Rabu, 23 September 2015

Antara Senyuman Ibu Putu dan Senyuman Monalisa




            Saya beranjak dari tempat duduk, terhentak akibat ocehan pagi para pedagang souvenir  yang bersiap-siap menjajakan dagangannya. Dari balik jendela, terlihat suasana jalanan  yang sedang bergeliat sambil nguping pembicaraan dua orang sopir tentang pertemuan mereka ditempat itu.  Cuaca sangat cerah, matahari bersinar terang, seterang pembicaraan kedua sopir tersebut yang menyambut hangat pagi dengan hati yang senang.

            Saya tinggal di sebuah apartemen bertipe studio yang terletak di Quartier Latin, kawasan hunian aman 5 arondisemen di Rue de la Parcheminerie 750005 Paris.   Studio dengan luas 22m2 sangat menawan, bernuansa putih bersih. Publik tranportasi terdekat adalah Metro Saint Michel, kira kira 10 menit dari Gereja Notre Dame. Studio ini dikhususkan untuk 2 orang, lengkap dengan perabotan dapur, internet wifi gratis, televisi dan mesin cuci dengan harga mingguan 611 Euro atau bulanan 1250 Euro.
Kalau ingin menginap weekend juga bisa, tergantung avalibility room.  Untuk membooking studio ini dapat dilakukan melalui website : Paris Atitude dengan nomor referensi : 6888.


             Pemilik studio ini  adalah  ''Ibu Putu'' warga Bali Indonesia yang sudah menetap selama 30 tahun di Perancis. Senyumannya terkulum ramah, menampakan sikap simpatik kepada siapa saja.  Sebagai seorang pekerja keras, Ibu ini tetap dengan kesehariannya mengepel, membersihkan ruangan, memandu tamu dengan jujur, sopan dan ramah.  Saya hanya bisa terkagum bangga, bahwa pekerjaan yang beliau lakukan dengan sungguh-sungguh dapat membuahkan hasil. Perjuangan hidupnya yang sarat dengan upaya yang gigih, tidak menyebabkan dia sombong akan keberhasilan itu. Justru sebaliknya sikap rendah hati, berperilaku positif selalu dikedepankan. Barangkali ini pantas kita tiru bahwa berperilaku positif dengan  senyuman ramah   akan membawa karma yang baik pula.



            Ketika saya bertemu orang dijalan, saya berusaha mempraktekan senyuman ramah  '' Ibu Putu'', sekali-sekali berhasil mendapat respon manis dari warga Perancis. Jadi mudah sekali mencari teman, walaupun belum pernah ketemu sama sekali. Ada respon manis, adapula respon bikin malu.  Seorang gadis cantik warga Perancis menyapa dengan sapaan perkenalan Bonjour, sayapun dengan sigap, cepat dan akurat menyapa Bonjour. Ternyata bukan dengan saya dia menyapa Bonjour, melainkan dengan orang lain yang berada persis dibelakang saya. Saya langsung menghela nafas, malu sendiri sambil ngacir kocar kacir malu-maluin. ''Terlalu ramah kali ya ! pikir saya dalam hati.

            Itulah senyuman, merupakan gambaran dari suasana hati. Suasana hati yang riang, seperti terlihat pada orang-orang yang melakukan  potrait diri atau selfie. Pernahkah melihat orang selfie dengan muka sedih ? Tidak Bukan. Senyuman itu menjadi aspek positif terhadap kepribadian seseorang. Banyak orang mengatakan senyuman itu memberi gairah atau semangat dalam hidup. Para pembaca Kompas Travel mungkin teringat dengan Lukisan Monalisa yang misterius tergantung di Musee du Louvre. Lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci  menjadi  pergunjingan pelancong dunia ini karena senyumannya.  Benarkah senyumannya  misterius ? Mari kita lihat !




            Pukul 09.30, saya berdiri menunggu antri di depan pintu masuk utama EntrĂ©e Pyramide, Musee du Louvre.  Louvre ini adalah bekas istana raja Perancis yang dibangun pada abad ke-12.  Sejak Raja Perancis Louis XIV memindahkan istana Raja ke Istana Versailes, Louvre ini dijadikan museum seperti yang kita kenal sekarang. Sebagai salah satu ikon wisata kota Paris, Musee du Louvre dikunjungi  ribuan turis setiap hari. Para Turis sangat terpesona dengan satu lukisan kecil yang tersenyum misterius yaitu Monalisa. Orang Perancis menyebutnya dengan de Joconde (baca : Jokongd ). Louvre memiliki 35.000 benda seni dan bersejarah yang perlu waktu berjam-jam untuk menelusurinya.


            Nah ! Hampir 1 jam saya menunggu, akhirnya saya bisa masuk ke museum ini. Tiketnya seharga 12 euro. Lukisan Monalisa terletak sangat istimewa dibatasi dengan kayu pembatas dengan pantuan petugas jaga. Lukisan yang centil berukuran hanya 77 cm x 53 cm tergantung seorang diri di dinding beranda Demon. Apa yang saya bayangkan sebelumnya bahwa lukisan itu besar, ternyata hanya seukuran itu saja. 

            Warna dominan gelap kehijauan, potrait senyuman seorang wanita, rambutnya terlihat keriting tertutup kain transparan halus, ada gambar lanskip pemandangan alam latar belakangnya, bibirnya tipis, kelihatan seperti duduk disebuah teras. Dengan menggunakan kamera video, saya bisa nge''zoom'' sepuas-puasnya. Mungkin saya adalah salah satu pengunjung paling terlama berada didepan lukisan. Pokoknya saya tidak mau rugi terhadap kesempatan dalam kesempitan tersesak dengan pengunjung lainnya.  Rasa penasaran saya terhadap lukisan ini, terobati setelah melihat lukisan ini dari dekat.  




            Hebat !  Kenapa dia begitu memukau orang ? Bukankah dia hanya sebuah potrait seorang wanita yang tersenyum apa adanya. Secara jelas saya dapat amati, bahwa potrait Monalisa sebagai seorang perempuan yang bersahaja dengan senyuman mahal. Lirikan kekiri sangat tajam. Artinya bagi saya, senyuman wanita itu dibuat karena memang merupakan gambaran hatinya.  Senyuman Monalisa sangat  mempesona.

            Leonardo da Vinci si pencipta Monalisa pada tahun 1519, sangat genius menggambarkan senyuman wanita yang sangat memikat itu. Dikabarkan pula Monalisa adalah lukisan paling favorit dari Leonardo Da Vinci.  Banyak teori konspirasi tersebar mengenai rahasia senyuman Monalisa. Dari Film Da Vinci Code disampaikan petunjuk rahasia senyuman itu, kemudian disebutkan Monalisa adalah Leonardo Da Vinci sendiri, dan juga menurut seorang sejarawan renaisans dari Italia Giorgio Vasari   bahwa Monalisa  adalah   portrait seorang wanita yang bernama Lisa Gherardini, istri Francesco del Giocondo, seorang pedagang sutra di Florence yang merupakan rekan dari ayah Da Vinci. 

            Antara senyuman Ibu Putu dan senyuman Monalisa, dapat saya simpulkan bahwa dalam kenyataannya, orang yang menawarkan senyuman ramah secara positif dapat membuat hati orang lain senang.  Senyuman mampu memperlihatkan bahwa Anda orang yang percaya diri dan berprilaku positif. Senyuman pula mampu memperlihatkan sesuatu yang bernilai positif dan memberi keuntungan kepada kita dan juga kepada orang lain.





Jumat, 04 September 2015

Peragaan busana tenun ikat tradisional Flobamora NTT di Brussel



            Kain tenun ikat Indonesia merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Salah satu tenun ikat yang terkenal karena motif dan keunikannya adalah tenun ikat asal Nusa Tenggara Timur.  Warna kain coklat tua dengan motif figuratif yang bersumber dari  lingkungan flora dan fauna menunjukan identitas lokal setempat yang menggunakan pewarna alami seperti akar-akar pohon mengkudu, indigo, mangga, kunyit dan lain-lain. Uniknya lagi, setiap suku di NTT memiliki keragaman yang mempengaruhi jenis, corak dan motif kainnya yang sangat impresif, dekoratif bermakna simbolik.


            Dalam upaya menjaga warisan budaya NTT ini, sebuah grup Peraga Busana Flobamora dibawah pimpinan Ibu Maria De Sea warga asli Maumere berpartisipasi  dalam acara Bazaar Indonesia di kota Brussel Belgia pada hari Minggu, 30 Agustus 2015. Acara yang dikemas dalam Panggung Gembira HUT RI-ke70 ini diselenggarakan oleh KBRI Brussel Belgia. 25 Peraga busana yang terdiri dari anak-anak dan dewasa memantapkan langkahnya ketika udara panas mencapai 30 derajat C. Tidak canggung, tidak malu-malu walau masih semi-amatir mereka mencoba menunjukan diri yang terbaik untuk memeriahkan  bazaar tersebut.



            Kain tenun ikat yang diperagakan bertema Flobamora yang merupakan sekumpulan tenun ikat kepulauan NTT yakni Flores, Sumba, Sabu, Rote, Timor dan Alor. Kain tenun ikat yang khusus didatangkan dari NTT tersebut adalah murni buatan pengrajin tenun lokal. Para Pragawati cantik secara anggun melangkahkan kakinya sambil tersenyum menawan  yang diiringi sebuah lagu asli Flobamora yaitu  " Bae Sonde Bae Flobamora Lebe Bae ( baik tidak baik flobamora lebih baik ) yang artinya walaupun kita jauh merantau, jangan lupa kampung halaman kita yang memiliki aneka keragaman budayanya. Keragaman bukanlah mencerai-beraikan kita, melainkan mempersatukan atau dengan  istilah lain bahwa kita semua adalah saudara/basodara.

                Menurut Ibu Mary, ‘’Dalam peragaan busana saya mencoba memperkenalkan beberapa motif tenun ikat diantaranya tenun Ikat Hinggi bermotif Papanggang dari Rende Sumba Timur, kemudian  motif Utang Moko yang biasa dipakai pada waktu upacara perladangan/bercocok tanam untuk memohon kesuburan tanaman  dari Maurmere Flores serta motif Utang Oi Rempe-Sikka yaitu motif yang dipakai oleh para kaum wanita karena berlambang tiga bintang (suami, istri dan anak),’’ ujarnya bersemangat.





            Upaya yang dilakukan oleh Ibu Mary ini perlu diacungi jempol dan didukung kuat oleh siapa saja. Dengan tekad semangat kuat serta niat tulus, langkah demi langkah seiring dengan langkah para pragawatinya, kerajinan tenun ikat khususnya NTT akan dikenal di negeri eropa ini. Kegiatan yang dilakukan dalam Bazaar Hut RI ke-70 ini dapat memberikan warna baru khususnya membidik wisatawan muda remaja penggemar fashion agar memutuskan niatnya untuk  mengeksplore budaya NTT terutama pemakaian tenun ikat di jaman sekarang ini.  

dimuat di kompas : peragaan busana tenun ikat NTT



Kamis, 03 September 2015

Nikmatnya Sate Lilit & Lawar Ayam Bali di Bazaar Indonesia Belgia

sate lilit


            Tidak ada suara ayam berkokok di pagi hari.  Hanya kicau  burung yang menemani suasana adem pukul 05.00 pagi. Matahari masih tertidur pulas, belum terbit karena belum waktunya. Para tetangga terusik dengan dentingan  perabotan  dapur yang mengganggu tidur mereka. Bau sedap sate lilit mulai mengasapi apartemen mungil saya, yang mengundang lidah untuk menikmatinya. Sate lilit dipanggang oleh istri saya, sedangkan saya sibuk berkutat memotong, mengiris bahan Lawar Ayam dengan penuh semangat. Untung juga, tetangga tidak marah besar, walau sedikit berwajah muram tetapi tetap saja berusaha menunjukan  toleransi bertetangganya.

lawar

            Itulah sekelumit nuansa pagi dalam persiapan penyajian makanan khas Bali dalam rangka Bazaar Indonesia pada hari Minggu, tanggal 30 Agustus 2015 di Brussel, Belgia.  Wajah muram tetangga adalah salah satu tantangan kecil dalam mempromosikan kuliner Indonesia. Mau tidak mau, untuk menyajikan makanan dengan kwalitas yang baik dibutuhkan waktu penyiapan di hari itu juga.  Maka dari itu, kita mengatur waktu sedemikian rupa bahkan di pagi hari sekalipun.

            Sate Lilit  adalah salah satu sajian makanan Indonesia yang berasal dari Bali. Sate lilit ini terbuat dari daging ayam dan udang  yang dicincang halus, dibumbui dan dililit dalam batang bambu atau batang sereh. Bahannya secara mudah dapat ditemui di toko asia seperti kelapa parut, cabe merah, bawang merah putih, kunyit, daun jeruk, jahe serta sereh. Daya pikatnya terletak pada kenyal dan empuknya perpaduan daging ayam dan udang.

            Sedangkan Lawar Ayam adalah sajian khas campuran antara sayuran dengan daging ayam cincang yang menggunakan bahan rempah yang disebut Base Megenep (Bumbu Lengkap) yang terdiri dari :  terasi, kunyit, kencur, lengkuas, jahe, cabe. daging ayam, nangka dan kacang panjang. Penyajian lawar membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Percampuran dengan takaran yang tepat akan menghasilkan lawar yang enak sekali. Bumbu yang eksotis dan penyajian dengan daun pisang akan memberikan nuansa alami yang kental sehingga para penggemar makanan ini akan tergoda mengunyahnya.

            Penyajian kedua hidangan khas ini, tidak terlepas dari jerih payah Ni Wayan Yuadiani yang menjadi Chef di stand Warung Legian yang ikut berpartisipasi dalam acara Bazaar Indonesia ini.  Penyajian yang autentik, fresh/segar, bahan eksotis bernuansa ke’’Bali’’an yang kental dengan keramahan, memikat para pengunjung bazaar. Ketrampilannya memasak serta lezatnya rasa sate lilit dan Lawar ayam membuat Stand ‘’Warung Legian’’ memperoleh penghargaan sebagai peserta Bazaar terbaik ke-2. 



            Dengan penghargaan tersebut Ni Wayan Yuadiani, ibu tiga anak yang berasal dari Legian Kuta ini sangat gembira disamping dagangannya laris manis. Upaya yang dilakukan tekun di pagi hari, yang mengakibatkan  wajah tetangga sedikit muram ternyata menghasilkan  sesuatu yang berguna dimasyarakat sekaligus  mempromosikan kuliner khas asli dari Indonesia.






Bazaar Indonesia Hut RI ke-70
Sebagai rangkaian kegiatan HUT RI ke-70, KBRI Brussel menyelenggarakan Bazar Indonesia.  Bazaar ini merupakan ajang promosi produk makanan dan kerajinan Indonesia yang diselenggarakan dari pukul 10.00 hingga 16.00.  Ratusan pengunjung memadati acara Bazaar ini dengan menyaksikan panggung gembira, peragaan busana,  pengumuman perlombaan pemenang olahraga hut ri, tombola sekaligus mencicipi hidangan khas Indonesia seperti bakso, gudeg, otak-otak, sate madura, iga bakar, sate lilit, sate padang, soto mie, masakan padang yang disajikan oleh puluhan stand makanan, stand minuman, stand BNI,  dan stand promosi kerajinan dan produk asli Indonesia.
(Penulis : Made Agus Wardana tinggal di Belgia)