Kamis, 03 September 2015

Nikmatnya Sate Lilit & Lawar Ayam Bali di Bazaar Indonesia Belgia

sate lilit


            Tidak ada suara ayam berkokok di pagi hari.  Hanya kicau  burung yang menemani suasana adem pukul 05.00 pagi. Matahari masih tertidur pulas, belum terbit karena belum waktunya. Para tetangga terusik dengan dentingan  perabotan  dapur yang mengganggu tidur mereka. Bau sedap sate lilit mulai mengasapi apartemen mungil saya, yang mengundang lidah untuk menikmatinya. Sate lilit dipanggang oleh istri saya, sedangkan saya sibuk berkutat memotong, mengiris bahan Lawar Ayam dengan penuh semangat. Untung juga, tetangga tidak marah besar, walau sedikit berwajah muram tetapi tetap saja berusaha menunjukan  toleransi bertetangganya.

lawar

            Itulah sekelumit nuansa pagi dalam persiapan penyajian makanan khas Bali dalam rangka Bazaar Indonesia pada hari Minggu, tanggal 30 Agustus 2015 di Brussel, Belgia.  Wajah muram tetangga adalah salah satu tantangan kecil dalam mempromosikan kuliner Indonesia. Mau tidak mau, untuk menyajikan makanan dengan kwalitas yang baik dibutuhkan waktu penyiapan di hari itu juga.  Maka dari itu, kita mengatur waktu sedemikian rupa bahkan di pagi hari sekalipun.

            Sate Lilit  adalah salah satu sajian makanan Indonesia yang berasal dari Bali. Sate lilit ini terbuat dari daging ayam dan udang  yang dicincang halus, dibumbui dan dililit dalam batang bambu atau batang sereh. Bahannya secara mudah dapat ditemui di toko asia seperti kelapa parut, cabe merah, bawang merah putih, kunyit, daun jeruk, jahe serta sereh. Daya pikatnya terletak pada kenyal dan empuknya perpaduan daging ayam dan udang.

            Sedangkan Lawar Ayam adalah sajian khas campuran antara sayuran dengan daging ayam cincang yang menggunakan bahan rempah yang disebut Base Megenep (Bumbu Lengkap) yang terdiri dari :  terasi, kunyit, kencur, lengkuas, jahe, cabe. daging ayam, nangka dan kacang panjang. Penyajian lawar membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Percampuran dengan takaran yang tepat akan menghasilkan lawar yang enak sekali. Bumbu yang eksotis dan penyajian dengan daun pisang akan memberikan nuansa alami yang kental sehingga para penggemar makanan ini akan tergoda mengunyahnya.

            Penyajian kedua hidangan khas ini, tidak terlepas dari jerih payah Ni Wayan Yuadiani yang menjadi Chef di stand Warung Legian yang ikut berpartisipasi dalam acara Bazaar Indonesia ini.  Penyajian yang autentik, fresh/segar, bahan eksotis bernuansa ke’’Bali’’an yang kental dengan keramahan, memikat para pengunjung bazaar. Ketrampilannya memasak serta lezatnya rasa sate lilit dan Lawar ayam membuat Stand ‘’Warung Legian’’ memperoleh penghargaan sebagai peserta Bazaar terbaik ke-2. 



            Dengan penghargaan tersebut Ni Wayan Yuadiani, ibu tiga anak yang berasal dari Legian Kuta ini sangat gembira disamping dagangannya laris manis. Upaya yang dilakukan tekun di pagi hari, yang mengakibatkan  wajah tetangga sedikit muram ternyata menghasilkan  sesuatu yang berguna dimasyarakat sekaligus  mempromosikan kuliner khas asli dari Indonesia.






Bazaar Indonesia Hut RI ke-70
Sebagai rangkaian kegiatan HUT RI ke-70, KBRI Brussel menyelenggarakan Bazar Indonesia.  Bazaar ini merupakan ajang promosi produk makanan dan kerajinan Indonesia yang diselenggarakan dari pukul 10.00 hingga 16.00.  Ratusan pengunjung memadati acara Bazaar ini dengan menyaksikan panggung gembira, peragaan busana,  pengumuman perlombaan pemenang olahraga hut ri, tombola sekaligus mencicipi hidangan khas Indonesia seperti bakso, gudeg, otak-otak, sate madura, iga bakar, sate lilit, sate padang, soto mie, masakan padang yang disajikan oleh puluhan stand makanan, stand minuman, stand BNI,  dan stand promosi kerajinan dan produk asli Indonesia.
(Penulis : Made Agus Wardana tinggal di Belgia)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar