Jumat, 28 Oktober 2016

Menghargai Tattoo sebagai sebuah karya seni




            Kota Rotterdam, Belanda berada dibawah temperatur 10 derajat celcius, agaknya saya terlalu sombong tidak memakai jaket sehingga tubuh ini menggigil kedinginan. Kalau orang Bali protes bilangnya  begini  ‘’Ajum sajan, sing tawange dingin !’’.  (artinya, sombong banget sih, kan dingin !). Maksud hati sebenarnya ingin ‘’menampilkan diri’’ seperti para pemuda tinggi besar bertatoo yang berlalu-lalang di depan loket pameran tattoo Rotterdam Convention Center pada bulan maret 2016 lalu. Kelihatan gagah perkasa, bertatoo, galak dan jantan didepan siapa saja.

            Bagi sebagian orang, kalau melihat orang bertatoo pasti muncul hal negatif. Kadang identik dengan brandalan, sangar, kriminal bahkan eks nara pidana. Pandangan sinis selalu tertuju kepada mereka yang bertatoo. Memang para penjahat sering juga memakai tattoo, namun dalam kenyataannya tidak semua orang memiliki tattoo itu adalah seorang penjahat. Disinilah kita membutuhkan sebuah persepsi positif dalam menilai seseorang di depan kita.

            Saat itu, saya berada di gedung Rotterdam Convention Center melihat secara langsung cara membuat tattoo.  Bertemu seorang bule, lewat begitu saja dengan perawakan sangar, seluruh tubuhnya dirajah dengan berbagai gambar binatang, bunga, simbol-simbol patriotisme. Telingannya berjubel anting-anting gede banget seperti lehernya mau miring kekiri atau kekanan. Tapi ketika saya berbicara dengan dia, dia sangat sopan dan baik hati. Terpancar dalam hatinya energi positif. Secara otomatis saya menebak bahwa orang ini pasti baik. Atau dalam bahasa canda saya, ‘’Wajahmu Rock tapi Hatimu Dangdut’’. Wajah boleh sangar tapi hati tetap berbinar. Dengan demikian persepsi saya sangatlah positif kepada dia. Itulah suasana mengesankan  saya, disaat mengunjungi seorang teman yang juga tukang tattoo handal. Teman saya itu bernama Wayan Abuth Suryana pria jantan asal Bali yang ikut berpartisipasi dalam rangka  pameran Tattoo Internasional Roterdam yang berlangsung dari tgl 18 – 20 Maret 2016.



            Melirik sejarah, Tatoo adalah bagian dari budaya bangsa yang tercipta sudah zaman dahulu. Sejarah mencatat bahwa tattoo berasal dari bahasa Tahiti ‘’tatu’’ yang diartikan tanda. Tanda bisa berupa obyek gambar atau tulisan yang dirajah dikulit, entah itu kulit kaki, tangan, lengan badan dsbnya.  Proses pembuatannya membutuhkan durasi yang lama berjam-jam bahkan bisa bertahun tahun sesuai dengan besarnya tattoo yang diinginkan. Konon kabarnya tattoo sudah ada sejak zaman Mesir dan juga digunakan untuk ritual oleh suku suku kuno seperti Inca, Maori, Ainu dan Poleynisians. Termasuk juga di Indonesia suku Mentawai dan suku Dayak dari Kalimantan.  Tatto berkembang dengan pesatnya, bahkan para pemain sepakbola terkenal dan para selibritis berlomba merajah kulitnya dengan berbagai gambar yang disukainya ntah apa tujuannya yang penting membuat mereka senang dalam penggunaanya.

Wayan Abuth Suryana si Penattoo yang kreatif

            Abuth adalah sosok anak muda yang sangat kreatif dalam membuat tattoo untuk para pelanggannya. Bermodal semangat dan fokus dalam berkarya pada akhirnya  mampu mendirikan usaha resmi tattoo yaitu As-Tatoo pada  tahun 2000 di kota Frankfurt Jerman. Puluhan penghargaan diraihnya dalam skala internasional dari berbagai kategori diantaranya : Juara I Dortmund Tattoo Convention, Juara I Amsterdam Tattoo Convention, Best Ornamentic Tattoo Berlin Tattoo Convention, Best of Color Manhein Tattoo Convention, Best Realistic Tattoo River Expo Minz Jerman, Juara I Best Tribal Tattoo Frankfurt Convention  dan lain lain.

            Ditemui dalam rangka  Roterdam Tattoo Convention, alasan Abuth memilih usaha Tattoo adalah awalnya saya memang suka melukis terutama dengan tekhnik airbrush.  Terus melihat tattoo menjadi tertarik karena banyak tantangannya dan terkesan unik. Maksudnya kalau membuat Tattoo kepada seorang costumer, memiliki nilai seni tertanda seumur hidup. Itulah sebuah kehormatan yang tidak ternilai harganya bagi saya, dapat melukis di kulit tubuh manusia yang akan menjadi kenangan abadi selamanya.

            Ditambahkan lagi untuk menekuni dunia tattoo tidak hanya pengetahuan tentang seni yang diperlukan, tetapi  yang juga sangat penting adalah faktor hygienisnya. Karena rajah tubuh bersifat melukai dan setara dengan operasi kulit yang mengakibatkan luka pada kulit dan mengeluarkan darah.  Untuk itu dianjurkan dan diharuskan bagi setiap tukang tattoo dibekali standard pengetahuan kesehatan dan hygienis ruangan, alat tattoo yang digunakan dan kesterilannya.  Bahan warna yang dipakai juga harus melalui uji test oleh dinas kesehatan terkait.





Berjuang menghidupi keluarga

            Usaha Tattoo yang dilakukan dari nol ini membuahkan hasil yang membahagiakan hidupnya. Menghidupi kebutuhan keluarga dengan istri dan 2 anak, dapat memberikan semangat hidup buatnya. Tattoo telah memberikan  rezeki dan kebahagian tiada bandingannya. Pria yang berasal dari Pegok, Denpasar Bali ini selalu bersyukur kepada Tuhan/Ida Sanghyang Widi Wasa dengan apa yang telah diperolehnya.  Tidak mengherankan pula setiap kegiatan yang dlakukan selalu ada persembahan berupa ucapan puji syukur dengan rangkaian bunga  canang sari di Pelangkiran (tempat suci ) yang selalu menyertainya disaat tattoo convention dimanapun berlangsung ‘’ ujar Abuth bersemangat.








Persepsi Positif kepada yang bertattoo

            Mari kita menghargai dan menghormati satu sama lain. Apapun tampak luarnya, belum tentu sama didalamnya. Seperti menilai buku jangan dari sampulnya, harus menilai dari isi dan kandungan yang ada didalamnya. Begitu juga menilai seseorang, walaupun dia bertattoo, sangar, kelihatan kejam bukan berarti dia kasar ataupun kriminal.  Sangat tidak adil jika kita menilai seseorang secara parsial, yaitu dengan melihat wajahnya saja.

            Tattoo merupakan bagian dari kebudayaan dan jejak peradaban seni manusia. Sebuah karya seni yang tentunya harus mendapat apresiasi yang sama seperti karya seni lainnya. Seorang tukang tattoo membutuhkan waktu dan kerja keras dalam membuatnya. Kesabaranpun ditaruhkan demi sebuah kepuasan penikmatnya. Tattoo juga memberikan penghidupan yang layak, memberikan rezeki dan juga kebahagiaan.  Perlu kita sadari bahwa saatnya kita memberikan persepsi positif terhadap seni Tattoo yang berkembang alami ditengah masyarakat sebagai sebuah karya seni yang tidak ternilai harganya. (Penulis : Made Agus Wardana, tinggal di belgia)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar