia dan Luksemburg. Wardana menjalaninya dengan biasa saja tanpa ambisi. Seiring dengan berjalannya waktu, ada keberanian melangkah dengan upaya kreatif membentuk beberapa jembatan budaya di seluruh Eropa. Terbentuk komunitas pecinta gamelan, sanggar seni, band etnik fussion, kelompok seni yang menjalar secara perlahan dari waktu kewaktu. Pengalaman buruk yang terjadi, konflik kepentingan diantara komunitas menyebabkan Wardana menggunakan strategi jitu. Namun semua itu tidak mudah.

Wardana adalah pegawai KBRI Brussel yang  tidak suka mengeluh dalam setiap pekerjaan.  Keinginan belajar tentang banyak hal di KBRI Brussel menyulutkan tantangan baru dalam hidupnya. Belajar menjadi pengemudi, sekretaris, forografer dan videografer telah membangun image positif dalam dedikasinya di KBRI Brussel. Sindiran halus dari sesama kolega di KBRI Brussel tentang pekerjaan yang ditekuninya membuatnya tetap teguh bersikap. Semua sindirin itu hanyalah rasa iri yang berlebihan yang tidak perlu dihiraukan. Walaupun demikian tekanan dan sindiran halus tetap mengganggu kinerja dan niat baik untuk menjadi seorang pegawai KBRI Brussel.

Semua orang tidak menyangka keberadaan Pura Agung Santi Bhuwana di Taman Pairi Daiza Belgia. Sosok warga Belgia yang bernama Eric Domb membawa keindahan Bali berupa pura ke Belgia. Perbedaan pendapat terjadi antara warga Bali tentang  fungsi pura yang dibangun. Pura sebagai  tempat persembahyangan atau hanya sekedar pemanis taman wisata yang komersial. Membludaknya masyarakat Bali bersembahyang ternyata mendapatkan protes dari pemilik pura. Pihak Pairi Daiza menyarankan kartu bayar abonemen dalam  setiap persembahyangan.  Sebagai kelian atau ketua komunitas masyarakat Bali, Wardana tidak menerima jika masyarakat Bali sembahyang berbayar ke pura tersebut. Ada langkah sulit yang harus dihadapi. Ada upaya nyata yang harus diperjuangkan. Hal ini disiasati dengan parade Ogoh-ogoh yang menghebohkan publik Pairi Daiza. Ogoh-ogoh membawa keberuntungan ?

Kesungguhan mendedikasikan dirinya terhadap pekerjaan adalah jalan terbaik yang mesti dilaluinya. Pengalaman menjadi jurnalisme warga (citizen journalist) telah memberikan banyak  arti dalam hidupnya. Pengalaman mengenal kota bersejarah, menyusuri kanal-kanal yang unik, museum ternama, obyek wisata serta pasar tradisional Eropa. Itu  semua merupakan upaya maksimal yang dilakukan untuk menutupi biaya asuransi kesehatan yang menimpa keluarganya. Bukankah ada tunjangan asuransi kesehatan dari tempatnya bekerja ? atau barangkali ada aturan baru yang berlaku ?  Rupa-rupanya keadaan semakin sulit menimpa, ada sebuah pilihan yang tidak terduga antara pulang ke Bali atau tetap berkesenian di Belgia. Ini sebuah pilihan yang sangat sulit dijelaskan, jawabannya semua ada di dalam buku ini. Buku yang berkisah tentang   22 tahun petualangan  di Eropa adalah sebuah keberanian melawan diri sendiri dan berguru dari pengalaman itu sendiri. Berani mencoba profesi yang tidak biasa, telah menambahkan  pengalaman baru yang tidak ternilai harganya dan bermanfaat dalam hidupnya.    

 


 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar