sate lilit |
Tidak
ada suara ayam berkokok di pagi hari. Hanya
kicau burung yang menemani suasana adem pukul
05.00 pagi. Matahari masih tertidur pulas, belum terbit karena belum waktunya.
Para tetangga terusik dengan dentingan perabotan
dapur yang mengganggu tidur mereka. Bau
sedap sate lilit mulai mengasapi apartemen mungil saya, yang mengundang lidah
untuk menikmatinya. Sate lilit dipanggang oleh istri saya, sedangkan saya sibuk
berkutat memotong, mengiris bahan Lawar Ayam dengan penuh semangat. Untung
juga, tetangga tidak marah besar, walau sedikit berwajah muram tetapi tetap
saja berusaha menunjukan toleransi
bertetangganya.
lawar |
Itulah
sekelumit nuansa pagi dalam persiapan penyajian makanan khas Bali dalam rangka Bazaar
Indonesia pada hari Minggu, tanggal 30 Agustus 2015 di Brussel, Belgia. Wajah muram tetangga adalah salah satu
tantangan kecil dalam mempromosikan kuliner Indonesia. Mau tidak mau, untuk
menyajikan makanan dengan kwalitas yang baik dibutuhkan waktu penyiapan di hari
itu juga. Maka dari itu, kita mengatur
waktu sedemikian rupa bahkan di pagi hari sekalipun.
Sate
Lilit adalah salah satu sajian makanan Indonesia
yang berasal dari Bali. Sate lilit ini terbuat dari daging ayam dan udang yang dicincang halus, dibumbui dan dililit
dalam batang bambu atau batang sereh. Bahannya secara mudah dapat ditemui di toko
asia seperti kelapa parut, cabe merah, bawang merah putih, kunyit, daun jeruk, jahe
serta sereh. Daya pikatnya terletak pada kenyal dan empuknya perpaduan daging
ayam dan udang.
Sedangkan
Lawar Ayam adalah sajian khas campuran antara sayuran dengan daging ayam cincang
yang menggunakan bahan rempah yang disebut Base
Megenep (Bumbu Lengkap) yang terdiri dari : terasi, kunyit, kencur, lengkuas, jahe, cabe. daging
ayam, nangka dan kacang panjang. Penyajian lawar membutuhkan ketelitian dan
kesabaran yang tinggi. Percampuran dengan takaran yang tepat akan menghasilkan
lawar yang enak sekali. Bumbu yang eksotis dan penyajian dengan daun pisang
akan memberikan nuansa alami yang kental sehingga para penggemar makanan ini
akan tergoda mengunyahnya.
Penyajian
kedua hidangan khas ini, tidak terlepas dari jerih payah Ni Wayan Yuadiani yang
menjadi Chef di stand Warung Legian
yang ikut berpartisipasi dalam acara Bazaar Indonesia ini. Penyajian yang autentik, fresh/segar, bahan
eksotis bernuansa ke’’Bali’’an yang kental dengan keramahan, memikat para
pengunjung bazaar. Ketrampilannya memasak serta lezatnya rasa sate lilit dan
Lawar ayam membuat Stand ‘’Warung Legian’’ memperoleh penghargaan sebagai peserta
Bazaar terbaik ke-2.
Dengan
penghargaan tersebut Ni Wayan Yuadiani, ibu tiga anak yang berasal dari Legian
Kuta ini sangat gembira disamping dagangannya laris manis. Upaya yang dilakukan
tekun di pagi hari, yang mengakibatkan
wajah tetangga sedikit muram ternyata menghasilkan sesuatu yang berguna dimasyarakat sekaligus mempromosikan kuliner khas asli dari Indonesia.
Bazaar
Indonesia Hut RI ke-70
Sebagai rangkaian kegiatan HUT RI
ke-70, KBRI Brussel menyelenggarakan Bazar Indonesia. Bazaar ini merupakan ajang promosi produk
makanan dan kerajinan Indonesia yang diselenggarakan dari pukul 10.00 hingga
16.00. Ratusan pengunjung memadati acara
Bazaar ini dengan menyaksikan panggung gembira, peragaan busana, pengumuman perlombaan pemenang olahraga hut
ri, tombola sekaligus mencicipi hidangan khas Indonesia seperti bakso, gudeg,
otak-otak, sate madura, iga bakar, sate lilit, sate padang, soto mie, masakan
padang yang disajikan oleh puluhan stand makanan, stand minuman, stand
BNI, dan stand promosi kerajinan dan
produk asli Indonesia.
(Penulis : Made Agus Wardana
tinggal di Belgia)
dimuat di kompas : Nikmatnya.Sate.Lilit.dan.Lawar.Bali.di.Bazar.Belgia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar