Senin, 13 Oktober 2014

Galungan dan Kuningan di Belgia 2014



….’’ Yadiastun  dewek iragene ring luar negari, sampunang je engsap teken leluhur lan budayane, ajegang deweke tetep dadi nak Bali sane meagame Hindu Dharma ’’ …ini sebuah bentuk ajakan tetap melestarikan agama dan kebudayaan Bali yang bernafaskan Hindu Dharma. Kita harus tetap teguh dengan kesucian hati, walau digoda oleh sang kala tiga wisesa yaitu musuh dalam diri kita. Sifat-sifat  adharma/Bhuta tersebut disomya agar berubah menjadi dharma atau kebaikan dengan cara-cara berpikir positif, menghormati sesama dan menghargai siapapun.  Maka dari itu kita harus mengedepankan selalu perbuatan baik, dan menjauhkan sifat bhuta raksasa yang jelek, niscaya dharma akan menang selamanya’’…

Itulah makna khusus perayaan Galungan dan Kuningan yang disampaikan  Seniman Besar Bali, I  Nyoman Durpa selaku I Punta dalam sebuah pertunjukan Bondres Dwi Mekar yang menghipnotis ratusan publik Eropa yang memenuhi pelataran Jaba pura Agung shanti Bhuana, Belgia pada hari sabtu, tanggal 31 mei 2014.

Topeng Dwi Mekar

Punta kartala

Si kecil yang lahir di belgia, mudah-mudahan dia sayang akan budayanya sendiri


Lebih dari 350 orang masyarakat Bali yang berdomisili di Eropa (Belgia, Belanda, Swedia, Perancis, Jerman, Inggris, Luxembourg ) menyambut antusias perayaan Galungan dan Kuningan yang baru pertama kalinya di gelar di Pura Agung Shanti Bhuana, sebuah pura Bali terbesar di luar Indonesia yang terletak di Taman Pairi Daiza, 85 km dari kota Brussel Belgia. Dengan semangat Jengah mereka berusaha tetap melestarikan agama dan kebudayaan Bali yang ternyata diterima dengan baik oleh masyarakat Eropa khususnya Belgia.

Ditengah hiruk pikuk keramaian masyarakat melakukan persembahyangan, tersebut seorang warga Eropa yaitu Henk Driese. Henk Driese atau  I Gede Sukamara yang sudah di Suda Wedani menjadi umat Hindu pada tahun 1991.  Henk tampak sibuk menjadi asisten tukang banten bersama Ibu-Ibu Bali mempersiapkan peralatan dan prasarana persembahyangan. Dalam kesempatan itu, dia menyampaikan bahwa kecintaan kepada Bali bukanlah karena saya punya istri orang Bali akan tetapi dari lubuk hati yang paling dalam saya mendapatkan sebuah kedamaian hidup bersama istri Ni Ketut Sukemi dan dua anak yaitu Pieter/Putu Widiyasa dan Nathalie/ni kadek sari dewi. Semenjak saya menjadi anggota Banjar Shanti Dharma Belgia, saya menemukan kembali rasa sosial tinggi, rasa kebersamaan, rasa kekeluargaan untuk meningkatkan nilai-nilai spiritualitas saya. Oleh karena itu, walau  saya tinggal dan bekerja di Perancis, berkebangsaan Belanda tetapi saya mebanjar di Belgia. Kenapa ke Belgia ? karena dekat dan ada Pura Agung Shanti Bhuana dimana saya senang dapat sembahyang, berinteraksi dengan masyarakat Bali lainnya di Eropa ini.

Henk Driesse bersama istri tercinta


Beberapa organisasi/perkumpulan Banjar Bali yang hadir dalam Perayaan Galungan dan kuningan ini tersebut diantaranya Banjar Suka Duka Belanda, Banjar Shanti Dharma Belgia, Sekar Jagat Indonesia Paris, Grup Dwi Mekar Bali dan grup Kesenian Saling Asah Belgia. Letak Belgia yang sangat strategis menjadi jantung Eropa memudahkan masyarakat Bali di luar Belgia untuk mencapai Belgia lewat perjalanan darat maupun udara. Untuk menuju ke tempat Pura Agung SB, dari kota Koln-Jerman hanya 2,5 jam, dari Den Haag-Belanda 3 jam, dari Paris-Perancis 3,5 jam, sedangkan dari  Luxembourg hanya 2 jam. Namun demikian, letak dekat strategis pura Belgia bukanlah menjadi daya tarik utama untuk datang merayakan Galungan dan kuningan ke  Belgia, yang lebih penting lagi adalah berkat semangat tinggi dan keteguhan hati masyarakat Bali mengajegkan kebudayaan Bali di Eropa ini.

Sekehe Gong Banjar Suka Duka  Belanda

Sekar Jagat Indonesia Perancis menampilkan tari kecak kreasi ramayana

Pada  pukul 11.00 dilakukan persembahyangan bersama yang dipimpin oleh Pendeta Hindu yaitu Ida Pedanda Dalem Putra Sibang asal Bali. Ida Pedanda didatangkan khusus oleh Eric Domb, (Pemilik Pura) diiringi oleh 7 orang rombongan lainnya. Dalam kesempatan ini pedanda juga melakukan pelukatan/pembersihan secara Hindu dan Sudi Wadani/penyucian untuk menjadi umat Hindu Bali bagi 15 orang Warga Eropa.

Sudi Wadani Menjadi Hindu Bali

KBRI Brussel yang diwakili oleh Wakapri Bapak Kristanyo Hardojo dalam sambutannya menyampaikan  bahwa Kegiatan Galungan dan Kuningan sangatlah penting dirayakan bagi Umat Hindu. Perayaan ini memberikan gambaran umum tentang pluralisme keberagaman masyarakat Indonesia dari segi ethnic, agama, budaya ditengah perkembangan demokrasi. Lebih lanjut disampaikan keberadaan Pura Agung Shanti Bhuana ini tidak saja sebagai tempat peribadatan umat Hindu, tapi sekaligus mempromosikan khasanah budaya Indonesia di jantung Eropa. Sedangkan Ketua Perkumpulan masyrakat Hindu Belgia menyampaikan bahwa tetaplah menjaga keteguhan hati masyarakat Bali dengan menghargai budayanya sendiri ditengah gempuran budaya global yang serba praktis dan mempengaruhi semua lini kehidupan kita.

Sambutan Wakil Kepala Perwakilan RI di Belgia
Bapak Kristanyo Hardojo

Untuk menarik para pengunjung Taman Pairi Daiza yang hadir dalam kesempatan tsb, dimeriahkan pertunjukan kesenian  tari Pendet dan Kecak oleh Grup Sekar Jagat Indonesia Paris, Pelestarian Gending Anak-Anak Bali oleh Grup Banjar Suka Duka Belanda, Tari Nelayan, Tari margapati, Tari Cendrawasih oleh Saling Asah Belgia dan Pertunjukan Perdana yaitu Topeng Bondres Dwi Mekar Bali Indonesia pimpinan Bapak I Nyoman Durpa. Penampilan Durpa dengan gurauan lucu yang khas, kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan perancis oleh penari Kartala yang dibawakan oleh I Made Wardana dapat dimengerti oleh pengunjung yang kebanyakan warga Belgia. Penonton sangat antusias, tiada henti bertepuk tangan serta menyambut hangat setiap penampilan kesenian  yang berlangsung selama 2,5 yang kemudian ditutup dengan MEPEED, prosesi seluruh masyrakat bali mengelilingi Taman Pairi Daiza.









di muat di majalah media Hindu :









Tidak ada komentar:

Posting Komentar