Senin, 30 Juni 2014

Parade Budaya Indonesia di kota Frankfurt, Jerman

"Barong ngelawang" Bali di Parade der Kulturen, Frankfurt Jerman
Penonton tiada henti bertepuk tangan, tertawa, bersorak seakan hanyut dalam gerak - gerik penari barong ket yang menggoda sederetan gadis gadis cantik jerman yang sedang asyik bergoyang mengikuti irama musik gamelan bleganjur. Senyuman gadis gadis itu menandakan mereka sangat antusias menyaksikan parade budaya yang dikenal dengan nama Parade der Kulturen di kota Frankfurt, Jerman pada hari Sabtu, 28 juni 2014. Barong Ket tersebut ditarikan oleh Wayan Terima (59 tahun) dan Made Muarde Karang (58 tahun). Kedua penari ini sudah menetap di Jerman lebih dari 20 tahun.
"Walaupun umur kami menjelang 60 tahun, bukan menjadi penghalang untuk berkesenian. Malahan justru sebaliknya, Kami semakin bergairah dan awet muda bertekad ngelawang barong sepanjang 6 km mengelilingi jalan raya besar tiada henti. Keringat bercucuran membasahi badan, penonton berdesakan memenuhi jalan raya kota frankfurt, mereka senang kamipun bergembira. ujar kedua penari barong ini dengan penuh semangat.


Parade Der Kulturen adalah sebuah event internasional yang diselenggarakan oleh pemerintah kota Frankfurt am Main. Parade ini diselenggarakan setiap dua tahun sekali yang diikuti oleh berbagai negara. Selama sepuluh tahun terakhir event ini telah menunjukkan bahwa keanekaragaman budaya yang ditemui di kota Frankfurt pada khususnya dan di Jerman pada umumnya dapat hidup berdampingan secara damai dan saling menghormati. Atas kerja sama Konsulat Jendral Republik Indonesia Frankfurt (KJRI) dengan Persatuan Masyarakat Indonesia Frankfurt (PERMIF), Indonesia telah menjadi salah satu peserta dari sekitar 54 grup yang ikut dalam Parade Budaya ini. Kali ini Indonesia menampilkan tiga macam kebudayaan yakni Betawi, Padang, dan Bali sebagai perwakilan dari kemajemukan budaya di Indonesia.

Kebudayaan Bali yang ditampilkan pada kali ini didukung oleh Nyama Braya Bali Jerman yang menampilkan tari Rejang Dewa, Barisan penari pendet, barong ket dan rangda. Kemudian Sekar Jagat Indonesia Paris Perancis dibawah pimpinan Ibu Putu Anggawati menampilkan barisan lelunakan lengkap dengan Keben ( tempat banten) serta iringan musik gamelan bleganjur oleh grup Bali Puspa.
Grup Seni Bali Puspa, Koln Jerman.
Kemeriahan parade der Kulturen tahun 2014 ini, tidak terlepas dari partisipasi sanggar Bali Puspa pimpinan Nyoman Suyadni Mindhof. Bersama suaminya Ralf Mindhoff, Nyoman mendirikan sanggar kesenian bali pada tahun 1995 di kota Koln, Jerman. Nyoman Suyadni kelahiran Banjar Mengening desa Cemagi, kabupaten Badung Bali dengan gigih tetap mempromosikan budaya bali di jerman. Mengajak masyrakat jerman mencintai budaya Bali adalah langkah mulia yang telah dilakukan tanpa pamrih dan mandiri selama bertahu tahun.

Menjaga kelestarian dan mempertahankan tradisi kesenian bali adalah tujuan utama pendirian sanggar seni ini. Dengan bantuan masyarakat setempat khususnya pecinta Bali, sanggar ini telah berkelana ke kampung kecil, ke sekolah-sekolah menebarkan seni Bali berupa pertunjukan gamelan gong kebyar, bleganjur, gender wayang dan berbagai tarian bali seperti telek, barong dan rangda, pendet, manukrawa, sekar jagat, janger, genjek dan lain lain. Pertunjukan kesenian Bali tidak saja dilakukan di jerman, Bali Puspa melebarkan sayapnya dengan menebarkan kesenia bali ke luar Jerman yaitu Belgia, Belanda, Perancis, Swiss dan Amerika Serikat.
Keragaman budaya "cultural diversity"
Indonesia adalah negara yang memiliki keunggulan keragaman budaya dibandingkan dengan negara lainnya. Keunggulan ini adalah aset bangsa yang unik. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dengan penduduk Indonesia 230 Juta jiwa terdiri dari 300 ethnik yang berbeda, mereka tersebar di ribuan kepulauan indonesia. Mereka mendiami wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi, sehingga terjadi pertemuan budaya antara yang satu dengan yang lain. Munculah proses asimilasi dan akulturasi budaya yang dapat menambah keragaman budaya Indonesia. Keragaman ini dapat memberi pengaruh yang positif yaitu dapat dijadikan objek pariwisata, membantu meningkatkan pengembangan kebudayaan nasional serta tertanamnya sikap untuk saling menghormati dan menghargai antar suku yang berbeda.
Partisipasi Indonesia dalam kegiatan parade der kulturel tahun 2014 ini, dengan menampilkan budaya Betawi, Padang Sumatera Barat dan Bali adalah menunjukan potret kebhinekaan Indonesia. Kebhinekaan seni budaya adalah perekat persatuan Indonesia yang sudah teruji kekuatannya. Hal ini perlu mendapat apresiasi positif dari seluruh masyrakat Indonesia. Mempertunjukan kemajemukan budaya Indonesia merupakan bentuk kesungguhan pemerintah Indonesia menjaga identitas budaya nasional nusantara yang mengedepankan nilai toleransi dan saling menghargai dalam menjaga keutuhan NKRI yang berbhineka tunggal ika.
(dimuat di berita metrobali.com)










Rabu, 25 Juni 2014

Ciaaattt...Perjalanan Menebar Seni di Belgia (bagian 15)


Kembali ke Bali


       Hari ini tepat pukul 13.30, tanggal 4 Februari 1997. Pesawat yang saya tumpangi  dari Brussel menuju Bali sebentar lagi akan mendarat. Saya sudah tidak sabar menunggu. Jantung berdetak keras, emosi membara, sudah tidak tahan dengan kondisi yang membosankan di pesawat terbang ini. Saya menoleh jendela pesawat melihat fenomena alam yaitu awan berlarian, samar-samar  tampak laut kebiruan, jalan-jalan raya seperti benang benang kusut, pantai  indah dengan pasir putihnya tampak jelas dari atas ketinggian pesawat.

      Tiba-tiba ''JEDEEERRRR'' suara pesawat membahana. Aduh, apaan itu ? pikir saya. Semua penumpang saling memandang. Suara aneh berbunyi eiiiiiiiiiiit.....eiiiiiiiiiiiiiit....eiiiiiiit. Tambah bingung saya. Saya lirik orang sebelah, dia tersenyum. Sayapun bertanya kepada dia, dan dia jawab itu roda pesawat yang diturunkan. Tanda siap mendarat. oooohhhh....deg degan juga saya.

    Tepat pukul 14.00, Serrrrrrrrrrrrrr. Penerbangan tujuan Denpasar Bali dari Brussel - Frankfurt yang ditempuh 14 jam tiba dengan selamat. Seluruh penumpang mayoritas  turis asing yang akan berlibur ke Bali bertepuk tangan tiada henti. Mereka bersuka cita karena landing berjalan mulus. ikut gembira ah...Horeeeee...saya selamat tiba ditempat tujuan. Saya berkemas mempersiapkan diri untuk turun dari pesawat. Asal tahu saja pembaca, saya sudah rapi loo, baju baru loo, seluruh badan bermandikan parfum, pokoknya sudah siap 'berpelukan'' dengan sang pacar pujaan hatiku. heheheh.

      Singkat cerita karena sudah tidak sabar  menunggu moment bahagia ini,  saya berusaha tenang dan berjalan  sambil mendorong koper diatas Trolley.   Saya memperhatikan setiap wajah-wajah para penunggu atau penjemput penumpang yang penuh sesak.  Perhatian saya tertuju kepada sesorang gadis rambut lurus berbaju kotak merah. Saya hampiri dan saya tahu siapa dia.  Saya tidak sanggup untuk berucap. Saya sedih bercampur gembira dan saya memeluknya dengan erat. ......................................maaf ya, saya tidak bisa melukiskan dengan rangkaian kata disini. Hanya bersyukur dia sehat dan kita bertemu kembali. Sebuah ketulusan cinta dan saling pengertian diantara kita adalah modal cinta kita. Kita berusaha mempertahankan kasih sayang abadi ini demi masa depan kita.

       Sementara itu, disamping kiri saya berdiri Bape dan Meme (Orang Tua). Kita melepas kangen saling berpelukan dan berlinang air mata. Inilah orang tua kita yang selalu sayang dan sabar menunggu anaknya pulang.  Dibawah ini saya selipkan rasa kangen itu, dengan suling Bali yang saya unggah ke youtube silahkan klik dibawah ini :




atau klik dilinks dibawah ini :
Suling bali untuk sang pacar

Menikmati Kebahagiaan

       Bagi sebagian orang uang adalah segala-galanya. Dengan uang mereka bisa meraih apa saja. Uang memang bisa memberi kesenangan namun sifatnya hanya sementara. Sesaat hal tersebut nampak menyenangkan namun kenyataannya kesenangan itu akan sirna kembali.  Bagi saya uang memang penting, tapi tidak yang terpenting. Cuman kalau uang sedikit, hidup sedikit melilit. Tidak dipungkiri bahwa uang memegang peranan dalam kelangsungan hidup seseorang. Banyak yang menderita karena tidak punya uang. Sehingga kitapun mengakui beberapa orang mendapat kemewahan hidup tanpa harus bekerja keras akan memperoleh kesenangan juga.

       Tapi itu realitas hidup yang harus dihadapi, akan tetapi ada satu hal yang tidak bisa dibeli oleh uang yakni kebahagiaan. Buktinya saya alami sendiri. Kerja diluar negeri sudah tentu memiliki uang karena hasil tabungan, walau tidak banyak. Beruntung sekali saya tidak suka berjudi, tidak berfoya-foya dan tidak bergaya hidup mewah. Uang hasil jerih payah setahun tersimpan dengan baik di rekening bank. Tetapi uang itu belum memberikan kebahagiaan begitu saja terhadap saya. Saya belum bisa menikmatinya kebahagiaan itu bersama pacar beserta keluarga terutama Bape dan Meme karena jarak yang memisahkan kita. Berapapun kita punya uang, kita tidak bisa membeli kebahagian begitu saja. 100 euro = bahagia ? enak saja. 1000 euro = bahagia ? emangnya beras. 10.000 euro = Bahagia ? emangnya mobil. 1.000.000 Euro = Bahagia ? sempruuullll. Kebahagiaan itu tidak ternilai harganya. Kebahagian adalah sebuah kondisi dimana keseimbangan materi, pikiran dan jiwa dapat saling menyatu memberi energi positif terhadap setiap langkah kehidupan kita. Kalau kita punya uang banyak, hidup serba mewah tetapi jika pikiran dan jiwa kita tidak tenang, apa itu bahagia ? tidak bukan. Nah, Disinilah kita membutuhkan sebuah keseimbangan dimana materi cukup serta  hati dan jiwa tenang terpenuhi, niscaya bahagia kita raih.

      Sekarang ini, saya telah tiba di Bali. Saya bertemu dengan pacar beserta keluarga. Saya berhasil melewati masa-masa sulit di negeri orang. Dan saya merasakannya bahwa detik ini saya merasa sangat berbahagia. Berbahagia berada ditengah-tengah orang yang paling kita sayangi. Hati dan jiwa tenang, bagaikan air segar mengalir didalam tubuh ini melepas dahaga. Kebahagian yang kita sudah raih itu sesungguhnya adalah pemberianNY. Mari kita  bersyukur kehadapan Ida Shanghyang Widi Wasa/Tuhan YME bahwa kebahagian yang kita sudah raih ini dapat memberikan kedamaian di hati kita untuk selamanya lamanya.



Menikmati kebahagian di sebuah kampung di Bali tahun 1997
Bersambung !  ke bagian 16       


       

        





Kamis, 19 Juni 2014

Ciaaattt...Perjalanan Menebar Seni di Belgia (bagian 14)

Setahun di Belgia

        Tidak terasa sama sekali bahwa saya sudah berada di Belgia selama setahun. Ini mungkin karena aktifitas saya yang selalu berbeda-beda dan tidak membosankan. Untungnya lagi pertemanan yang saya lakukan  membuahkan hasil persahabatan. Walau kadang hati saya tergores dengan ucapan-ucapan orang, entah itu menyakitkan ataupun gurauan, saya  mencoba bersikap positif tanpa menjelekan siapapun. Saya percaya energi positif yang ada dalam diri, harus mampu mengalahkan energi negatif lawan bicara atau siapapun. Ini menjadi penting karena membentuk semangat hidup kita dalam keseharian. Hidup menjadi bahagia, karena tetap bersemangat.  Horeeeeee......ciaaattt.

          Dibalik semangat itu, jujur dikatakan bahwa saya juga mengalami kebosanan karena pola hidup jauh dari keluarga dan pacar. Ingin berbagi perasaan, jarak yang memisahkan kita. Ingin bersayang-sayang dengan pacar, hanya lewat tulisan dan suara telepon. Beginilah hidup di Luar Negeri.  Hidup diluar negeri itu tidak selamanya indah. Barangkali sebagian orang menganggap  menjanjikan kesuksesan, kehidupan disana lebih baik daripada di Bali-Indonesia. Belum tentu loo. Kita hidup di negeri orang itu sungguh membutuhkan perjuangan yang super  ekstra, adaptasi budaya serta bahasa yang tidak bisa instan begitu saja.

Menjadi pribadi yang tangguh

         Dari hal tersebut diatas, kita ambil yang positif saja. Banyak sekali pelajaran berharga yang saya dapatkan. Pelajaran itu  maksud saya adalah terbentuk kepribadian yang tangguh, mampu mandiri  dan berani menghadapi masalah apapun. Pribadi tangguh ini, tiada lain merupakan karakter pribadi yang memiliki kemampuan untuk bersyukur apabila mendapatkan sesuatu berkaitan dengan kesuksesan ataupun kebahagian. Sebaliknya, jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita harapkan, entah itu berupa kegagalan ataupun kesedihan, maka secara otomatis kita memiliki ketahanan menghadapi masalah tersebut dengan bersabar.

Berani hidup mandiri

        Sewaktu di Bali, saya akui bahwa saya kurang mandiri. Dapat dikatakan terlalu manja dan terlena dengan keadaan lingkungan sekitar yang pola hidupnya hanya monoton begitu saja. Keluarga dirumah juga sebagai penyebab kita menjadi manja. Ibu terlalu kasihan melihat anaknya memasak di dapur, padahal ada niat untuk menjadi tukang masak  Itulah Ibu, yang selalu sayang terhadap anaknya. Walaupun demikian, kita juga tetap harus menghormati Ibu kita. Senangnya lagi di Bali, kalau kita mendapatkan masalah hampir seluruh keluarga menawarkan bantuan. Bantuan jasa, modal, moral dan sebagainya. Kita sih dengan senang hati menerima bantuan orang lain. Kadang ada jeleknya juga sih. Berkat bantuan itu kita pun menjadi tidak mandiri, tidak berusaha sendiri dan malahan merasa tergantung  karena  akan ada yang membantu.
         
          Setahun di Negeri Belgia terasa lain. Saya sendiri, mau tidak mau harus mempunyai sikap mandiri. Saya dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri. Siapa yang akan memberi kita makanan kalau kita tidak bisa memasak, siapa yang akan membantu kita kalau kita sedang sakit, siapa yang akan berbelanja kebutuhan pangan kalau bukan kita. Maka dari itu, kita harus berusaha untuk dapat sepenuhnya berdiri diatas kaki sendiri. Kemandirian merupakan perilaku positif yang tidak tergantung kepada orang lain. Orang yang mandiri bahkan akan berusaha memecahkan masalah sendiri tanpa bantuan orang lain. Untuk itulah kita harus bangkit menjadi pribadi yang mandiri. Dibawah ini dapat saya  bayangkan bahwa mandiri memiliki beberapa karakteristik yaitu :

  1. Sikap mental yang baik (Saya berusaha sikap santun kepada siapa saja, memberikan apresiasi pemberian orang lain, tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif dimanapun saya berada)
  2. Memiliki keberanian (Berani menghadapi masalah apapun dengan berusaha sabar melawannya, tenang di hati dan pikiran )
  3. Memiliki tanggung jawab (sebagai seorang guru gamelan yang dikirim dari Bali, saya bertanggung jawab terhadap hasil dan kwalitas pementasan kesenian, dan tidak pernah terlambat dalam latihan)
  4. Mempunyai inisiatif (Saya juga tidak mau selalu tergantung kepada orang lain, saya juga harus bisa berkomunikasi dengan bahasa perancis, akhirnya sayapun berinisitif belajar sendiri membaca buku walaupun masih tidak mengenal tata bahasa yang benar)
  5. Percaya Diri  (dilingkungan saya bekerja adalah kantoran, saya dihadapkan kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman banyak, tetapi saya saya harus percaya diri bahwa kemampuan saya dalam kesenian walaupun masih umur 25 tahun saya berani dan percaya bahwa saya memiliki kelebihan dan keahlian)
  6. Berani bersaing (di Eropa ini ternyata kita membutuhkan persaingan. Menjadi seniman kantoran apakah membutuhkan berani bersaing. jawabanya tentu ya. Saya mencoba dan mencoba berkolborasi dengan seniman lokal yang kemampuannya hebat, tapi saya bisa kok bersama mereka memainkan musik bersama walau saya tidak bisa membaca notasi dengan baik dan benar) 
  7. Tekun dan Fokus (saya berusaha tekun melakukan kegiatan, tekun berkreatifitas, fokus berkesenian, ini modal dasar kita akan maju. Katanya...hehehehe)

Pertunjukan kesenian dalam tahun 1996
          
           Setiap hari saya menulis Buku diary. Setiap aktifitas saya goreskan di kertas, dan mengingatkannya, mengevalusianya. Ada yang menarik, ada yang menyesakkan adapula yang membanggakan. Kegiatan kesenian khususnya saya torehkan dalam sebuah list pertunjukan. Ternyata setelah saya hitung-hitung berdasarkan foto, tulisan tangan, diary, poster dan flyer akhirnya saya menyimpulkan bahwa pertunjukan yang telah saya lakukan selama setahun ini adalah sebanyak 22 kali pertunjukan. Di kota brussel 9 kali, kota antwerpen 2 kali, Leuven 3 kali, Liege 1 kali, Gent 1 kali, Bern Swiss 1 kali, Den haag 1 kali, amsterdan 1 kali. Setelah saya hitung jumlah penonton yang hadir sebanyak 14.560 orang. Sumber ini dari lapangan, melihat langsung, data KBRI brussel dan data tv. Kenapa jumlah penonton menjadi ribuan sombong sekali. hehehe. Pada tanggal 12 Juli 1996, saya menampilkan pertunjukan di TV Nederland Belanda yang sudah pasti tentunya penonton jutaan donk.Saya beertanya  ke pihak tv sekitar 15.000 atau jutaan.   Waduh daripada salah tulis saya coba 10.000 saja dech. Saya tidak mau lebih dari itu, sebagai info bahwa pada tahun 1996 penduduk Belanda adalah 15 jutaan, berarti bisa jutaan ya yang nonton....hmmm sudahlah.

             Boleh donk saya berbangga, boleh donk saya tersenyum, setahun memperjuangkannya bukanlah hal yang gampang. Dan pengiriman saya ke Belgia oleh STSI Denpasar sebagai guru pengajar, sedikit tidaknya tidak merugikan negaralah. Tidak merugikan tiket pesawat dan honor perbulan yang saya terima  40.000 Bef/per bulan/kotor. heheheheh...(potong sewa rumah 11.000  Bef, biaya  listrik dan gas 5000 Bef, belum makan dan minum, ongkos telepon, asuransi kesehatan juga looo ). Dibawah ini ada Data  pertunjukan yang saya lakukan silahkan di simak dan dianalisa.

Data Pertunjukan kesenian tahun 1996


ini dia pertunjukan di TV nederland di youtube :





Bersambung ke  bagian 15



           

Kamis, 12 Juni 2014

Ciaaattt...Perjalanan Menebar Seni di Belgia (bagian 13)

Pertunjukan MarimBALI di Konservatorium Brussel tgl 21 November 1996

       Hello para pembaca ? saya akan lanjutkan cerita saya lagi. Pada bulan november tahun 1996 silam, saya melakukan berbagai aktifitas seperti latihan musik, sekolah bahasa Inggris dan Perancis serta belajar memasak. Namun kali ini saya hanya akan bercerita tentang  persiapan latihan, pertunjukan/konser sederhana yang saya beri judul MarimBALI. Sebuah komposisi musik dimana saya menciptakan berdasarkan kebalian saya yang dibantu oleh teman saya Gabriel Laufer berdasarkan keeropeannya. Mau tahu selengkapnya ?  selamat membaca !

         Awal dari semua ini, adalah pertemuan saya dengan Gabriel Laufer, pemain perkusi Belgia yang secara kebetulan pada saat itu, sedang menimba ilmu di sekolah musik konservatorium Brussel. Saya bertemu dengan Gabriel, karena dia tertarik dengan gamelan Bali. Pertemuan dengannya sebagai langkah awal saya memahami ''prilaku'' musisi di Eropa. Gabi, panggilan akrabnya adalah seorang sahabat dan juga seorang guru bagi saya. Dialah yang membawa saya untuk mengenalkan dan berinteraksi dengan lingkungan musik di Belgia ini.  Keakraban dia adalah kita sering bercanda kesana kemari dan selalu membuat saya senang dan penuh tawa. hahahaha... Sayapun anggap dia sebagai keluarga terdekat saya di Belgia. Seorang teman sekaligus seorang kakak.

         Suatu hari Gabi mengajak saya ke konservatorium melihat mahasiswi cantik...hehehe salah, maksud saya alat -alat musik perkusi. Berbekal semangat dan kamera foto, saya memandang gedung Konservatorium dari atas, bawah, samping, depan dan berbagai sudut. Gedungnya biasa saja, tidak mewah. Di dinding Info sekretariat terpampang berbagai poster konser musik dan jadwal kegiatan kelas dalam bahasa Perancis, Inggris dan Belanda. Mahasiswa dan mahasiswi sibuk merangkul alat musik ada yang megendong gitar, cymbal drum, saxophopne, seruling, terompet dll.  
         
       Dalam sebuah sudut ruangan tiba tiba Gabi bertemu dengan seorang mahasiswi cantik. Gabi langsung cipiki, cipika dan cipiki (cium pipi kiri, cium pipi kanan cium pipi kiri).  Dalam hati kecil saya waktu itu, mimih pang telu maan niman nak luh jegeg, iri rage nok/tiga kali dapat cium pipi, cemburu saye....heheheh). Dengan menoleh ke arah saya, Gabi berkedip genit dengan kandungan arti yang bermakna Ramahlah kepada setiap perempuan dengan mencium pipinya sebanyak 3 kali berturut turut sebagai tanda keakraban.   Asyiik juga di eropa ya ! hehehe...dasar genit ah. Bolehkah saya mempraktekan makna ciuman Gabriel tersebut diatas : Jika bertemu gadis cantik saya akan langsung saja ah. Langsung apasih maksudnya ? Mencium ? Hati-hati loo...emangnya semudah itu ??  Oops hati-hati ! Ingat ada pacar di Bali. hmmm Ok dech.

    Dengan pelan Gabi mengambil kunci yang telah diberikan pegawai sekretariat dan membuka pintu pelan-pelan.  Saya dipersilahkan mencoba coba alat musik perkusi. Terlihat ada drum, marimba, piano dan banyak lagi. Satu persatu saya mainkan alat musik tersebut di dalam sebuah ruangan kelas. Mahasiswa dan mahasiswi sibuk kesana kemari di depan kelas sambil merangkul alat-alat musik. Saya merasa senang sekali berada dalam lingkungan seperti ini, lingkungan yang penuh dengan bunyi bunyian instrument. Kapan ya saya bisa sekolah disini ? bisakah ? Mampukah ? Itulah hasrat pikiran yang terlintas di bathin saya. Hmmm...sudahlah.



Vibraphone

belajar drum
     Beberapa alat musik saya coba satu persatu, tapi saya sangat tertarik kepada alat musik dari amerika latin yang sering disebut Marimba. Marimba mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : bilahnya sangat halus terbuat dari kayu pilihan, susunan bilahnya sama seperti susunan tuts keyboard/piano, panjangnya sekitar 3 oktaf atau kalau marimba besar 4 oktaf, dimainkan dengan cara dipukul dengan 2 hingga 4 Mallets, karakter suara  lembut dan jernih  dengan gema yang panjang terdengar. Melantunkan melodi diatas bilah kayu ini, saya mengandaikannya dengan beberapa alat musik bambu bali yang menggunakan 2 alat pukul seperti Rindik, Gandrung dan  Jegogan. Saya melantunkan sebuah gending dengan nuansa Bali menggunakan laras pelog dan slendro. Laras pelog dan slendro saya cari cari saja ditengah tengah bilahan kayu tsb, sambil memainkan kotekan kotekan.

         Berhari hari, berminggu-minggu bahkan berbulan bulan saya mencoba berlatih, memainkan marimba sesuka hati tanpa terbelenggu dengan partitur atau notasi a la barat.   Saya memainkan musik dengan perasaan hati dan daya ingat. Jeleknya kalau daya ingat menurun akibatnya permainan musikpun akan jelek. Kalau bisa kedua duanya memainkan musik dengan perasaan plus notasi. Beradu argumen dengan Gabi, mengkritisi permainan dia, memahami cara dan pandangan dia memainkan musik membutuhkan pemahaman yang serius sekali. Kalau di bali saya kebanyakan bermain gamelan suka ewer/ banyak bercanda, tetapi di Eropa jangan harap banyak bercanda. Namun demikian sekali-kali saya kembali ke adat dan kebiasaan seperti di Bali yang pada akhirnya berujung canda dan tertawa terbahak-bahak.

       Sebaliknya Gabi tidak setuju dengan ide saya, Gabi cemberut bersikap tenang, saya hadapi dengan senyuman kembali yang ujung-ujungnya canda dan tertawa. Proses bermain musik seperti ini, saya sukai. Proses itu hanya melalui berbagai perbedaan pendapat saja, akhirnya kita sepakat  memutuskan sebuah musik baru sebut saja MarimBALI. MarimBALI (Marimba Care Bali) adalah sebuah komposisi musik yang bernuansa perjalanan seorang anak muda Bali di rantau dengan rasa musik rasa nikmat, sedih, galau, rindu dan semangat menggunakan tehnnik rindik di dalam instrument Marimba. Dalam komposisi musik ini, Gabi memberikan tambahan-tambahan tekhnik marimba, dimana dia memainkan beberapa nada monoton berulang-ulang, selanjutnya saya sambut dengan nada berpola berulang-ulang  sehingga menghasilkan sebuah alunan kotekan terdengar seperti gamelan Bali.  Sementara itu, saya mencoba juga vibraphone. Saya mainkan secara sederhana saja. Vibraphone adalah alat musik perkusi seperti Marimba hanya dia terbuat dari metal. Dibawah instrumentnya terdapat pipa-pipa untuk resonator suara.

Perkusi Konser di Konservatorium Brussel, 1996


            Pada tanggal 21 November 1996, saya bersama Gabriel mendapat kesempatan menampilkan karya-karya komposisi musik kita dihadapan publik Belgia khususnya kalangan mahasiswa dan dosen di konservatorium Brussel. Saat itulah saya membuat duet yang saya beri nama DUO MADE (Made Gabriel Laurfer dan Made Agus Wardana). Duet ini akan berusaha menebarkan seni budaya Bali ke sekolah-sekolah, Universitas di belgia melalui workshop gamelan bali.

DUO MADE (gabriel Laufer dan Made Agus Wardana) 1996

MarimBALI konser di Konservatorium Brussel

Senyuman musisi lugu dan polos
    Untuk memperlihakan hasil kerja kita selama beberapa bulan, silahkan di klik dilinks youtube saya ini :


atau klik disini :  http://youtu.be/c42UahFw0bU

     
atau klik disini : http://youtu.be/S591TTk54y4

Bersambung !
ke : Bagian 14

Selengkapnya baca dari awal  :
Bagian 1Bagian 2Bagian 3Bagian 4Bagian 5bagian 6bagian 7bagian 8bagian 9,
bagian 10bagian 11bagian 12,