Bersurat dan bercinta yang mahal
Pada tahun 1997 ini, sungguh diluar dugaan bahwa bercinta jarak jauh dimana belum adanya alat komunikasi praktis seperti webcam, skype, sms berdampak negatif terhadap uang gaji saya sebulan. Saya di belgia, pacar di Bali. Jarak jauh bercinta bukanlah masalah utama, yang penting ada alat komunikasi, biaya dan waktu. Biaya inilah yang menjadi tantangan utama saya. Bekerja mencari uang atau bekerja untuk cinta. Bingung ah !. Tapi mau gimana lagi, cinta itu sangat mempengaruhi perjalanan hidup ini. Surat cinta hampir setiap hari saya goreskan lewat tangan jahil ini. Kecup sayang saya obral murah, hanya ingin menyampaikan bahwa saya tetap sayang dan cinta terhadap pacar saya di Bali.
Jika cinta menggebu lagi, saya akan nekat menggunakan telepon rumah direct (belgacom) yang ongkosnya menusuk ke ulu hati. Padahal cuman bilang, muaaaachhhh ! Sayang ! dan sebagainya. Namun kata itu obat mujarab pelepas gelisah. Gelisah akan sirna. Perasaan gundah akan membaik menjadi rasa lega terlepas dari berbagai persoalan yang mengganggu. Semangatpun akan membara lagi.
Suatu ketika, disaat terjadinya kesalahpahaman dengan sang kekasih, biaya itu akan lebih mahal lagi. Contohnya yang gampang saja, saya berfoto dengan gadis Belgia yang cantik. Saya mengirimkan foto itu ke Bali. Kelihatan saya terlalu nempel dan mesra oleh sang pacar yang menyebabkan dia cemburu. Nah, terkadang mengklarifikasi masalah ini membutuhkan waktu yang lama. Surat cinta sudah dikirim via post, tapi belum juga menguraikan masalah.
Akhirnya karena takut masalah berlarut-larut karena masalah sepele, saya akan menelpon dengan telepon rumah yang super mahal itu. Semakin lama ngobrolnya semakin mahal biayanya. Pernah juga saking rindu dan kangen yang tidak terkira saya menelpon berkali kali dalam satu bulan, kemudian berjam-jam. Tahu nggak apa yang terjadi ? Saya pernah bayar sekitar 3/4 dari gaji bulanan saya. Saya shock waktu itu dan berusaha mencari pembenaran sambil menghibur diri : uang kan bisa di cari, toh uang itu tidak dihambur-hamburkan seperti bermain judi.
Demi sebuah cinta, kita akan rela melakukan apa saja. Jangankan uang, jiwa dan ragapun akan menjadi taruhan. Sebagai seorang laki-laki yang sudah menetap setahun di Belgia, saya melakukan hal ini hanya ingin mempertahankan cinta itu agar berjalan dengan mulus. Tidak ingin menyakiti hati perempuan, selalu bersikap dan berpikir positif terhadap pacar saya di Bali. Pengorbanan itu sangat perlu, apalagi hanya berupa uang yang kita bisa cari dalam kesempatan lain. Dan yang paling utama adalah kita belajar menjadi seorang yang berperilaku baik, pengertian, bertanggung jawab ketika suatu saat nanti kita akan menjadi pendamping hidupnya.
Para Pembaca yang setia, itu tadi secuil goresan proses percintaan yang barangkali dapat diambil makna positifnya. Ini dapat dijadikan pembelajaran diri khususnya anak-anak muda kita yang tidak boleh menyakiti perempuan, mesti menghargainya dan bertanggungjawab terhadapnya. Saya yakin dengan kesabaran berkomunikasi secara baik, pengertian diantara keduanya akan menempatkan diri kita sebagai orang dewasa yang bijak dalam menghadapi kehidupan yang akan datang. Dan jangan lupa untuk membuat suasana berpacaran semakin mesra, obralah kata Muaachh agar hati si dia terusik ceria, terhanyut dalam dekapan dada kita sebagai laki-laki romantisssss..lalu berkedip mata tiga kali. ting ...ting...ting hehe.
Dibawah ini sebuah ucapan ulang tahun yang saya buat sendiri dan tulis sendiri karena memang seperti itu adanya :
''and,.....
Janganlah menangis sendiri.
Menangislah dalam dekapan dan pelukan Agusmu.
Agus selalu sayang kamu.
Agus selalu cinta kamu.
Okey, Selamat Sayang
agusmu.
Aaaahhhem ! Kiap ! Ngantuk. Malam sudah larut, udara dingin musim semi terasa adem. Saya memikirkan aktifitas aktifitas seni yang akan saya lakukan. Dalam beberapa bulan kedepan saya sedang mempersiapkan diri dalam berbagai pertunjukan seni di Sekolah Musik Konservatorium Brussel 28 April 1997 bertema Topeng & Gender Concert, persiapan menuju kota London dalam kegiatan seni budaya dan olahraga Perwakilan RI se-Eropa (K6) pada bulan 10 Mei 1997 dan yang paling unik adalah kehadiran Raja Albert dalam sebuah kegiatan akbar Fete de la Musique di Park Royal Brussel pada bulan 25 Mei 1997 dimana grup Gamelan KBRI Brussel ikut berpartisipasi dalam kegiatan tsb.
Bersambung !
Cerita ini akan mengalir dengan baik, jika pembaca membaca dari awal ya :
Cerita sebelumnya : Bagian 19, Bagian 18, Bagian 17, Bagian 16, Bagian 15, Bagian 14, Bagian 13, Bagian 12, Bagian 11, Bagian 10, Bagian 9, Bagian 8, Bagian 7, Bagian 6, Bagian 5, Bagian 4, Bagian 3, Bagian 2, Bagian 1
Muantaf
BalasHapus