Kamis, 26 Agustus 2021

Mencari Penerbit Buku ''22 tahun di Eropa, Sebuah keberanian dan Pengalaman. Ada yang tertarik nggak sih.


Dalam masa pandemi ini, selesai juga naskah buku yang berjudul ''22 Tahun di Eropa, Sebuah Keberanian dan Pengalaman. Kira-kira adakah penerbit buku yang tertarik menerbitkan buku perdana ini. Jika pembaca ada yang mau membantu menerbitkan buku ini...kasih komentar dibawah ya...


Ringkasan Naskah Buku ‘’22 tahun di Eropa, Sebuah Keberanian dan Pengalaman’’

 

Sangat tidak mudah menyesuaikan diri dalam lingkungan baru. Budaya yang berbeda telah membenturkan pikiran agar mampu memahaminya. Bukan dalam waktu singkat memahami budaya baru itu, akan tetapi dibutuhkan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Memahami budaya setempat  itu tidak mudah, tantangan menerjang seketika, gejolak kekhawatiran bergema, bukan itu saja kebosanan merajalela bahkan penyakit secara tiba-tiba menimpa. Mengawali hal yang sulit, telah meneguhkan hati Wardana seorang guru gamelan yang ditugaskan membawa misi kebudayaan Bali ke negeri Belgia. Negeri yang memiliki tiga bahasa resmi yaitu Belanda, Perancis dan Jerman yang menyebabkan kebingungan memilih bahasa yang digunakan. Jangankan menggunakan ketiga bahasa tersebut, bahasa Inggris yang sudah menjadi bahasa Internasional saja  masih kurang dikuasai. Bahasa sangat penting. Kalau tidak menguasai salah satu bahasa tersebut, berintegrasi dengan budaya setempat akan sulit dijalankan. Komunikasi akan terganggu sehingga penyesuaian dalam lingkungan baru seperti di  Belgia ini akan mendapat hambatan besar.

Belgia dijadikan pusat kesenian Bali di Eropa. Sesuatu yang mustahil untuk direalisasikan ditengah keragaman budaya Indonesia. Pilihan itu sangat serius dicanangkan KBRI Brussel pada tahun 1996 menjadi program unggulan dalam upaya mempromosikan kebudayaan Indonesia di Belgia dan Luksemburg. Wardana menjalaninya dengan biasa saja tanpa ambisi. Seiring dengan berjalannya waktu, ada keberanian melangkah dengan upaya kreatif membentuk beberapa jembatan budaya di seluruh Eropa. Terbentuk komunitas pecinta gamelan, sanggar seni, band etnik fussion, kelompok seni yang menjalar secara perlahan dari waktu kewaktu. Pengalaman buruk yang terjadi, konflik kepentingan diantara komunitas menyebabkan Wardana menggunakan strategi jitu. Namun semua itu tidak mudah.

Wardana adalah pegawai KBRI Brussel yang  tidak suka mengeluh dalam setiap pekerjaan.  Keinginan belajar tentang banyak hal di KBRI Brussel menyulutkan tantangan baru dalam hidupnya. Belajar menjadi pengemudi, sekretaris, forografer dan videografer telah membangun image positif dalam dedikasinya di KBRI Brussel. Sindiran halus dari sesama kolega di KBRI Brussel tentang pekerjaan yang ditekuninya membuatnya tetap teguh bersikap. Semua sindirin itu hanyalah rasa iri yang berlebihan yang tidak perlu dihiraukan. Walaupun demikian tekanan dan sindiran halus tetap mengganggu kinerja dan niat baik untuk menjadi seorang pegawai KBRI Brussel.

Semua orang tidak menyangka keberadaan Pura Agung Santi Bhuwana di Taman Pairi Daiza Belgia. Sosok warga Belgia yang bernama Eric Domb membawa keindahan Bali berupa pura ke Belgia. Perbedaan pendapat terjadi antara warga Bali tentang  fungsi pura yang dibangun. Pura sebagai  tempat persembahyangan atau hanya sekedar pemanis taman wisata yang komersial. Membludaknya masyarakat Bali bersembahyang ternyata mendapatkan protes dari pemilik pura. Pihak Pairi Daiza menyarankan kartu bayar abonemen dalam  setiap persembahyangan.  Sebagai kelian atau ketua komunitas masyarakat Bali, Wardana tidak menerima jika masyarakat Bali sembahyang berbayar ke pura tersebut. Ada langkah sulit yang harus dihadapi. Ada upaya nyata yang harus diperjuangkan. Hal ini disiasati dengan parade Ogoh-ogoh yang menghebohkan publik Pairi Daiza. Ogoh-ogoh membawa keberuntungan ?

Kesungguhan mendedikasikan dirinya terhadap pekerjaan adalah jalan terbaik yang mesti dilaluinya. Pengalaman menjadi jurnalisme warga (citizen journalist) telah memberikan banyak  arti dalam hidupnya. Pengalaman mengenal kota bersejarah, menyusuri kanal-kanal yang unik, museum ternama, obyek wisata serta pasar tradisional Eropa. Itu  semua merupakan upaya maksimal yang dilakukan untuk menutupi biaya asuransi kesehatan yang menimpa keluarganya. Bukankah ada tunjangan asuransi kesehatan dari tempatnya bekerja ? atau barangkali ada aturan baru yang berlaku ?  Rupa-rupanya keadaan semakin sulit menimpa, ada sebuah pilihan yang tidak terduga antara pulang ke Bali atau tetap berkesenian di Belgia. Ini sebuah pilihan yang sangat sulit dijelaskan, jawabannya semua ada di dalam buku ini. Buku yang berkisah tentang   22 tahun petualangan  di Eropa adalah sebuah keberanian melawan diri sendiri dan berguru dari pengalaman itu sendiri. Berani mencoba profesi yang tidak biasa, telah menambahkan  pengalaman baru yang tidak ternilai harganya dan bermanfaat dalam hidupnya.    

 


 
 

Selasa, 24 Agustus 2021

Aduh kena juga Covid19, tidak apalah lalui saja - bagian 9 FINAL

 Hari ini genap saya di isolasi selama 10 hari. Hari ini adalah tgl 1 Februari 2021 saya terbangun tepat pukul 07.00. Suasana pagi sama saja, tidak berubah cuman yang baik adalah Matahari sangat ramah dan semarak pagi ini.

Saatnya berjemur sambil menikmati hidangan nasi kuning yang rasanya saya beri nilai 7/10. Ada jajan pasar sang rai yang lumayan enak dan jus orange. Mau tanya jus fresh atau nggak sih ? sepertinya sudah ada penambahan gula, heheheh. Tapi sekali lagi gpp ya. saya santap saja.



Dalam isolasi saya ditemani oleh cangkir Belgia saya yang berwarna kuning. Dia selalu menemani saya minum teh dan kopi. Cangkir ini saya bawa sejak 23 tahun tinggal di belgia. Fungsinya agar kita tidak terlalu terasing  di tempat isolasi dan berpikir positif bahwa isolasi untuk kesembuhan kita. Suasana rumah saya bawa, seolah olah tidak membosankan.

Pada pukul 9.00 kita mendapat pemberitahuan via WA grup bahwa kita diperbolehkan pulang. Horeeeee ! Isolasi selama 10 hari merupakan batas minimum karantina di hotel grand Bali Beach. Jadi saya memperispakna segala sesuatunya, pertama saya bersih-bersih rapi di kamar 820, kemudian saya bereskan baju dan aneka makanan.  Selanjutnya dalam hitungan menit saya sudah berada di Lobby hotel untuk melapor. Kita dibekali surat sembuh yang ditandangani oleh Kepal Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Bali. .yaitu dr. ketut suarjaya.

Tanpa pikir panjang, istri saya dirumah memesan GOCAR dan mengirimnya ke hotel Grand Bali Beach. Setengah jam kemudian saya sampai dengan selamat di rumah Pegok sesetan.

Demikianlah akhir dari cerita saya ini, saya berharap ada manfaatnya, ada cerita, fakta selama isolasi, yang bagus dan baik diambil, yang tidak berkenan jangan dimasukan dalam hati.

Terimakasih kepada semua petugas, perawat, dokter, recepcionist, yang telah menjaga dan memberi semangat kita selama isolasi 10 hari,

Pesan saya, mari jaga kesehatan ikuti protokol kesehatan 3 m : Memakai Masker, Menjaga Jarak, Mencuci tangan


Aduh kena juga Covid19, tidak apalah lalui saja - bagian 8

 Hari ini Minggu, 31 Januari 2021 merupakan hari ke 9 saya diisolasi di Hotel Grand Bali Beach ini.

Semua tampak baik baik saja, tapi sebenarnya ingin pulang nih. Bagaimanapun juga situasi karantina atau isolasi yang tersebar dimasyarakat  kesannya negatif. Sepertinya  menjadi gunjingan orang bahwa terkena covid19 adalah momok menakutkan.  heheheh...  Itu semua pendapat umum yang selalu beredar hoaks kemana-mana. Saya berpikirnya berbeda, sesungguhnya kalau kita mengikuti apa yang disarankan oleh pemerintah sebetulnya ada banyak benarnya. Kalau kita disiplin, patuhi protokol kesehatan, sadari bahaya virus, jangan ajum apalagi tidak percaya akan virus, Saya yakin penyebaran virus akan bisa kita perlambat. Kita tidak bisa menghilangkan virus covid, dia akan selalu ada diantara kita dan menyatu berdampingan dengan alam ini. 




Begini, jika kita tidak dikarantina, saudara atau kerabat yang lain dimana kita tinggal bisa terkena virus ini.Kasihan kepada mereka yang tidak kuat imunnya terutama yang sakit-sakitan atau ortu kita yang diusia senja. Kita mesti berpikir mengalah agar wabah virus ini tidak menebar hebat.

Begini, ketika kita dikarantina semua fasilitas yang kita butuhkan selama di karantina disediakan. Hotel bintang 5 seperti Grand bali beach sangat bersih. Tempat tenang dengan adanya pantai sanur membuat hatiku terhipnotis melupakan sejenak pikiran kotor tentang covid itu sendiri.

Begini, makanan sangat dijamin. 3 kali sehari makanan seabrek abrek penuh gizi, jadi kita tidak usah membeli lagi. Kalau butuh makanan lain bisa diorder via gojek tapi tidak boleh pakai cash. paham bro....

Hanya saja, anak saya sudah sangat bosan disini. Dia sih Ok sehat dan bugar. Dia ingin pulang ke rumah dan bertemu temannya. Dengan saran serta nasehat halus saya gumamkan agar dia mau menunggu sehari lagi.Karena besok adalah hari ke sepuluh kita di isolasi, kalau hasil swab positif atau negatif, akan disuruh pulang. Melakukan karantina mandiri 3 hari lagi. begicu bro.....

Pukul 15.30 saya menerima pesan dari WA grup bahwa hasil swab kami berdua adalah Positif. Oke dech. Padahal minum teh jahe, minum jeruk nipis, madu kele dan madu tj udah disiplin dilakukan tiap hari. Kemudian minyak kayu putih sudah diteteskan di masker pagi dan sore.  Analisis saya adalah sejak swab tes pertama  tgl 22  Januari sampai 31 Januari 2021 virus masih bersarang di dadaku. Berarti apa yang telah saya lakukan seperti minum minum herbal itu hanya angin lalu saja ya....Tetapi dari stamina saya sudah membaik dari sebelumnya yang batuk. 

Pertanyaan sekarang  Samapi kapankah virus ini akan menghilang atau mati dalam tubuh kita ? 



Aduh kena juga Covid19, tidak apalah lalui saja - bagian 7

 


Hari ini Sabtu, 30 Januari 2020, pukul 5.30 saya terbangun. Ingin melihat sunrise matahari terbit. Sayang sekali mendung menutupi langit.  Matahari pagi tidak terlihat sama sekali. Penampakan muram tanpa daya di pagi hari ini selama isolasi di Hotel Bali Beach. hmmm...Saya menunggu dengan tenang, seolah-olah sabar, berharap sinar matahari menyorot ke badan saya yang sudah telanjang dada ini. Matahari terlalu sombong, tidak mau menampakan sinarnya sedikit saja.  Apakah saya harus ngaturang canang sari memohon kepadamu wahai Dunia ? Bikin kesal, mendung dan awan putih juga sepertinya bersengkokol untuk menutup sinar matahari. aaaah ! nah,terserah gen be.



Pukul 07.#0  saya mengambil 2 bungkus jatah makanan di lobby hotel. iyaiiih....1 Makanannya hari ini agak semerekebruuuuttt tanpa rasa. Kurang enak bro, embon (tidak panas). Nasi goreng  dengan satu ayam goreng kecil dan telor seuprit. hihihi.....No Problem bro...yang penting saya makan. Mungkin juru masak udah pada males menyediakan makanan enak seperti sebelumnya. Orin ne enggal mulih (disuruh pulang cepat). hihihi. 

ini fakta ya, setiap hari makanan berbeda, kadang enak. Saya jujur dan saya alami ini. Karena saya suka menulis blog, akhirnya saya catat menjadi catatan harian.  Kalau makanan enak, saya akan bilang enak. Kalau nggak enak yang bilang juga nggak enak. Jujur seken seken ne.  Untuk bahan evaluasi nanti. Kita kan mau menjadi negara maju.....jadi harus ada kritik dan saran yang harus bisa dipertanggungjawabkan. 

Saya berharap yang baca jangan sensi ya....kita butuh kritik dalam hidup ini.




Jam 8.45 saya menerima pesan WA grup karantina, Saya dan anak diminta melakukan swab test kedua. Orang-orang  sudah pada antri di lobby lantai 2.  Dari daftar list yang beredar di WA Grup terdapat  sekitar 94  orang akan di Swab hari ini. Persiapan demi persiapan dilakukan oleh petugas. Dalam beberapa kesempatan saya sempat ngintip foto-foto di dinding lantai 2, Waaah menakjubkan, ada dokumentasi sejarah dari hotel ini serta beberapa foto-foto tahun 1966. Seru juga nih  Hotel. 

Bali Beach diresmikan pada tgl 1 november 1966 oleh Hamengku Bhuwono. Foto pantai dan gedung yang baru dibangun. Gedung bali beach yang berlantai 10 ini merupakan hotel pertama dan tertinggi di bali. Dikelilingi pantai sanur yang berpasir putih, latar belakang gunung Agung. membuat hotel ini sangat strategis dan indah sekali. Jumlah kamar sebanyak 240 kamar.







Aiiittsss....agak gemes juga petugas ngeswab. Hidung saya dikulik, terlalu keras. Mata saya mendelik, agar terbuka hidungku yang lubangnya besar ini. Saya diminta santai.,  kemudian lubang hidung kedua dikulik. mimih.....jaene. Swab ini agak berbeda dari yang pertama. Ini agak lebih dengang, kalau sebelumnya lebih halus dan elegan. .Tapi sekali lagi, tidak ada masalah bro....pokoknya saya turuti.....hari berikutnya lihat hasilnya ya....





Makan, nonton tv, baca koran, bikin blog itulah yang saya lakukan di sore hari ini.. Tidak ada yang special hanya rutinitas selama masa isolasi di hotel Grand Bali Beach ini. Oh ya hampir lupa, istri saya sekarang sudah selesai isolasi di prima plaza hotel, selanjutnya dia isolasi mandiri di rumah. Kondisi kesehatannya  telah membaik dari sebelumnya. Oke dech.....kita tunggu cerita selanjutnya ya......haaaaah !



Aduh kena juga Covid19, tidak apalah lalui saja - bagian 6

 Berjemur di Pagi Hari, Jumat 29 Januari 2020

Horeeeee ! panas menyengat. Udara berhembus sedang, suara gemuruh ombak membangunkan kita dari tempat tidur. Saatnya memanfaatkan udara dan panas yang sehat dari Balkon hotel ini. Katanya sih menguatkan imun, merasuki vitamin D ke dalam tubuh, dan tentunya menghalusinasi pikiran negatif menjadi positif thingking. Pikiran ini harus diberikan asupan semangat, optimisme dan energi agar kita bisa melewati masa isolasi atau karantina ini sesuai prosedur yang diterapkan. 



Sarapan, minum vitamin dan ngeteh jeruk nipis plus madu kele membuat bibir dan lidah lincah bergerak. Pagi ini nasi goreng dengan jus jambu merah merekah, serta jajanan pasar. Rasanya ok ok saja, kurang panas nasinya. Pasti bikinnya kemarin ya..hehehe. Kalau bisa dikritisi, mohon masaknya pagi-pagi agar lebih panas dan segar.. Tapi gpp kok, saya hanya bisa ucapkan makasi kepada para petugas sudah menyediakan makanan. 

Oh ya, pasti lihat gambar diataskan ? Madu, jahe, jeruk nipis dikirim oleh keluarga melalui Gojek.  Menggunakan jasa gojek bolah kok. Asal tidak bertransaksi dengan uang cash.. Caranya, kita minta keluarga yang bayarin dulu dirumah, terus dikirim ke tempat karantina. Ingat  mengirim barang harus antara  jam 15.00 - 18.00.



Sore hari saya termenung bosan. Mulai bosan dengan isolasi. saya menoleh ke pantai sanur hanya melihat perahu yang itu itu saja. Bout atau perahu itu tidak pernah berlayar saya lihat. tertambat digeruduk ombak kecil goyang kekanan dan kekiri. . Mungkin karena pandemi ya, turis tidak ada. Perjalanan laut ke nusa penida juga jarang. Akhirnya perahu atau bout tidak berlayar. kasihan juga ya..



oh ya, Suasana malam ini begitu syahdu. Hujan turun dimeriahkan oleh petir petir kecil. Dari kejauhan kilat menyambar lumayan buat tontonan gratis di malam hari. Perlu diketahui juga bahwa hotel ini sepertinya sudah berasa banyak orang. lantai 3, 4, 5, 6, 7, 8 sudah merebak dg orang-orang. Saya ngintip dari kamar saya no 820 di lantai 8, semua pada keluar balkon ada yang bergerak senam, ada yang bengong, ada yang batuk batuk dsbnya. Setelah beberapa hari  sebagaian orang ada yang sudah pulang karena hasil swab negatif.

Para pembaca, Jangan terlalu khawatir ya, jika anda kemasukan virus covid19 dan di isolasi di hotel, lakukan dan turuti aturan yang diterapkan. Tidak boleh berkeliaran seenak udel keluar ruangan, jika butuh sesuatu tinggal telpon 0 atau 2. Semua difasilitasi. Jika sabun mandi habis, tinggal call saja kepada petugas jaga. Dalam  beberapa menit kebutuhan anda akan diberikan. 

hmmmm.....malam semakin larut. Anak saya serius menonton acara tv dengan titel Spiderman.  Saya inget kuren saya yang berada di tempat isolasi Prime Plaza hotel. Kangen Nok. Saya lebay ya....ampure. Kita isolasinya terpisah karena sistem kone. hahahah  bruuuttt.....sudah ya, saye kiap dan ingin  tetidur pulas....anak saya bilang papa ngengkis atau ngorok halus....hihihi


Aduh kena juga Covid19, tidak apalah lalui saja - bagian 5

 Selamat pagi para pembaca

Hari ini tgl 28 Januari 2020 saya dan anak masih di karantina di Hotel Grand Inna Bali Beach.

Tanpa di sengaja lagi, saya lihat HP terlihat lagi jam dengan nomor kembar yaitu :07.07. Angel number lagi, saya cek artinya di google adalah sbb : 

angel number 07 07 is a sign that you are on the right track in your life. Your angels are supporting you and they will be there to help you whenever you have problem.

jadi nomor diatas 07 07 kembar memberi ruang positif untuk saya berpikir, ada optimisme dalam setiap halangan atau rintangan yang dihadapi. Asal tahu saja, angel number menurut saya memberi gambaran umum yang positif selama saya melihat arti  number kembar di google. Entahlah bisa di percaya atau tidak.







Pagi ini benar cuaca cerah membahana. Matahari menyengat dari jam 07.00 Saya berjemur agar mendapatkan vitamin D dari pantai sanur ini. Tidak lupa sarapan pagi yang disediakan adalah Bubur Ayam dan jajanan pasar yang terasa enak dan sedap dibawah teriknya matahari pagi. Oh ya ketika mengambil sarapan pagi, seperti biasa didahului dengan cek suhu, suhu saya top cer 36 drajat. Terlihat antrian pengambilan makanan, dan suasana petugas yang jaga jarak dengan kita para pasien covid. 





Hari ini berlalu seperti biasa, isolasi di hotel ini saya berusaha ambil kesan positif. Jangan terlalu banyak berpikir terhadap Covid ini, dilalui saja, ada proses penyembuhan, dan ikuti apa yang diperintahkan oleh petugas, disiplin dan sbagainya. Pikiran positif akan membuat kita menjadi tenang dan melalui isolasi yang bagi sebagian orang barangkali susah ya.

Dalam sebuah kesempatan, saya melihat ada seorang tua nenek neneknya isolasi juga di hotel ini. Saya berpikir mudah mudah dia tidak sendiri di hotel. Karena bagaimanapun juga apakah dia punya WA ? karena semua komunikasi via WA. Barangkali dia si nenek maksudnya bersama keluarga. Karena kemungkinan berpisah tempat isolasi antar sanak family bisa terjadi.seperti yang terjadi antara istri yang sampai sekarang terpisah dihotel yang berbeda.

Malam semakin larut, saya dan anak makan malam sudah kenyang. Nafsu makan saya sendiri sangat luar biasa. Berbeda sebelumnya dimana nafsu makan jadi berkurang, bahkan berat badan sempat turun.  Nonton TV National geografic chamel kesukaan saya menonton Wild animal yang merupakan favoritku. Chanel ini menemani saya hingga tertidur pulas. sssssssstttttt






Aduh kena juga Covid19, tidak apalah lalui saja - bagian 4



Hari ini pukul 06.06 Rabu, 27 Januari 2020, 

Saya bangun mengintip jam di HP. Wah, nomor kembar lagi secara tidak sengaja selalu melihat nomor kembar. Percaya tidak percaya bro, saya cari di google  06.06 angel number artinya good sign of love. you should rejoice and be happy when it appears in your life. Oke dech, cintaku terhadap keluargaku terutama anak dan istri memang semakin lengket semenjak di karantina. ada rasa kangen berat terutama terhadap kurenku ane paling jegeg tersayang yang di karantina terpisah dengan diriku, Bruuuttt1 tapi angel number ini ada benarnya.

Cuaca pagi mulai merangkak cerah. Matahari belum terlihat terbit karena diselimuti awan mendung. Gunung agung di kejauhan cantik dikerubuti awan putih di puncaknya. Dia diam saja, tidak pernah bicara sekali bicara meletus. Ombak semakin cerewet di pagi hari. Saya senang mendengarnya alami suara alam, tidak ada suara mobil atau motor. Pokoknya tempat yang menenangkan di hotel Grand Bali Beach.

Dari Balkon hotel ini, sekumpulan orang mulai buka baju dan celana, waooo, oh ternyata mandi pake celana pendek. Iyaiiih terlihat dari ketinggian. jangan ngeres bacanya ya. terus ada yg mojok dibawah pohon becinta bagai kedis crucuk saling mesra. Artinya suasana disini romantis, menenangkan, nyaman, dan segar. Hampir lupa ada beberapa orang membersihkan pantai, pantesan pantai ini selalu bersih. Profesional orang bali disini di pantai sanur ini.

Pukul 07.00 teng, saya menerima WA dari grup karantina. Kita diminta turun ke lobby mengambil sarapan, madu kele, vitamin dan penyaplok bungut (masker). Para victim covid mulai berdatangan dan antri makanan.Suasana biasa saja, cerita tentang masing-masing di karantina. Rileks tenang dan santai


lanjutannya bagian 5

Aduh kena juga Covid19, tidak apalah lalui saja - bagian 3






 Selamat pagi bro, dari Grand Bali Beach sanur tgl 26 Januari 2020.

Cuaca pagi segar bugar, Dari ketinggian terlihat masyrakat olahraga dan mandi di pantai depan hotel kita. Bout/Kapal/perahu/jukung terdampar bergoyang di pesisir pantai. suara ombak menyeruak dengan hembusan angin semilir. menyemangati hati ini untuk segera sembuh total dan jauh dari si Covid yang nyebelin.

Jam 07.00 saya bangun seperti biasa, semangat berjemur sambil minum teh madu jeruk nipis jahe. Minuman Herbal yang tidak pernah lepas dalam keseharian. Seperti biasa kita ambil nasi box untuk sarapan  di lobby bawah sekaligus tes suhu badan. Kondisi saya segar bugar kencang lincah dan rilex. Pokoknya tampak sehat dan segar, tapi covid dibadan masih selingkuh dengan saya di dalam badan ini. Pokoknya berpikir positif, makan selahap mungkin, nonton tv, kalau rindu istri tinggal WA. Saya senang hari ini, istriku tercinta sejagat raya telah membaik, dan saya lihat dia sedikit ajum membersihkan ruangan depannya sambil bervideo ria. Artinya bayune sube ngeluungang. 

Sarapan mantap !

pagi ini saya mengambil sarapan yang super mantap yaitu nasi kuning dan snack jaje bali. Terimakasih kuucapkan kepada seluruh petugas yang telah memberikan kita hidangan yang lezat sehat dan bergizi. Saya menjadi bersemangat untuk kesembuhan dari si covid ini. 



Makan siang Jaen Be tutu

tepat pukul 12.00 saya menuju depan lift lantai 8, mau ambil makanan. Aiiiittttssss.....1 ternyata sampah masih ada dan bertambah meluber. Baunya mulai menusuk. Padahal paginya ketika cek suhu, saya yang tinggal di kamar 820 ini sudah enginfokan. tapi sudahlah....kalau kita komplain jelek asane, kalau tidak dikomplain lebih jelek asane. Nah, terserah gen be, yang penting cang  enggal sembuh.  

 








Horeeee....Pukul 16.30 sampah sudah dibersihkan. Makasi bapak ibu petugas yang sudah bekerja lelah membersihkan.



baca lanjutannya : bagian 4

Aduh kena juga Covid19, tidak apalah lalui saja - bagian 2

 Hari ini adalah tgl 25 Januari 2020

Hari ini adalah hari ketiga saya berada di hotel Grand INNA Bali Beach Sanur. Hotel yang ke sohor bintang 5 membuat saya menjadi tenang baik pikiran maupun hati. Pagi ini sarapannya bubur bali dengan jukut meurab terasa enak dan membuat anak saya lahap juga makannya. Saya juga hidangkan teh jahe, plus madu untuk membuat kerongkongan terasa segar dan agar batuk ini mereda.

Tepat pukul 9.30 kita menerima WA dari petugas karantina  agar melakukan swab tes kepada grup pertama yang tiba di hotel ini. dilihat di daftarnya ada sekitar 70 orang yang diswab. Saya dan anak mengikuti prosedur yang diperintahkan pokoknya Cunguhmu di ancuk (hidung dimasukin alat0, agak meklijengan dik matamu (seperti ngiler ngiler dikepala), beberapa saat kemudian selesai. Saya sih santai saja, sambil melirik madu kele kele yang tersedia. Intinya  santai saja . nanti kita tunggu hasilnya, kalau negatif pulang. Dalam perjalanan menuju lif lantai 8 saya melihat ibu-ibu sedang menaiki tangga. Kasihan, seperti tumben. Dalam percakapan di lift, sang ibu dari singaraja. Aduh jauh sekali isolasi ke denpasar, capek dijalan ya...kasihan. 

Pukul 19.00 via WA saya menerima hasil swab yang ternyata masih POSITIF. Jadi harus dikarantina lagi 7 hari kedepan.

oh ya, barusan jam 1.00 siang sampah yang di lift masih, saya foto hihi. Terus saya telpon, saya bilang saya mau bantuin bersihan sampah di lift lantai 8, petugas recepcinist bilang terima kasih. Saya mau kok jadi volontir gpp, kasih saja  plastik besar sampah hitam, kita masukin dan saya bawa turun, gpp kok. ternyata tetap saja menumpuk. Kasihan juga sih, mungkin petugasnya  takut kali ya...gpp dech, kita sabar saja.



baca lanjutannya disini : bagian 3


Aduh kena juga Covid19, tidak apalah lalui saja - bagian 1


Kok bisa kena Covid 19 ?

Jawabannya hmmm.... kita juga tidak tahu. Awalnya saya sempat batuk dan gejala ringan mual, kondisi kurang fit. Selang beberapa hari kemudian, giliran istri saya sakit, karena tidak tahan, terus dibawa ke UDG  RS Siloam Kuta.  Rs memberlakukan tes swab pada tgl 20 Januari 2021  hasilnya Positif Covid19 untuk istri saya bro. Pikiran saya, Ya sudahlah terima saja. 

Atas saran Puskesma kami sekeluarga harus melakukan tes swab. Tgl 22 Januari 2021 kami sekeluarga melakukan tes swab di Puskesmas Denpasar Selatan Pegok,  hasilnya 2 anak saya positif sedangkan satu lagi yang cewek hasil tes swabnya negatif. 

Karantina yang berbeda 

Singkat cerita, saya, istri dan 2 anak saya di isolasi atau karantina. Saya berusaha berpikir positif dengan situasi dan kondisi dimana saya berpisah dengan istri dalam penanganan covid di Bali ini. Saya berusaha berkomunikasi kepada para petugas baik di puskesmas maupun di tempat karantina, Bisakah saya berkumpul dengan istri tersayang ?. Jawabannya ''karena sistem, bapak tidak bisa bersama dengan istri.'' agak kesel sih...Okelah saya terima saja apa adanya. tapi hati saya tidak bisa dibohongi karena istri kurang nyaman dengan orang lain. Namun demikian kita selalu beri support istri agar dia selalu semangat bro. 

Tgl 20 Januari, istriku diharuskan melakukan karantina di sebuah hotel. Di awal pembicaraan petugas Puskesmas memberitahukan tempat karantina kemungkinan di Belle Swiss Kuta  atau Hotel  Armada. Ternyata saudara saudara, istri saya diisolasi di hotel Prime Plaza Sanur. Istriku tinggal sekamar dengan seorang bernama Arik yang juga tertular covid. Istriku berusaha tenang, walau sedih dan jauh dari anak dan suami. Kita hanya memberi semangat via whatsapp group..

Selang dua hari, yaitu tgl 22 Januari, Pukul 18.30 saya dan anak diharuskan melakukan karantina di Grand Bali Beach. Aduh sedikit bingung. Padahal kita sudah berada di loby Prima Plaza. Petugas memindahkan kita menuju  Grand Inna Bali Beach. Sedih, tidak bisa menemani istri di Prime Plaza.   Saya dan anak menempati kamar 820 dengan panorama view pantai Sanur yang apik. Kita berupaya  menenangkan hati dan pikiran. Kondisi saya dan anak sih lumayan baik, ada gejala batuk kecil serta dada seperti kekurangan oksigen [nyeri dada]


Tgl 24 Januari, anak saya pertama Hendo juga dijemput dari rumah oleh ambulance untuk dikarantina di Hotel Plaza Sanur. Saya agak lega bahwa anak saya pertama bisa bertemu ibunya di hotel. Berharap ada yang menjaganya walau tidak sekamar. Gpp. Nah yang kasihan adalah anak saya yang perempuan masih sendiri di rumah. Tapi dia sangat berani umurnya yang masih 15 tahun sudah bertindak dewasa dan tahu apa yang harus dilakukan dirumah sendiri.

Apakah saya panik atau merasa dikucilkan ketika kena Covid ???

Jawabannya tidak sama sekali. Pandemi  covid19 setahun telah menghancurkan dan mengoncangkan dunia. Setiap hari kita mendengar berbagai informasi pandemi ini. Informasi sudah kita ketahui bersama,  pencegahannya, penangananya, akibatnya, dan sebagainya.  Saya berusaha membaca informasi covid dari sumber yang benar.  Himbuan pemerintah harus dipercaya, jangan termakan info Covid Hoaks melalui medsos yang tidak benar. Intinya kita siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Panik dan dikucilkan adalah hanya pikiran sempit saja.  Saya pikir kita harus bersikap lebih bijak dan tenang menghadapi ini semua. Kalau terkena virus saat awal pandemi, barangkali panik dan dikucilkan bisa terasa. Sekarang sih biasa saja. Kita jalani saja ya...


Bagaimanan penanganan atau fasilitas di karantina ?

Saya jawab dengan jujur adalah sangat baik Saya sudah 2 malam di kamar hotel ini. Layaknya  turis di hotel, suasana  nyaman dan menyenangkan dengan indahnya Pantai Sanur. Ada tempat tidur, wc, balcon, handuk, kulkas, sikat gigi, pokoknya lengkaplah. Kebetulan juga pada tahun 2013 lalu, saya pernah menginap sekeluarga disini selama 3 malam. Artinya pernah menikmati indah dan nyamannya hotel ini. heheheh..bruuuuttt.



Makanan disediakan 3 kali sehari, Hebat. makanannya enak bro. Semua habis saya makan, maklum ya saya adalah penggemar traveling jadi makanan apa yang dihidangkan saya  akan selalu bilang enak. Disini ada bubur, nasi goreng, onde-onde, buah,  kopi, teh, air galon, pokoknya Top Cerrrrr ! harus berpikir positif.!!

Petugas ramah atau gimana  di karantina ?

Petugas karantina yaitu perawat, dokter atau recepsionis semua bertanggung jawab. Pelayanannya cepat, ramah dan tertangani. Mereka sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Contohnya ketika tidak ada handuk dikamar,  terus saya tanyakan ke petugas via telephone. Dalam hitungan menit handuk sudah tersedia di lobby hotel, hanya saja kita harus ambil sendiri. 

Ada yang perlu di kritik nih ?

Tumpukan sampah plastik makanan meluber di depan lift di lantai 8. Tempat sampah sih tersedia, cuman mestinya sampah diambil tiap hari oleh petugas jangan dibiarkan menumpuk. bau brooo...tolong ya. ini penting bersih membuat pikiran kita tenang, kalau kotor dan  bau tahulah apa yang ada dalam mood kita, sangat bruuut banget. Walaupun begitu, maksud hati ingin bantuin buang sampah, Saya telpon petugas.

 '' Pak, sampahnya menumpuk di depan lift ? kalau tidak ada yang berani ambil, saya maun bantuiin ya ? Atau berikan saja masing-masing plastik sampah hitam yang besar nanti kita kumpulkan, ''.  Petugas recepsionist sepertinya ngerti maksud saya....tapi saya tunggu-tunggu  saya jepretkan foto sebagai bukti. Maaf ya pak. 


baca lanjutan ceritanya disini ya : https://ciaaattt.blogspot.com/2021/08/karantina-di-grand-inna-bali-beach.html