"Hola, bon dia : Gamelan Bali di
Barcelona"
Hola,
bon dia ! sapaan ramah warga Katalan, Barcelona menyambut para
turis asing yang kebetulan mengunjungi kota Barcelona. Kota yang anggun terletak di wilayah
otonom Katalonia, Spanyol. Guyuran hujan deras sepanjang hari mengagetkan turis.
Cuaca yang biasanya berlangit biru cerah, tiba tiba
berubah menjadi gelap gulita. Tentunya turis kecewa dengan cuaca Barcelona yang tidak lazim ini. Tapi
di balik kekecewaan itu, sebuah taman bersebelahan dengan Museu de la Música, Barcelona berjejer burung - burung parkit hijau bergelayut manja ditangkai pohon
palmera. Sambil berkicau bagaikan alunan melodi musik menyambut sumringah
suasana tersebut.
Disebuah ruangan Museu de la Música, terdengar sayup-sayup suara
gamelan Bali yang dimainkan oleh 18 orang penabuh. Mereka berasal dari berbagai
negara di Eropa seperti Spanyol, Irlandia, Italia, Perancis, Panama, Jepang dan
Rumania. Selama 3 hari dari tanggal 29
November - 1 Desember 2014 dengan waktu total 20 jam, mereka dengan serius
mempraktekan tekhnik gamelan Bali seperti ngotek,
norot, nyogcag dan ngempat.
Tekhnik ini diberikan sebagai dasar-dasar kuat untuk meningkatkan kemampuan
bermain gamelan Bali yang dilatih oleh
Made Agus Wardana seniman Bali yang berdomisili di Belgia. Beberapa
gending-gending Bali yang dipelajari diantaranya gilak baris, hujan mas, tabuh
telu sekar gadung serta kreasi baru Kégibi
ciptaan Made Agus Wardana tahun 1999 di Brussel Belgia.
‘’Saya gembira dan bangga
mengikuti kegiatan workshop Gamelan Bali kali ini, walaupun singkat tetapi
berjalan dengan lancar dan sukses ‘’, ujar Jordi Casadevall (37 tahun), warga
Katalan, Barcelona. Jordi sebagai pimpinan grup memberikan nama grup ini dengan
sebutan Gamelan Penempaan Guntur
didirikan pada bulan September 2013. Gamelan Penempaan Guntur adalah grup
gamelan Bali yang pertama kali terbentuk di Spanyol. Berkat kegigihan dan
perjuangan Jordi Casadevall, Barcelona kini memiliki gamelan Bali terlengkap
yang disponsori oleh Museu de la Música
Barcelona. Sebagai salah satu museum prestisius, museum ini memiliki koleksi instrumen
yang sangat beragam terbagi dalam 3 kategori ; warisan budaya, arsip instrument dan sejarah
bunyi/suara.
Koleksi-koleksi instrument tersebut berasal dari
benua Eropa, Asia, Afrika dan Amerika. Instrumen musik asal Indonesia juga
menjadi daya tarik tersendiri misalnya angklung Jawa Barat serta gamelan Bali. Gamelan Bali merupakan instrumen terbaru yang
didatangkan langsung dari Bali pada bulan Juli 2013. Gamelan ini sangat lengkap
terdiri dari 42 instrument diantaranya 2 gender rambat, 4 pemade, 4 kantilan, 1 ugal, 5 kendang, 2
penyacah, 2 calung/jublag, 2 jegogan, 1 kajar, 1 cengceng, 3 suling, 1
terompong, 1 reyong, 2 gong, 1 kempur, 1 kemong, 1 bebende, 6 pasang cengceng
kopyak, 1 rebab, dan 1 gentorag.
Dipilihnya gamelan Bali karena faktor
keunikan, kerumitan terutama kaya terhadap tekhnik pukulan yang memiliki kekhasan
ngumbang ngisep (keras-lirih). Adanya
kandungan improvisasi, energi, tempo variatif, dinamika dalam struktur musiknya menjadi tantangan
unik bagi para pecinta gamelan. Tidak itu saja, gamelan Bali juga memiliki
nilai kolektivitas untuk membangun kebersamaan berorganisasi, toleransi, empati
serta humanis.
Menurut Made Agus Wardana, sebagai orang
Indonesia, kita semestinya bangga dengan kebudayaan Bali yang menjadi bagian
daripada kebudayaan nasional, dijadikan media pendidikan oleh warga Eropa. Mereka sangat giat, fokus dan gigih berlatih
gamelan. Sesuatu yang mungkin tidak pernah diketahui oleh kita bahwa budaya
kita semakin hari akan semakin kuat eksistensinya di luar negeri. Institusi
pemerintah setempat seperti museum musik, universitas dan sekolah tinggi seni,
sanggar, yayasan berlomba-lomba membuat program workshop, debat, penelitian,
pertunjukan seni, konser bahkan kurikulum budaya Bali di sekolah-sekolah. Ini
merupakan sinyal positif bahwa perkembangan kebudayaan Bali telah menembus
masyarakat lokal dari usia dini hingga dewasa.
Kita perlu menyimak dengan apa yang telah
dilakukan oleh grup Gamelan Penempaan Guntur. Sungguh merupakan bukti nyata
mereka berpartisipasi menjaga kelestarian kebudayaan nusantara. Tidak saja
bermain gamelan, tetapi lebih dari itu. Mereka mencintai Indonesia. Inilah
sebuah tantangan kita sebagai warga Indonesia. Kita tidak boleh kalah dengan
mereka. Justru sebaliknya kita yang harus lebih kuat dan lebih sayang kepada
budaya kita sendiri. Anak anak kita harus diajarkan bermain gamelan. Walaupun
dirantauan kita juga mesti bermain gamelan. Janganlah menunggu lagi. Mari kita
bermain gamelan dimanapun berada dan sekarang juga. Gong !
dimuat di Metrobali dan Balipost.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar