Jumat, 04 September 2015

Peragaan busana tenun ikat tradisional Flobamora NTT di Brussel



            Kain tenun ikat Indonesia merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Salah satu tenun ikat yang terkenal karena motif dan keunikannya adalah tenun ikat asal Nusa Tenggara Timur.  Warna kain coklat tua dengan motif figuratif yang bersumber dari  lingkungan flora dan fauna menunjukan identitas lokal setempat yang menggunakan pewarna alami seperti akar-akar pohon mengkudu, indigo, mangga, kunyit dan lain-lain. Uniknya lagi, setiap suku di NTT memiliki keragaman yang mempengaruhi jenis, corak dan motif kainnya yang sangat impresif, dekoratif bermakna simbolik.


            Dalam upaya menjaga warisan budaya NTT ini, sebuah grup Peraga Busana Flobamora dibawah pimpinan Ibu Maria De Sea warga asli Maumere berpartisipasi  dalam acara Bazaar Indonesia di kota Brussel Belgia pada hari Minggu, 30 Agustus 2015. Acara yang dikemas dalam Panggung Gembira HUT RI-ke70 ini diselenggarakan oleh KBRI Brussel Belgia. 25 Peraga busana yang terdiri dari anak-anak dan dewasa memantapkan langkahnya ketika udara panas mencapai 30 derajat C. Tidak canggung, tidak malu-malu walau masih semi-amatir mereka mencoba menunjukan diri yang terbaik untuk memeriahkan  bazaar tersebut.



            Kain tenun ikat yang diperagakan bertema Flobamora yang merupakan sekumpulan tenun ikat kepulauan NTT yakni Flores, Sumba, Sabu, Rote, Timor dan Alor. Kain tenun ikat yang khusus didatangkan dari NTT tersebut adalah murni buatan pengrajin tenun lokal. Para Pragawati cantik secara anggun melangkahkan kakinya sambil tersenyum menawan  yang diiringi sebuah lagu asli Flobamora yaitu  " Bae Sonde Bae Flobamora Lebe Bae ( baik tidak baik flobamora lebih baik ) yang artinya walaupun kita jauh merantau, jangan lupa kampung halaman kita yang memiliki aneka keragaman budayanya. Keragaman bukanlah mencerai-beraikan kita, melainkan mempersatukan atau dengan  istilah lain bahwa kita semua adalah saudara/basodara.

                Menurut Ibu Mary, ‘’Dalam peragaan busana saya mencoba memperkenalkan beberapa motif tenun ikat diantaranya tenun Ikat Hinggi bermotif Papanggang dari Rende Sumba Timur, kemudian  motif Utang Moko yang biasa dipakai pada waktu upacara perladangan/bercocok tanam untuk memohon kesuburan tanaman  dari Maurmere Flores serta motif Utang Oi Rempe-Sikka yaitu motif yang dipakai oleh para kaum wanita karena berlambang tiga bintang (suami, istri dan anak),’’ ujarnya bersemangat.





            Upaya yang dilakukan oleh Ibu Mary ini perlu diacungi jempol dan didukung kuat oleh siapa saja. Dengan tekad semangat kuat serta niat tulus, langkah demi langkah seiring dengan langkah para pragawatinya, kerajinan tenun ikat khususnya NTT akan dikenal di negeri eropa ini. Kegiatan yang dilakukan dalam Bazaar Hut RI ke-70 ini dapat memberikan warna baru khususnya membidik wisatawan muda remaja penggemar fashion agar memutuskan niatnya untuk  mengeksplore budaya NTT terutama pemakaian tenun ikat di jaman sekarang ini.  

dimuat di kompas : peragaan busana tenun ikat NTT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar