Jumat, 28 Oktober 2016

Menghargai Tattoo sebagai sebuah karya seni




            Kota Rotterdam, Belanda berada dibawah temperatur 10 derajat celcius, agaknya saya terlalu sombong tidak memakai jaket sehingga tubuh ini menggigil kedinginan. Kalau orang Bali protes bilangnya  begini  ‘’Ajum sajan, sing tawange dingin !’’.  (artinya, sombong banget sih, kan dingin !). Maksud hati sebenarnya ingin ‘’menampilkan diri’’ seperti para pemuda tinggi besar bertatoo yang berlalu-lalang di depan loket pameran tattoo Rotterdam Convention Center pada bulan maret 2016 lalu. Kelihatan gagah perkasa, bertatoo, galak dan jantan didepan siapa saja.

            Bagi sebagian orang, kalau melihat orang bertatoo pasti muncul hal negatif. Kadang identik dengan brandalan, sangar, kriminal bahkan eks nara pidana. Pandangan sinis selalu tertuju kepada mereka yang bertatoo. Memang para penjahat sering juga memakai tattoo, namun dalam kenyataannya tidak semua orang memiliki tattoo itu adalah seorang penjahat. Disinilah kita membutuhkan sebuah persepsi positif dalam menilai seseorang di depan kita.

            Saat itu, saya berada di gedung Rotterdam Convention Center melihat secara langsung cara membuat tattoo.  Bertemu seorang bule, lewat begitu saja dengan perawakan sangar, seluruh tubuhnya dirajah dengan berbagai gambar binatang, bunga, simbol-simbol patriotisme. Telingannya berjubel anting-anting gede banget seperti lehernya mau miring kekiri atau kekanan. Tapi ketika saya berbicara dengan dia, dia sangat sopan dan baik hati. Terpancar dalam hatinya energi positif. Secara otomatis saya menebak bahwa orang ini pasti baik. Atau dalam bahasa canda saya, ‘’Wajahmu Rock tapi Hatimu Dangdut’’. Wajah boleh sangar tapi hati tetap berbinar. Dengan demikian persepsi saya sangatlah positif kepada dia. Itulah suasana mengesankan  saya, disaat mengunjungi seorang teman yang juga tukang tattoo handal. Teman saya itu bernama Wayan Abuth Suryana pria jantan asal Bali yang ikut berpartisipasi dalam rangka  pameran Tattoo Internasional Roterdam yang berlangsung dari tgl 18 – 20 Maret 2016.



            Melirik sejarah, Tatoo adalah bagian dari budaya bangsa yang tercipta sudah zaman dahulu. Sejarah mencatat bahwa tattoo berasal dari bahasa Tahiti ‘’tatu’’ yang diartikan tanda. Tanda bisa berupa obyek gambar atau tulisan yang dirajah dikulit, entah itu kulit kaki, tangan, lengan badan dsbnya.  Proses pembuatannya membutuhkan durasi yang lama berjam-jam bahkan bisa bertahun tahun sesuai dengan besarnya tattoo yang diinginkan. Konon kabarnya tattoo sudah ada sejak zaman Mesir dan juga digunakan untuk ritual oleh suku suku kuno seperti Inca, Maori, Ainu dan Poleynisians. Termasuk juga di Indonesia suku Mentawai dan suku Dayak dari Kalimantan.  Tatto berkembang dengan pesatnya, bahkan para pemain sepakbola terkenal dan para selibritis berlomba merajah kulitnya dengan berbagai gambar yang disukainya ntah apa tujuannya yang penting membuat mereka senang dalam penggunaanya.

Wayan Abuth Suryana si Penattoo yang kreatif

            Abuth adalah sosok anak muda yang sangat kreatif dalam membuat tattoo untuk para pelanggannya. Bermodal semangat dan fokus dalam berkarya pada akhirnya  mampu mendirikan usaha resmi tattoo yaitu As-Tatoo pada  tahun 2000 di kota Frankfurt Jerman. Puluhan penghargaan diraihnya dalam skala internasional dari berbagai kategori diantaranya : Juara I Dortmund Tattoo Convention, Juara I Amsterdam Tattoo Convention, Best Ornamentic Tattoo Berlin Tattoo Convention, Best of Color Manhein Tattoo Convention, Best Realistic Tattoo River Expo Minz Jerman, Juara I Best Tribal Tattoo Frankfurt Convention  dan lain lain.

            Ditemui dalam rangka  Roterdam Tattoo Convention, alasan Abuth memilih usaha Tattoo adalah awalnya saya memang suka melukis terutama dengan tekhnik airbrush.  Terus melihat tattoo menjadi tertarik karena banyak tantangannya dan terkesan unik. Maksudnya kalau membuat Tattoo kepada seorang costumer, memiliki nilai seni tertanda seumur hidup. Itulah sebuah kehormatan yang tidak ternilai harganya bagi saya, dapat melukis di kulit tubuh manusia yang akan menjadi kenangan abadi selamanya.

            Ditambahkan lagi untuk menekuni dunia tattoo tidak hanya pengetahuan tentang seni yang diperlukan, tetapi  yang juga sangat penting adalah faktor hygienisnya. Karena rajah tubuh bersifat melukai dan setara dengan operasi kulit yang mengakibatkan luka pada kulit dan mengeluarkan darah.  Untuk itu dianjurkan dan diharuskan bagi setiap tukang tattoo dibekali standard pengetahuan kesehatan dan hygienis ruangan, alat tattoo yang digunakan dan kesterilannya.  Bahan warna yang dipakai juga harus melalui uji test oleh dinas kesehatan terkait.





Berjuang menghidupi keluarga

            Usaha Tattoo yang dilakukan dari nol ini membuahkan hasil yang membahagiakan hidupnya. Menghidupi kebutuhan keluarga dengan istri dan 2 anak, dapat memberikan semangat hidup buatnya. Tattoo telah memberikan  rezeki dan kebahagian tiada bandingannya. Pria yang berasal dari Pegok, Denpasar Bali ini selalu bersyukur kepada Tuhan/Ida Sanghyang Widi Wasa dengan apa yang telah diperolehnya.  Tidak mengherankan pula setiap kegiatan yang dlakukan selalu ada persembahan berupa ucapan puji syukur dengan rangkaian bunga  canang sari di Pelangkiran (tempat suci ) yang selalu menyertainya disaat tattoo convention dimanapun berlangsung ‘’ ujar Abuth bersemangat.








Persepsi Positif kepada yang bertattoo

            Mari kita menghargai dan menghormati satu sama lain. Apapun tampak luarnya, belum tentu sama didalamnya. Seperti menilai buku jangan dari sampulnya, harus menilai dari isi dan kandungan yang ada didalamnya. Begitu juga menilai seseorang, walaupun dia bertattoo, sangar, kelihatan kejam bukan berarti dia kasar ataupun kriminal.  Sangat tidak adil jika kita menilai seseorang secara parsial, yaitu dengan melihat wajahnya saja.

            Tattoo merupakan bagian dari kebudayaan dan jejak peradaban seni manusia. Sebuah karya seni yang tentunya harus mendapat apresiasi yang sama seperti karya seni lainnya. Seorang tukang tattoo membutuhkan waktu dan kerja keras dalam membuatnya. Kesabaranpun ditaruhkan demi sebuah kepuasan penikmatnya. Tattoo juga memberikan penghidupan yang layak, memberikan rezeki dan juga kebahagiaan.  Perlu kita sadari bahwa saatnya kita memberikan persepsi positif terhadap seni Tattoo yang berkembang alami ditengah masyarakat sebagai sebuah karya seni yang tidak ternilai harganya. (Penulis : Made Agus Wardana, tinggal di belgia)





Minggu, 03 Juli 2016

The Batle of Waterloo 1815 di Belgia




            Menyaksikan  film dokumenter tentang Pertempuran Waterloo di youtube, membuat hati saya  terenyuh emosional. Bayangkan suara pedang ‘’tang teng tang teng ‘’ saling tusuk,  tubrukan seribu derap kaki kuda pasukan kavaleri, hentak langkah pasukan infanteri, gemuruh dentuman meriam yang memporak-porandakan kerumunan pasukan. Hancur ! Muncrat ! Darah dimana-mana sangat menyeramkan. Drama peperangan tersebut seakan nyata dalam realitas yang terjadi, sungguh mengerikan.

            Perang terjadi karena pihak-pihak bertikai memiliki kepentingan masing-masing.  Kepentingan akan ambisi kekuasaan, ideologi, perebutan wilayah, sumber daya alam serta motif perubahan sistem kekuasaan.  Tapi benarkah, perang juga membawa sebuah ‘’perubahan baik’’ ? Barangkali bisa dibenarkan.  Misalnya perubahan berupa hak-hak pribadi dan kepemilikan warga sipil yang setara dan memiliki kedudukan yang sama dalam segala hal. Warga sipil tidak terbelenggu lagi dengan tekanan kaum bangsawan monarki yang berstatus sosial lebih tinggi. Mereka berhak membela hak-haknya  sebagai warga masyarakat dan negara.

            Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu ‘’perubahan baik’’ akibat  dari peperangan seperti tersebut diatas adalah peristiwa  The Batlle of WaterlooThe Batlle of Waterloo yang terjadi hari Minggu, tanggal 18 Juni 1815 adalah perang maha dashyat antara pasukan Napoleon Bonaparte dan pasukan koalisi pimpinan Duke of Wellington. Pasukan koalisi terdiri-dari gabungan pasukan Inggris, Prusia, Belanda, Hannover, Nassau, dan Brunswick. Pasukan koalisi Inggris - Belanda berjumlah 68.000 orang, Pasukan  Prusia berjumlah 50.000 orang, sedangkan  pasukan Napoleon berjumlah 73.000 orang.  Peristiwa bersejarah  ini  menyebabkan perubahan fantastis di Eropa bahkan di dunia. Ingin tahu cerita dan dimana kejadiannya ? Yuk, ikuti saya !



            Sore itu menjelang musim dingin bulan nopember di Belgia,  angin dingin berhembus kencang menyapa pipi yang kedinginan.  Mendung hitam bergumpal, menghalau sang surya menyinari area pertanian di kawasan Braine-l'Alleud.  Angin kencang berhembus membuyarkan pandangan, menerbangkan dedaunan kering disekitarnya. Tampak jelas, pohon kentang yang tertanam di daerah tersebut bergoyang massal mengikuti irama hembusan angin kekiri dan kekanan. Ditempat ini menjulang monumen  Butte du Lion(Bukit Singa ) yang didirikan setelah berakhirnya pertempuran Waterloo. Sebuah monumen peringatan  para korban, khususnya Pangeran William II dari Belanda yang terluka ketika pertempuran berlangsung disana. Gundukan Bukit Singa atau Butte du Lion (baca : But du liong) dengan ketinggian 41 meter tampak hijau ditumbuhi rerumputan dalam kemiringan. Dipuncaknya  berdiri patung  Singa dari besi sedang menginjak bola dunia.

            Tapi saya merasa heran dengan nama  Waterloo. Kenapa kota Waterloo yang menjadi terkenal, bukannya Braine-l'Alleud ? Padahal sangat jelas bahwa pertempuran Waterloo itu sesungguhnya terjadi di wilayah Braine-l'Alleud. Braine-l'Alleud adalah distrik yang bertetangga dengan kota Waterloo yang merupakan kawasan ladang pertanian. Menurut berbagai sumber, pemimpin pasukan koalisi Duke of Wellington menggunakan istilah Battle of Waterloo untuk pertama kalinya. Alasannya karena kota Waterloo adalah posisi pertahanan strategis Wellington. Di kota itu pula dia mengatur siasat dan strategi bertahan untuk membendung pasukan Napoleon yang berencana memasuki kota Brussel. Strategi ini cukup berhasil sehingga pasukan Napoleon berhenti di kawasan Braine-l'Alleud tersebut. 


           
Pasukan Napoleon yang kesohor itu, kalah  ?

            Sebenarnya sih tidak kalah, jika tidak terjadi penundaan penyerangan akibat hujan lebat di hari sebelumnya tgl 17 Juni.  Hujan lebat membuat medan pertempuran basah kuyup dan becek berlumpur. Pergerakan pasukan berkuda mengalami kesulitan, bahkan meriam sebagai senjata ampuh sangat sulit dan berat untuk dijalankan. Keesokan harinya,  Napoleon memutuskan menunda pertempuran dan menunggu sampai jam 11 lewat agar tanah lebih kering dan mengeras.  Penundaan waktu inilah yang mempercepat kedatangan bala bantuan  50. 000 pasukan Prusia pimpinan Gebhard Leberecht Von Blücher yang datang dari kota Wavre, 8 km dari arena pertempuran.
 osi, problem psikologis, nyawa s, nyawa erasan menghancurkan kedamaian hidup kita saja           

Napoleon Banaparte

            Siapa yang tidak kenal dengan Napoleon Bonaparte, tokoh besar dalam sejarah Eropa. Lahir pada tahun 1769, meninggal tahun 1821. Berwatak keras, ambisius, karismatik dan anti monarki. Sewaktu Revolusi Perancis tercetus, dia berusia 20 tahun. Pemikiran dan idenya sangat jelas terpengaruh oleh situasi dan kondisi dimana rakyat Perancis menginginkan perubahan sistem kekuasaan dari kerajaan menjadi republik. Dengan intrik, strategi dan pengaruhnya  Napoleon berhasil mengangkat dirinya menjadi seorang kaisar dan bertempur selama 17 tahun di berbagai negara Eropa hingga ke Turki dan Mesir.

            Kebenciannnya terhadap sistem monarki,  membuat para raja-raja di Eropa merasa terancam dan cemas.  Kecemasan raja-raja di Eropa bertambah lagi dengan penyebaran Ide demokrasi liberal dari seorang Napoleon.  Nah, saat itulah para raja-raja di Eropa bersatu membentuk koalisi melawan Napoleon Bonaparte.



Janganlah ada perang lagi !

            Sesungguhnya perang adalah konflik. Konflik yang menyusahkan banyak orang. Korban berjatuhan, munculnya kemiskinan, kehidupan damai jauh dari harapan. Kebencian, kekerasan sambung menyambung menjadi satu. Sejarah kelam membuat kita sadar, bahwa perang ternyata menyusahkan kehidupan kita. Namun demikian, Perang juga membawa ‘’Perubahan Baik’’ tergantung dari perspektif mana kita mengamatinya.

            Bagi rakyat Perancis aksi Napoleon dianggap sebagai sebuah aksi heroik yang membela hak-hak sipil warganya. Mengedepankan demokrasi dan mempercepat hilangnya feodalisme setelah tercetusnya Revolusi Perancis pada tahun 1789.  Munculnya istilah Kode Napoleon yang berisi tata kehidupan sipil, yang juga digunakan dalam kehidupan kita sekarang ini.

            Kemudian dari perspektif  pasukan koalisi (Raja-raja di Eropa) secara jelas bahwa karena adanya ancaman terhadap sistem monarki dan perluasan wilayah menyebabkan pasukan koalisi bergabung menyerang Pasukan Napoleon.  Keberhasilan mengalahkan pasukan Napoleon menuai pujian khususnya bagi Duke Of Wellington dalam mengalahkan ambisi napoleon yang haus kekuasaan.

            Bagi saya sendiri, Pertempuran Waterloo sudah berlalu, walaupun begitu bekas trauma masih terdampar. Trauma diderita oleh para pelaku yang menjadi korban pertempuran tersebut. Ladang persawahan medan pertempuran waterloo sepertinya tidak mau sejarah kelam terulang kembali. Darah sudah terlalu banyak terisap oleh tanah pertanian tersebut. Pemandangan kawasan pertempuran Waterloo yang mendung, seakan membukakan hati kita. Sudahlah, jangan ada pertempuran lagi antara sesama manusia. Sekalipun pertempuran itu melahirkan ‘’perubahan baik’’ bagi warga sipil, tetapi tetap saja peperangan tersebut membawa dampak yang buruk. Belajarlah dari sejarah, jangan ada korban jiwa, sudah semestinya perang tidak ada lagi di muka bumi ini.


Senin, 06 Juni 2016

Workshop budaya Bali untuk anak sekolah dasar di Amerika Serikat


(Bethesda Maryland, USA - MetroBali)

200 murid sekolah Holton Elementary School sangat antusias mengikuti program tahunan sekolah dasar yaitu workshop tahunan budaya Bali ‘’Art Day’’ dengan mempelajari seni tari, gamelan angklung serta pengenalan budaya Bali secara umum pada tgl 12 Mei 2016 di Holton Amerika Serikatt. . Setiap akhir tahun pelajaran sekolah anak anak ini disuguhkan kegiatan budaya Bali dengan latihan sebanyak 7 kali pertemuan. Dalam akhir kegiatan anak-anak tersebut mempertunjukan keahlian mereka didepan publik terutama para orang tua dan kolega anak-anak tersebut.
Materi seni yang ditampilkan adalah seni tari pendet lengkap dengan bokor berisi bunga serta seni karawitan yaitu Gamelan Angklung. Dipilihnya gamelan angklung untuk mempermudah anak-anak mengenal gamelan karena lebih ringan dari insrument lainnya, serta suaranya yang bernada slendro 4 nada. Adapun jumlah instrumentnya sebagai berikut 8 pemade, 2 jegogan, 1 kendang, 1 gong dan 1 cengceng.
Bertindak sebagai guru pengajar adalah I Nyoman Suadin, Seniman Bali asal Tabanan yang telah menetap di Washinton DC Amerika Serikat sejak 1985. Sebagai seniman yang melakukan pembinaan bertahun-tahun di sekolah tersebut mengungkapkan keceriannya bahwa kesenian Bali khususnya tari Bali dan Gamelan mendapat antusias positif dari guru dan anak-anak tersebut. Ini terbukti dari eksisnya budaya Bali menjadi pilihan utama dalam kurikulum budaya dunia yang menjadi program ekstra kulikuler di sekolah tersebut.
‘’Anak-anak sangat ceria dan disiplin berlatih menampilkan kebudayaan kita. Budaya yang memiliki daya pikat bahkan pesona yang membuat orang menarik untuk mempelajarinya. Keunikan tersebut dapat dilihat dari gerak seledet mata, ekspresi wajah, agem, tandang yang menyebabkan menjadi berbeda dengan tarian yang lain. Tidak itu saja, gamelan sebagai bagian dari perkusi dunia dengan hentakan atau suara lembut keras, sangat menarik anak-anak untuk mempelajarinya ‘’ ujar Bli Nyoman yang disampaikan dalam wawancara lewat skype tersebut.
Banyak orang tidak mengira bahwa kegiatan yang dilakukan selangkah demi selangkah, tahap demi tahap bahkan bertahun-tahun membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi. Mengajak anak-anak mencintai budaya Indonesia khusus kebudayaan Bali diperlukan energi dan dedikasi yang murni. Tanpa dedikasi tersebut akan sangat sulit untuk mencapai suksesnya setiap acara yang mana memerlukan tidak saja pengorbanan waktu tetapi juga perasaan.
Inilah yang disebut dengan mempromosikan kebudayaan Bali dengan ketulusan hati, mendedikasi diri dibidang kesenian Bali bertahun tahun keliling dari desa ke kota, dari sekolah dasar ke universitas, dari sanggar hingga lembaga seni sangat bermanfaat untuk masyarakat Amerika Serikat. Masyarakat Amerika disuguhkan tidak saja sebuah pertunjukan seni semata akan tetapi mengenal nila-nilai budaya Bali yang dipercaya sangat kaya dengan nilai kehidupan toleransi.
Sebagai masyarakat Indonesia sudah sepatutnya kita bangga dan ikut mengapresiasi seniman Bali yang sekarang ini ada sekitar puluhan seniman yang tersebar di berbagai sekolah di Amerika Serikat. Mereka dengan sabar, menebarkan seni kepada masyarakat Amerika sekaligus mempromosikan kebudayaan Indonesia yang terkenal akan budaya Nusantara yang adi luhung tersebut. (Ciaaattt – MB)

Jumat, 03 Juni 2016

Kanal-kanal Amsterdam yang cantik



                Kehebatan negeri Belanda dalam memanfaatkan transportasi air sebagai salah satu transportasi utama sejak abad ke-17 sudah tidak diragukan lagi. Transportasi kanal-kanal di seputar kota Amsterdam telah menggerakan perekonomian Belanda hingga mencapai masa Golden Age sehingga menjadi negara adi daya pada abad tersebut. Kemampuan mempertahankan dan menjaga kelestarian keberadaan  kanal-kanal tersebut membuahkan warisan tak ternilai untuk generasi selanjutnya. Wajar saja, UNESCO memutuskan untuk memasukan daerah-daerah cincin kanal abad ke-17 di Amsterdam ini kedalam daftar warisan dunia UNESCO pada tahun 2010. Itulah sekelumit pikiran saya dalam rangka melakukan perjalanan ke Amsterdam beberapa waktu lalu. Sebelum saya lanjutkan cerita tentang kanal-kanal Amsterdam yang cantik, dibawah ini saya ceritakan suasana perjalanan menuju kota Amterdam Belanda.



                 Berbekal tas ransel yang berisi bungkusan kue wingko babat buatan istri, teh panas di dalam termos yang setia menemani perjalanan saya dari Stasiun Brussel Central menuju Stasiun Amsterdam Central.  Saya memilih train inter city (IC) dengan harga 53 euro /pp dengan waktu tempuh hanya 3 jam lebih 16 menit.  Train ini berangkat pukul 06.49 kemudian sempat berhenti  di stasiun Brussel Airport, Mechelen, Antwerpen, Rosendaal, Dordrecht, Roterdam, Den Haag HS, Schipol Airport dan terakhir tiba pukul 10.00 di Stasiun Amsterdam Central. Berada di gerbong kereta selama 3 jam, saya manfaatkan waktu tersebut dengan membaca informasi tentang Amsterdam. Mencatat tempat yang mesti dikunjungi, mengatur waktu dan jarak tempuh antara obyek yang satu dengan yang lain. Obyek wisata yang tidak begitu jauh, saya akan tempuh dengan berjalan  kaki.  


               Saya terduduk lesu di gerbong kelas 2, terganggu dengan  suara kencang yang mengganggu penumpang lainnya. Seorang penumpang cerewet bukan main, berbicara seenaknya tanpa perduli disekitarnya. Suara keras melengking bernada keras dengan bahasa Belanda. Dia lupa bahwa headset yang menempel dikuping sebagai penyebab ketidakpeduliannya terhadap penumpang lain. Kuping yang gemerlap dengan anting-anting  segede gajah terlihat wah. Wajahnya kemerahan, dengan luapan emosi menghentak lawan bicara di telpon. Saya persis dibelakangnya, sangat terusik dengan tingkah lakunya.




                Dalam hati saya berkata dalam bahasa Bali,  ‘’eh…Luh ! sing dadi gigisan ngomel dini ? kaden luh gen ngelah tongosne dini, gedeg basang bline cubit bangkiangne !  Ini adalah ungkapan bercanda saja dalam pikiran saya, kalau diterjemahkan berarti begini : Eh Nona, tidak bisakah anda berbicara secara pelan-pelan disini ? Anda pikir tempat ini untuk dirimu saja. Awas kalau saya marah, saya bisa cubit pinggangmu, ‘’ Pasti pembaca kompastravel bertanya, memangnya Bli berani mencubit wanita itu ? Tentu jawaban saya tidaklah. Karena saya tahu kalau saya cubit berarti itu pelecehan dan saya bisa dicaci maki oleh perempuan itu.   

                Sesaat kemudian, saya bertambah kesal dengan nada suara semakin melengking.  Saya bangun dan menghampirinya. Saya memanggil wanita itu dengan sopan,  ‘’Mohon maaf, suara anda sangat mengganggu ‘’.  Reaksinya kaget seperti orang kebelet pipis. Dia membuka headset di kuping, langsung sadar, meminta maaf sambil tersenyum kecap manis. Sayapun tersenyum nyengir atas sikap yang sopan atas permintaan maaf tersebut. Alangkah damainya kalau kita saling memaafkan, bukan ? Tidak perlu berantem jungkir balik , bikin susah banyak orang saja hanya gara-gara persoalan kecil.

                Tepat pukul 10.16 saya tiba di Amsterdam central stasiun. Pagi itu, suasana tenang dengan para penumpang yang berlalu-lalang sibuk membawa koper dan menuruni tangga lift menuju ke Hall stasiun Amsterdam. Di tengah hall stasiun, para pedagang ramah melayani pembeli dengan aneka makanan dan minuman. Selangkah kemudian orang-orang cipika-cipiki bertemu kerabat atau pacarnya sambil bercium bebas sesuka hati. Asyik ! Berbahagialah mereka, cium mesra tidak ada yang mengganggu. Silahkan ! Silahkan ! ini negeri yang penuh toleransi. Belanda lho ! Negeri yang penuh kebebasan, tapi jangan salah negeri yang bukan kebablasan. Negeri yang diatur oleh aturan-aturan yang melindungi warganya


Tiga kanal utama

                Langit Amsterdam sedikit demi sedikit terang. Mendung mulai kehilangan kekuasaan, diganti oleh sinar matahari yang menyinari kota Amsterdam.  Kuasa alam tidak bisa ditolak begitu saja, hangatnya telah menyinari hati para turis berdecak ria. Horeee matahari ! Mereka seakian-akan berlomba memilih tempat  wisata yang menarik. Merekam moment dengan smartphone,  kemudian dishare di media sosial. Ada yang live streaming meniru gaya para reporter televisi. Adapula yang garuk-garuk kepala kehilangan dompet, antara pasrah dan khawatir. Sekali-sekali rokok bau ganja terendus lewat, membuat pusing kepala yang menghirupnya. Lag-lagi, ini adalah Amsterdam ya !  Terus, saya melangkah kearah barat menuju kawasan Jordaan, sebuah distrik termasyur di Belanda. Kawasan khas di area kanal Amsterdam ini memiliki banyak jalan centil dan sempit. Dari Jordaan ini saya menemukan ketiga kanal utama yaitu Prinsengracht, Herengraht dan Keizergraht.



                Bagi saya orang belanda itu sangat kreatif. Kreatifitas itu terlihat dari  terciptanya transportasi air yang serba lengkap dan saling terkoneksi satu sama lain.  Tranportasi air yang menggunakan kanal-kanal besar maupun kecil tertata rapi, dipelihara bersih serta bermanfaat besar untuk warganya. Tidak ada yang membuang sampah sembarangan, tidak ada pembiaran perilaku bodoh yang merusak kanal-kanal, tidak ada pencemaran limbah rumah tangga sekalipun. Keberhasilan ini berkat pendidikan masyarakatnya yang tahu membedakan mana yang baik dan buruk. Sadarlah, bahwa kebersihan itu harus diajarkan sejak anak-anak masih usia dini.  Pahamilah, bahwa  tindakan buruk dengan cara membuang sampah ke kanal-kanal tersebut yang sudah pasti akan merugikan semua orang.  



                 Di tepi ketiga kanal utama itu,  dapat dijumpai beberapa obyek wisata menarik seperti  Museum Keju, Museum Tulip, Gereja tua Westerkerk serta Rumah Anne Frank, seorang gadis yahudi umur 15 tahun yang menjadi korban kekejaman Hitler. Setiap hari ratusan turis rela antri berjam jam untuk melihat rumah tersebut.

                Rumah Anne Frank terletak persis ditepi kanal Prinsengraht yang menjadi tempat persembunyiannya keluarga Anne Frank ketika Hitler berkuasa  di Jerman. Didalam rumah ini ada sebuah pintu rahasia dimana keluarga tersebut bersembunyi. Anne Frank dalam persembunyian tersebut menulis di buku harian yang menceritakan kehidupannya selama dalam persembunyian tersebut. Karena adanya pengkhianatan, keluarga Anne Frank berhasil diketahui oleh Nazi Jerman, yang  selanjutnya  dikirim ke Kamp  konsentrasi. Anne Frank meninggal dunia pada saat umur 15 tahun. Adanya tulisan harian inilah menjadikan Anne Frank terkenal dan diterbitkannya berbagai buku, film teater dan lain lain.

                Sementara itu, ditepi tepi kanal ini juga terlihat cantik berjejer rumah terapung yang menjadi tempat tinggal permanen bagi warga Belanda. Rumah terapung ini layaknya rumah tinggal biasa dilengkapi dengan berbagai ruangan kamar, tempat makan dsbnya. Kemudian ditempat ini pula, lintasan kapal wisata air (tour canal Cruise) yang menelusuri sepanjang kanal tetap menjadi incaran wisatawan untuk menikmati kecantikan  kanal yang bersih, bersejarah dan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.  Para pembaca travelkompas yang budiman, sambil menikmati white bir dengan keju, mari luangkan waktu untuk menikmati keindahan kanal Amsterdam sambil minum di cafe pinggir kanal yang cantik, indah dan menawan sepanjang masa.


(Penulis : Made Agus Wardana, tinggal di Belgia)

Senin, 16 Mei 2016

Brussels Foodtruck Festival terbesar di Eropa





            Semakin hari semakin banyak saja orang-orang dibelahan dunia manapun melakukan kreatifitas.  Kreatif melahirkan gagasan baru atau sebuah  karya nyata yang belum pernah ada sebelumnya. Gagasan baru atau karya nyata tersebut setidaknya memberikan warna lain, adanya pilihan variatif agar tidak monoton begitu saja. Perlu diingat, kreatifitas itu tidak saja dalam bidang seni semata, akan tetapi meliputi segala bidang dalam kehidupan ini.
           
            Kreatifitas yang menonjol saat ini adalah kreatifitas bisnis  kuliner. Bisnis kuliner menurut banyak orang selalu berkembang dengan sangat pesat.  Apalagi sedang digandrungi atau trend di masyarakat, asal berani mencoba, memahami tips berbisnis, niscaya akan menghasilkan kesuksesan.  





            Sore itu Jumat 6 Mei 2016 pukul 18.00, saya bersama keluarga hadir dalam  Brussels Foodtruck Festival terbesar yang diselenggarakan di Parc Royal de Bruxelles.  Brussels Foodtruck Festival ini berlangsung dari tanggal 6 hingga 8 Mei 2016. Pengaruh  cuaca yang sangat cerah dengan suhu 25 derajat celcius, bukan surprise lagi mampu mengundang ratusan ribu pengunjung. Festival gratis untuk publik ini,  jam bukanya bervariasi yaitu  pada hari jumat pukul 14. 00 – 23.00, Sabtu pukul 11.00 – 23.00 dan Minggu  pukul 11.00 -19.30. Kehadiran saya disini, anggap saja menjadi seorang citizen journalist, yang siap melaporkan suasana festival, aneka makanan lezat, antusias pengunjung, atau  ‘’sesuatu yang baru’’ untuk dilaporkan.  





            Selangkah kemudian, tampak wajah lapar para pengunjung sedang antri menunggu pesanan makanan. Anak-anak remaja bercanda satu sama lain, saling peluk, cipika-cipiki hingga  tertawa cekikikan. Tiba-tiba seorang remaja cantik menyenggol temen yang sedang membawa kentang goreng, sambil berteriak Aaah ! Terbanglah  saos mayonaise  jatuh di kaosnya sendiri dan tangannya belepotan berlumuran mayonaise.  Dalam hitungan detik kemudian, reaksi orang sekitarnya tertawa terpingkal melihat kejadian itu. Saya juga tertawa tapi juga kasihan melihatnya. Begitulah peristiwa kecil yang terjadi, seakan-akan larut dalam  meriahnya  festival tersebut.   Ah ! ada-ada saja anak-anak muda selalu menggoda, ujar saya dalam hati sambil membetulkan kacamata baru ’’anti matahari’’ yang baru beli di Pasar loak.  Agar tampang keren sebagai citizen journalist. Sombong dikit ah !


            Lebih dari 150 truck berjejer rapi menjajakan jenis dan produk makanan andalan masing-masing.  Truck dengan modifikasi terkini berbentuk unik, berwarna warni, berumur tua hingga paling modern saat ini. Truck tersebut didatangkan dari seluruh penjuru Eropa hadir memeriahkan Festival yang diselenggarakan setiap tahun pada minggu pertama di bulan Mei. Tahun ini merupakan festival yang ketiga kalinya, dimana merupakan festival terbesar di Eropa bahkan sekarang dikabarkan menjadi yang terbesar di dunia. Waooo !

            Jenis makanan yang disajikan adalah street food seperti vegan (vegetarian), hot snacking (kentang goreng, hot dog, wafel), ethnic (makanan khas negara), tapas, Gourmet food (seni menghias makanan), sweetiesseafood serta aneka minuman. Salah satu yang menarik dan disukai oleh para food lovers adalah Bubble Wafel. Bentuknya bergelembung rasanya kenyal dan enak.  Kemudian hot dog Wafel juga menjadi incaran para food lovers. Dan tentunya banyak sekali jenis makanan dan minuman yang dapat ditemui di festival ini.




            Selangkah berikutnya, gerak kaki saya mulai melamban setelah mencicipi aneka makanan dan minuman. Kenapa lamban Bli ? (bli = kakak dalam bahasa bali ).  Terasa perut sudah kekenyangan dan gelembung dompet semakin menipis. Bermodalkan 100 euro di dompet hanya tinggal kenangan. Namun ada satu minuman yang saya incar dari tadi. Minuman tersebut adalah Bubble Tea (Teh Bubble). Minuman ini adalah khasnya negeri Taiwan yang ditawarkan oleh foodtruck tea bubble asal Belgia seharga 4 euro ( 35 cl) dan 5 Euro (50cl). Teh Buble ini menyediakan rasa green tea dan black tea.  Adapun kombinasi pilihan tersebut diantaranya untuk menu green tea yaitu rescatorgeishaleela dan shreck. Sedangkan untuk menu black tea yaitu black pearl, robinson, ouftea dan ricain.  Semua menu tersebut mengandung racikan tambahan seperti susu, sari buah, sirup dan sebagainya.



            Saya memilih menu Rescator 5 euro yang terdiri dari green tea dan fresh lime (jeruk nipis organik). Cara membuatnya terlihat cepat, praktis dengan irisan buah segar membuat saya semakin yakin sebagai customer bahwa minuman ini tidak saja melepaskan dahaga, tetapi juga menyehatkan tubuh. Bubble berwarna hitam terbuat dari campuran jelly dengan tepung tapioka itu terasa kenyal berguling guling dilidah. Hmmm…! Top banget.

            3 jam berada di festival ini, waktu begitu cepat berlalu. Saya dan keluarga mendapat ‘’sesuatu yang baru’’ dalam wisata kuliner itu. Foodtruck festival ini menambah wawasan kita dalam kreatifitas  bisnis kuliner. Terutama istri saya, yang memiliki hobby memasak mendapatkan ide  untuk mengembangkan keahliannya. Kalau saya pribadi, festival ini adalah sebuah Kenangan yang sangat berharga. Berbahagia membahagiakan hati ketiga anak saya  dengan nama panggilan kreatifnya :  Agasko (9 tahun), Risdo (11 tahun), Hendo (16 tahun)  melalui  wisata kuliner yang bermanfaat secara edukatif. Mendidik dan mengarahkan pemikiran anak kepada hal-hal  yang berbau kreatif positif.  Oleh sebab itu, marilah kita belajar mengenal ‘’sesuatu yang baru’’ dilingkungan sekitar kita, kita kembangkan barangkali dapat menginspirasi kita semua sebagai  upaya mencari peluang bisnis (bussines opportunity) untuk masa depan anak-anak kita tersayang. Yuk, Bikin foodtruck !

Rabu, 11 Mei 2016

Beginilah, Tumpek kandang di Belgia


 Tumpek kandang, (Hari dimana umat hindu memohon perlindungan kepada Ida sanghyang widi wasa untuk binatang yang diternakan maupun yang dipelihara)

      Hari Sabtu, 30 april 2016, tepatnya pukul 10.00 Taman Pairi Daiza berangsur angsur dijejali para pengunjung. Taman konservasi alam flora dan fauna dan taman dunia yang disebut Pairi Daiza  ini menjadi pilihan warga Belgia untuk menikmati weekend pada akhir bulan April 2016. Saya tiba bersama keluarga tepat pukul 09.50 dan memarkir kendaraan di parkir pintu utama Pairi Daiza. Terlihat beberapa masyarakat Bali berpakaian adat Bali berkumpul sambil membawa banten dan ngobrol satu sama lain.

       Sebagai Kelian Banjar harus datang lebih awal untuk  mengkoordinir acara Tumpek kandang ini. Bersikap ramah kepada siapapun sambil menunggu setia ketibaan masyarakat Bali  dari Belanda, Jerman dan Perancis. Kalau bertemu, tidak lupa cipika-cipiki mengucapkan Bonjour, (selamat pagi) kepada para petugas ticket Pairi Daiza yang mengatur dan mencatat para semeton Bali yang telah terdaftar dalam acara Tumpek Kandang di hari tersebut.

      Ada yang berbeda dari biasanya, persembahyangan kali ini harus melewati security  scan seperti di Bandara Internasional. Ini dilakukan untuk meyakinkan kenyamanan para pengunjung Pairi Daiza pasca tragedi bom Brussel yang terjadi pada bulan lalu. Seperti diketahui taman ini pengunjungnya berjubel jutaan. Tahun 2015 lalu jumlah pengunjung 1, 767 000 orang.  Pengunjung sebanyak itu butuh pengamanan ekstra. Kewaspadaan dan jaminan keamanan adalah perhatian nomor satu  sebagai langkah pencegahan jika ada sesuatu yang mencurigakan.   

 
ticket gratis masuk untuk semeton Bali
   
       Bagi pengunjung taman dikenakan biaya masuk sebesar 29 euro. Sedangkan khusus untuk masyarakat Hindu Bali - Indonesia  diberikan perkecualian. Perkeculian tersebut adalah setiap kegiatan persembahyangan yang dijadwalkan di Pura ini, masyarakat Hindu Bali mendapat free ticket  yang diperoleh melalui pendaftaran di email (banjarshantidharma@gmail.com) maupun facebook  Banjar Shanti Dharma Belgia-Luxembourg.  (klik disini  : Banjar-Shanti-Dharma-Belgia-Luxembourg )

         Seperti biasanya barang material persembahyangan dan gamelan kita kumpulkan di depan pintu utama sambil menunggu golf car yang disediakan oleh Pairi Daiza. Jadi dibutuhkan waktu 1 jam untuk membawa peralatan tersebut ke Pura karena berada ditengah taman pairi Daiza yang luasnya 55 hektar. Tidak lupa pula di depan loket ticket, saya dibantu oleh pecalang Belgia yaitu Bapak Ivo yang setia menunggu para semeton Bali yang mengambil ticket gratis.


            
         150 orang yang terdaftar dalam tumpek kandang, lumayan menyemarakan suasana Pura Agung SB, yang mana hadir ditengah-tengah acara tersebut adalah Duta Besar RI untuk kerajaan Belanda yaitu I Gusti Agung Wesaka Puja beserta istri. Beliaupun menyempatkan menyampaikan Dharma Wecana dan makna kegiatan Tumpek Kandang tsb. 

Dubes RI untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja sedang memberikan Dharma Wecana

       Antara pukul 11.00 - 12.30 suasana masih hiruk pikuk dengan persiapan persembahyangan. Ngaturang banten, mecaru, memasang meja, peralatan sounsdsystem. Kemudian semeton Bali sibuk mengobrol karena bertemu dengan sanak keluarga atau kolega dari jauh di Pura ini yang terlihat akrab satu sama lain. Tidak ketinggalan warga Belgia yang anteng/rajin membantu di pura, mengangkat gamelan, berbaur bersama dalam bingkai  keluarga besar yang harmonis. Sangat menyenangkan dan penuh kekeluargaan.  Inilah namanya keluarga akrab diperantuan. Sekali bertemu berbahasa Bali akrab. '' Keleng ci, tumben ketemu nok. Mekelo gati tusing taen tepuk. kije gen ci  ? dan lain sebagainya. Kadang saya ''kedek bungker'' (tertawa berlebihan hingga berputar seperti gulungan tali)  melihat keakraban masyarakat Bali tersebut.  Sebenarnya itulah yang kita inginkan, temu kangen, ngobrol seenaknya dalam keakraban. 

       Microphone saya on-kan tepat pukul 12.30  saya memohon masyarakat Bali untuk duduk bersama karena acara akan segera dimulai.  Sejak 2009 sebagai Kelian Banjar, saya selalu cerewet membeberkan berbagai informasi. menyampaikan urutan acara, makna persembahyangan, mengucapkan terimakasih atas partisipasinya dan juga kadang humor segar agar suasana tidak terlalu kaku. Sayapun menggunakan dengan base megenep. Bahase bali alus, bahase bali bebondresan, bahasa Indonesia, Inggris, kadang misi perancis lad, dan nyeletuk Belanda. Semua saya campur agar terasa enak dan lezat. heheheh..(Kedek Bungker, kaden aluh gen nak dadi kelihan nganggo bahasa liu ).






            Para pemangku, juru banten dengan sigap melangsungkan ritual persembahyangan. Ada yang mempersiapkan air suci, ada yang menghidupkan dupa, menaruh banten sari di Padmasana. Pokoknya suasana Care Bali ditemui disini.  Dilain sisi, para penabuh melantunkan  gamelan, tarian rejang yang ditarikan oleh para penari Bali semangat untuk ngayah, ada juga yang jeprat sana jepret sini sambil selfie, dan sebagainya. Singkat cerita Dharma Wecana berjalan lancar, tri sandya khidmat, panca sembah berlangsung damai, seluruh acara persembahyangan telah usai. Hal menarik juga saya sampaikan, bahwa para pemangku juga memercikan air suci ''tirta'' kepada Gajah yang berada di pairi Daiza, sebagai simbul kepedulian kita terhadap binatang di taman Pairi Daiza ini.


Megibung sebagai sebuah tradisi

            Acara selanjutnya adalah megibung. Ini adalah tradisi yang saya ciptakan di pura ini. Tradisi sederhana membagi-bagikan makanan. Berbagai jenis makanan Bali tersedia. Biayanya darimana  ? Warga Bali selalu membawa makanan dari rumahnya masing-masing, saling berbagi. Ada juga yang tidak membawa makanan, itu tidak jadi soal, yang penting kesadaran. Kalau tidak membawa  makanan, boleh juga medana punia. Kadang-kadang ada yang memesan satu bungkus makanan seharga 10 euro yang disediakan ibu catering yang di pesan jauh hari sebelumnya. Ini hanya sifatnya membantu secara pribadi. Contohnya, ketika ada warga Bali yang datang dari luar Belgia, tentunya mereka tidak membawa makanan untuk megibung. Solusinya bisa memesan makanan kepada salah satu Ibu yang suka memasak di Belgia. Gampang bukan ?

Megibung (foto Gus Mang)



          Megibung itu terasa asyik. Semua orang kebagian makanan. Pokoknya menyame (seperti keluarga sendiri). Mudah-mudahan ide seperti ini tetap bisa dilangsungkan setiap ada kegiatan persembahyangan di pura ini.

Suasana yang ''Mempengaruhi hati ''

             Pukul 14.30 acara selanjutnya adalah pertunjukan kesenian untuk Publik Belgia. namun demikian, tiba-tiba saya dihampiri oleh Bli Mangku Jaya yang menyatakan Ida Sesuhunan akan Mesolah (Barong dan Rangda akan menari  ). Mendengar hal itu, saya menyampaikan kepada beberapa orang untuk membantu dan mempersiapkannya. Para Penabuh mempersiapkan diri dan memulai tabuh bleganjur. 10 menit kemudian suasana semakin ''mempengaruhi hati''. Energi entah datang darimana, membuat suasana semakin magis. Asap dupa, aroma bunga, suara gamelan secara terus menerus ''mempengaruhi hati''. Tampak wajah-wajah tegang, takut, serem, menjadi satu dalam suasana upacara. Ini hanyalah hal biasa saja yang sudah terjadi kerap kali kita lakukan '' Sesuhunan Mesolah''. Barangkali ini yang disebut taksu atau energi positif yang tiba begitu saja.. Entahlah. Percaya atau tidak.

klik video disini  :

:

         Kemudian seorang gadis belia terlihat kerauhan/trance. Suasana semakin unik. Saya menghampiri dengan tenang, mencoba memegang gadis tersebut yang menangis tiada henti. Sebuah pertanda positif bahwa Pura Agung Santi Bhuwana begitu memiliki  ''energi'' yang sangat kuat. Bagi saya adalah energi tersebut adalah sebuah anugrah bagi kegiatan yang berjalan lancar dan damai.  Pasti ada yang bertanya ? siapakah yang kerauhan Bli  ? Jujur saya sempat menghampiri dan menyatakan dalam bahase Bali. Selalu saya sampaikan seperti ini : ampurayang nggih. napi sane wenten driki. tiang ten medue napi napi. Keneh tiange tulus gen driki......gadis yang kerauhan tadi melirik saya dengan tajam. Pikiran saya pasti ingin mesolah atau menari kembali. Kesimpulan saya bahwa setiap ada kerauhan  selalu meminta untuk tetap menari. Makanya gamelan manis selalu harus dilantunkan di pura ini, untuk membuat beliau senang dan berbahagia. Itulah kekuatan gamelan Bali, memiliki rasa ''mempengaruhi hati'' siapa saja. Beberapa menit kemudian suasana kembali normal dan acara Mesolah berjalan dengan lancar.

           

Pertunjukan tari bali untuk Publik Belgia

           Apa daya, waktu begitu cepat berlalu. Publik Belgia sudah tidak sabar menunggu pertunjukan tari dan gamelan Bali. Mendung semakin menutup taman pairi Daiza, hujan rintik membasahi halaman pura. Saya langsung memuali pertunjukan seni. Tari pendet yang ditarikan oleh Ibu Ibu cantik warga Bali, kemudian tari sekar Jagat, tari rejang  oleh Grup Bali Puspa Koln Jerman. Gender wayang intrumental juga dipertunjukan oleh warga Jerman dan Belgia memainkan gending gender wayang yang dimainkan dengan sangat baik. Penonton yang menyaksikan pertunjukan sangat senang. Kami sebagai penabuh dan penari juga ikut senang mendapat apresiasi positif oleh warga belgia tersebut. Moment ini juga merupakan promosi budaya Indonesia gratis yang dilakukan oleh masyrakat Bali dimana dilakukan dengan ketulusan hati ditengah ribuan pengunjung ke taman pairi Daiza ini.




         
Apa sih pentingnya kita merayakan tumpek kandang di Belgia  ?

        Yang paling penting dari kegiatan ini adalah bahwa sebagai masyarakat Bali kita diingatkan untuk perduli terhadap lingkungan alam sekitarnya khususnya  fauna. Kita ajak anak muda Bali agar tetap melakukan persembahyangan Tumpek Kandang  sebagai hari dimana kita menghargai, mengucapkan puji syukur kepada Ida Sanghyang Widi Wasa. Binatang telah memberikan kita penghidupan dan kesejahteraan pula. Binatang ternak maupun yang dipelihara sebagai ciptaanNya perlu tetap dihargai selamanya.

        Sementara itu, sebagai warga Bali perantuan kegiatan seperti ini dapat  memulihkan nilai sosial yang selama ini kita rindukan karena berada di Perantuan.  Kita dapat bertemu muka sambil megelut, mempraktekan kembali bahasa Bali walaupun kasar tapi akrab, belajar mekidung walaupun bero sekalipun, bermain gamelan walaupun malu malu kucing, ngayah menari walaupun ngejer batise, megibung jaen gati masakane,  dan terakhir mendekatkan diri kepada Ida Betara Betari.