Rabu, 20 Maret 2013

Ciaaattt...Perjalanan menebar seni di Belgia (Bagian 7)


Kedatangan Prof. Dr.  I Made Bandem di Brussel

        Dua  hari sebelum pergelaran perdana, Bidang Pensosbud KBRI Brussel sibuk mempersiapkan kedatangan maestro seni, Bapak Prof. Dr. I Made Bandem. Kedatangan Bandem adalah atas undangan KBRI Brussel untuk memberikan ceramah kesenian Bali di sekolah musik Konservatorium Brussel sekaligus pergelaran perdana gamelan dan tari Bali. Dalam kesempatan itu, saya menemui beliau dan menyampaikan perkembangan latihan serta materi apa saja yang telah saya ajarkan.  Faktor-faktor penggangu proses belajar mengajar  saya sampaikan secara detail seperti kemampuan penabuh, jadwal latihan hingga  terkena cacar.  Hal-hal menarik yang saya sampaikan juga tentang antusias para pendukung kesenian sangat besar. Tidak lupa pula  sesuatu yang patut dihargai adalah penyediaan  konsumsi hidangan khusus  setelah selesai latihan.  Penyampaian itu bukan Asal Bapak Senang, tapi adalah sebuah informasi jujur tentang situasi dan kondisi mengajar. Pengalaman unik mengajarkan Bapak-Bapak berdasi yang bukan pemusik sejati. Ini sangat berbeda sekali dengan kita mengajarkan penabuh yang berlatar belakang pendidikan musik. Kita akan dengan mudah mengajarkan mereka bermain gamelan. Kalau disini sangat lain. Mengajarkan penabuh yang sebelumnya punya pekerjaan kantoran dengan tingkat sensitivitas tinggi. Mereka lelah karena sudah bekerja selama 8 Jam. Ditambah lagi 2 jam belajar gamelan dan kecak. Capek kan ?

       Namun demikian, rasa capek itu saya geser pelan pelan dan hilangkan. Capek tidak terasa lagi, mereka menjadi terhibur. Saya berusaha mengajak mereka (penabuh dan penari) menikmati gamelan dan tari kecak menjadi sesuatu hal yang menyenangkan. Mereka akhirnya berpendapat bahwa latihan gamelan bukan menjadi pekerjaan tambahan, malahan dapat menghilangkan stres dari kerjaan monoton setiap hari. Saya beruntung sekali pernyataan itu sering terlontar dari Bapak -Bapak penabuh ini.

      Reaksi Pak Bandem gimana ? Dia hanya tersenyum simpatik, sambil memberikan semangat kepada saya. Tiba-tiba dia bertanya :  " Kapan latihan kecak ?, Sekarang pak, jawab saya. Mari kita latihan bersama, jawabnya lagi. Ringkas cerita, semua para penari kecak serius sekali mendengar dan memperhatikan setiap arahan bapak profesor ini. Untung juga di poles oleh Bapak Bandem, akhirnya kecak tambah semarak.

       
Pagelaran perdana Gamelan, Tari Bali dan Kecak, 29 Pebruari 1996.


         Di pagi yang bersemangat ini, saya memulai aktifitas dengan hati yang damai. Saya hidupkan dupa duduk tenang diatas tempat tidur. Bersila memusatkan pikiran. Pikiran saya tertuju kepada tempat persembahyangan saya ke Bali yaitu  Pura Kesuma Sari Banjar Pegok. Pura ini adalah pura yang terletak di samping rumah saya di Bali. Dengan khidmat, saya mulai melakukan persembahyangan. Memohon petunjuk agar saya memperoleh kekuatan, ketenangan, kesehatan, keselamatan dan kesuksesan.  Hari ini adalah hari perdana sebuah pegelaran kesenian akan di gelar di Gedung Pertunjukan Konservatorium Brussel Belgia. Selama hampir 2 bulan berada di Belgia, saya berusaha sekuat tenaga mengajarkan para penabuh pemula dan para penari remaja untuk menampilkan salah satu "keunikan Indonesia" yaitu pegelaran gamelan dan tari Bali yang dimeriahkan dengan tari kecak kreasi. Semoga shanti shanti shanti. Damai damai dan damai.

        Setibanya saya di kantor, seluruh persiapan sudah dijadwalkan dengan baik. Gamelan, kostum penabuh dan penari, dekorasi telah terkumpul di salah satu  ruangan KBRI Brussel. Mobil pengangkut gamelan "caminonette"  sudah tersedia di halaman gedung KBRI. Saya dibantu oleh staf Pensosbud KBRI saling bekerjasama mengangkat dan memasukan gamelan Bali  beserta peralatan dekorasi lainnya.  Dalam waktu hanya  45 menit 17 instrument gamelan yang terdiri dari 2 pasang kendang, 1 gong, 1 kempur, 1 kemong, 2 kantilan, 2 gangsa, 1 ugal, 1 cengceng, 1 kadjar , 2 jegogan dan 1 reong sudah tertata rapi di dalam mobil. Instrument tersebut beratnya bervariasi dari 5 kg hingga 50 Kg. Itulah gamelan sangat berat bukan ? Kalau diangkat dengan hati senang, berat itu sama sekali tidak terasa.  Untungnya buat kita adalah  mengangkat gamelan itu sama dengan berolahraga. Jadi kita bisa sehatkan ? Cuman resiko dari mengangkut gamelan ada 3 antara  lain :  Pertama sakit pinggang, jika cara mengangkatnya tidak benar. Kedua, tangan terjepit, jika tidak hati hati. ketiga, Susuban (Jari tertusuk serat kayu) jika tidak memakai sarung tangan. Unik bukan ? heheheh.

     



      Sebelum pertunjukan di mulai, saya sempatkan diri keluar gedung konservatorium Brussel. Persisnya di depan pintu, suasana malam terang dengan lampu jalanan yang menghiasi kota, meski dingin menusuk tulang saya beranikan diri keluar berpakaian adat Bali. Ingin merasakan musim dingin di bulan februari ini. Memang benar embeeer...dingin banget. Mahasiswa dan mahasiswi konservatorium, melihat saya keheranan-heranan. Kenapa ya ? Saya sadar ternyata, saya keluar gedung dengan pakaian adat Bali yang dilengkapi udeng. Mereka pikir saya aneh kali ya. Biarin ! Jadi pusat perhatian sementara. Sekalian lihat mahasiswi yang manis - manis seperti kecap abc. Aissss....ingat pacar di bali ya....!!

        Tepat pukul 20.00, pertunjukan di mulai. Wajah-wajah penabuh terlihat lucu. Ada yang tegang karena pertama kali tampil, ada juga yang terlalu percaya diri ketawa-ketawi kesana kemari. Sebagai seorang pelatih sekaligus menarikan tari Baris, perasaan saya seperti nasi campur Bali. Ada yang pedas, ada yang asin, bercampur kegelisahan dan ketegangan. Tapi saya berusaha menutupi semua itu dengan senyum nyengir kuda dengan keliatan gigi gitu....(ketawa kuda iiiikiiiiiiikiiiikkkk).

        Suasana hening, penonton memandang dengan seksama. Belasan penabuh berdasi duduk manis memainkan tabuh pembukaan yaitu tabuh petegak seliris. Sebuah tabuh/instrumental yang dimainkan dengan sederhana dengan permainan  kotekan polos dan sangsih. Saya yang memainkan kendang melirik kekanan kekiri dengan senyum genit memberi isyarat bahwa semuanya berjalan dengan baik. Disamping kiri saya duduk pemain suling namanya mas Bambang. Mas Bambang yang duduk tersiksa karena kegemukan berusaha meliuk-liuk melantunkan suara suling. Sebentar-sebentar saya menyapa dia dengan gerak-gerak kendang, diapun menyapa dengan senyum terkulum sirih karena sedang memainkan suling.  Lama kelamaan saya merasa ada sesuatu yang aneh pada diri Mas Bambang. Kenapa ? Wajah dia nampak memerah seperti  wajah manusia disengat 10 kumbang. Bengkak dan memerah. nah looo...kasihan amat. Saya coba lagi memberi senyuman, tapi apa responya. Dia merespon dengan NYURENG (expresi alis dan mata dikedip berdekatan).  hihihihihi.....

       Selama hampir 5 menit saya memainkan tabuh petegak selisir, seluruh penabuh sangat ceria. Mereka senang dan merasa sukses memainkan tabuh tersebut tanpa kesalahan. Tapi sayang, ada satu penabuh yang super gelisah yaitu mas Bambang si pemain suling. Kenapa ? Jawabannya saya ketahui setelah pertunjukan selesai. Penyebabnya adalah saya. Saya lupa memberitahukan bahwa bermain suling itu semestinya ada jeda/berhenti sebentar. Rupanya dia memainkan suling secara terus menerus tanpa berhenti selama 5 menit. Pantesan mukanya kembung seperti balon ketiup. Ampun mas ! Maaf kan saya. hehehehehe....

         Detik demi detik, menit demi menit saya lalui. Selanjutnya pertunjukan tari pendet penyambutan. Tiga   orang penari remaja cantik sangat serius menarikan tari pendet. Tangan halus berkutek  memegang bokor emas/tempat bunga, senyuman manis menawan, jari tangan lentik bergetar dengan postur tubuh Ngaed (dibungkukan) sambil menyesuaikan irama gamelan  yang diakhiri dengan seledet (mata melirik). Penonton serasa ingin memeluk erat ketiga penari cantik ini. .......seperti om om genit yang mengidamkan para ABG. hihihihi....Begitulah suasana yang tercipta.  Diakhir pertunjukan ketiga penari cantik ini menaburkan bunga mawar warni warni sebagai simbul penyambutan hangat kepada para hadirin yang menyaksikan tersebut. Ditengah-tengah para hadirin, tersenyum lega Duta Besar RI, Bapak Sabana Kartasasmita memberi apresiai kepada para penari cantik yang telah berusaha menampilkan dirinya sebaik baiknya. Bravo para penariku !.




Klik videonya disini ya :



           Sekarang giliran saya, menarikan tari Baris. Maaf ya, saya bukan jago menari Baris, tapi berusaha menarikannya dengan sebaik-baiknya. Tari baris adalah tari yang bersifat kepahlawanan. Hentakan kaki yang keras dan dinamis harus disesuaikan dengan angsel/tanda suara kendang.  Tari Baris ini tidak terlalu lama kira kira 4 menit. Perlu dicatat pemain kendangnya adalah Bapak Edy Hariadi, seorang diplomat muda yang juga seorang seniman. Permainan kendangnya mantaf. Boleh nih, Bapak yang satu ini, usaha dan upaya  belajar beberapa hari membuahkan hasil, saya hargai sekali. Kemauan dan niatnnya itu, mengagumkan. Tanpa kecuali, penabuh yang lain juga tidak kalah sengitnya. Semangat bermain ditunjukan dengan sangat gembira. Pertunjukan ini berjalan dengan lancar. Seperti biasa penonton bertepuk tangan tanda apresiasi. Terimakasih Penabuh gamelanku !



Klik video disini ya :


                Program berikutnya adalah Demonstrasi  Gamelan dan Tari Bali oleh Prof. Dr. I Made Bandem. Wajahnya yang ramah dan sangat simpatik mampu mencuri perhatian hadirin untuk mendengarkan setiap kata yang diucapkan dan  setiap gerakan unik yang dilakukan. Dia menggunakan bahasa Inggris dalam demonstrtasi tersebut sehingga para penonton dengan mudah memahaminnya. Saya yang duduk manis didekat gamelan, memandang dan mendengarkan bahasa Inggris yang disampaikan Bapak Bandem, walaupun kadang beberapa kata yang saya belum mengerti maksudnya. Beliau sangat piwai membangun suasana. Beberapa kali hadirin terlihat tertawa terbahak bahak. Taksunya kuat, sangat menarik sekali. Ingin sekali saya seperti dia, bisa mengucapkan sesuatu dihadapan Publik, kemudian publik merespon dengan baik pula. Mimpi kali ya...suatu saat saya juga ingin tampil seperti Beliau ini. Bisakah ?. Untuk lebih jelasnya saya ingin mengajak pembaca mengklik video dibawah ini. Sesuatu yang sangat menarik untuk para pecinta kesenian Bali.

klik disini :
Demonstrasi Gamelan dan tari Bali oleh Prof. Dr. I Made Bandem



Bersambung !

lanjutannya disini ya :

Bagian VIII



















       

















Minggu, 10 Maret 2013

PARADE OGOH OGOH DI BELGIA, 2013


PARADE OGOH OGOH 2013 DI BELGIA.

Ciaaattt...Apa kabar para pembaca ? saya mau cerita dulu ya, tentang parade ogoh ogoh di Belgia tahun 2013. Begini, sudah siap ?

          Mungkin banyak yang bertanya ?  Kenapa sih parade ogoh ogoh diadakan di Belgia sebanyak 3 kali ? Kok sepertinya repot-repot saja. kok bisa ? Modal apaan sih ? Jawabannya sangat simpel, berkat sebuah semangat. cieeee...Tanpa semangat kita tidak mungkin berdaya ! Cieee...Bukan pula semangat perorangan, tetapi semangat kebersamaan. Tidak mudah kita mendatangkan Ogoh-Ogoh ke Belgia. Tidak mudah kita mengorganisir acara seperti ini. cieee...Tidak mudah kita mendatangkan massa pendukung ! Tidak mudah pula kita mendapat dukungan dari segala arah ! cieeeee... (kata cieee bermaksud mengasyikan suasana). Kalau sudah usai, saya selalu bersyukur bahwa semua berjalan lancar dan mendapat sambutan positif dari setiap orang, sambil menyampaikan matur suksme ucapan terima kasih atas dukungannya. jreeeengggg..

         Seperti semangat yang kita lakukan baru baru ini, ratusan umat hindu Bali di Belgia - Belanda menyambut meriah Parade Ogoh-Ogoh dalam rangka menyambut hari raya Nyepi Tahun Baru Caka 1935 di halaman gedung KBRI Brussel Belgia, hari  Sabtu 9 Maret 2013.  Biar dirimu tahu, sebenarnya kita memiliki 4 Ogoh-Ogoh yaitu  Detya Niwatakwaca, Arjuna, Saraswati dan Hanuman. Tahun 2013 ini kita hanya menggunakan 3 buah Ogoh-Ogoh tanpa kehadiran Mr. Detya Niwatakwaca karena patah dan rusak.

Festival Ogoh Ogoh I, 1 Juni 2011 di Taman Pairi Daiza, Belgia
Klik video ini :

Festival Ogoh Ogoh II, 6 mei  2012 di Taman Pairi Daiza
Klik video ini :

        4 Ogoh Ogoh ? Darimana sih ogoh ogoh tersebut ? Kok bisa ? Wah !!! Ternyata Ogoh-ogoh ini didatangkan  khusus dari Pulau Dewata buatan GASES (Gajah Sesetan) yaitu Detya, Arjuna dan Saraswati sedangkan Hanuman karya mahasiswa kreatif dari IHD (Institut Hindu Dharma) Bali. Setiap tahun kok Ogoh-Ogohnya itu-itu saja ? iya donk, memelihara 4 ogoh ogoh itu saja perlu perhatian khusus. Daripada keluarin biaya lagi, mendingan ini dirawat dengan baik. Betul nggak ?.  Semestinya kan Ogoh-ogoh itu dibakar ? Kenapa di Belgia tidak. Alasannya karena kita gunakan sekalian untuk promosi budaya Indonesia. Kalau ada pameran wisata/budaya/perdagangan KBRI manfaatkan sebagai pajangan unik di Paviliun Indonesia. Makna parade Ogoh-ogoh tidak hilang kok.  Dalam setiap parade, kita sampaikan ke publik Ogoh-Ogoh Detya yang bersifat jahat dimusnahkan oleh Ogoh-Ogoh Arjuna Memanah sebagai simbul kebaikan. Dibawah ini saya buatkan sekedar Info dan makna ke tiga Ogoh-Ogoh tersebut. Sedangkan Ogoh-ogoh Hanuman, hanyalah Ogoh-Ogoh tambahan yang tidak ada hubungannya dengan ketiga ogoh ogoh sebelumnya.

Ciaaattt Info :
Detya Niwatakawaca

Diceritakan sebuah Kerajaan Himantaka dibawah pimpinan Detya Niwatakawaca memiliki pasukan raksasa yang sakti dan tangguh. Detya Niwatakawaca menganggap dirinya kuat tidak terkalahkan oleh manusia sakti maupun para Dewata, dan tidak akan mati oleh senjata apapun. Setelah memperoleh kekuatan dari Dewa Ciwa, timbulah rasa angkuh, sombong dan bangga akan kekuatannya serta menganggap tidak ada satupun kekuatan lain yang mampu menandinginya. Dengan keangkuhan itu, dia ingin mempersunting Dewi Supraba. Hal tsb dianggap suatu penghinaan oleh para Dewata.

Dilatarbelakangi hal ini menyebabkan terjadinya peperangan antara pasukan Detya Niwatakawaca dengan para Dewata. Merasa kewalahan menghadapi serangan para raksasa, para Dewa meminta bantuan kepada Arjuna, seorang Ksatria Pandawa yang sangat terkenal dengan keberanian dan kepandaiannya dalam ilmu perang, yang kebetulan pada saat itu menyelesaikan tugasnya dalam melaksanakan Yoga Semadi di Gunung Indra Kila.

Demi kedamaian dan ketentraman dunia, Arjuna segera berangkat bersama Dewi Supraba menuju Kerajaan Himantaka. Mereka mengatur siasat perang untuk menghindari jatuhnya korban jiwa terhadap rakyat maupun raksasa. Ditugaskanlah Dewi Supraba untuk mendekati Detya Niwatakawaca. Dengan cara merayu Dewi Supraba berhasil mengetahui kelemahan Detya Niwatakawaca. Dewi Supraba memberi isarat/kode kepada Arjuna, bahwa kelemahan kesaktiannya terletak di pangkal lidah. Merasa sudah menang, karena telah memiliki Dewi Supraba, Detya Niwatakawaca tertawa terbahak-bahak . Pada saat itu panah sakti Arjuna tepat mengenai pangkal Lidahnya. Akhirnya, Niwatakawaca mati tergelepar di tangan Ksatria Pandawa , Arjuna.

Cerita ini merefleksi bahwa seberapa kuat, sakti, pandai dan kayanya seseorang didunia akan selalu memiliki kekurangan juga. Antara kekurangan dan kelebihan selalu membayangi kehidupan manusia. Seperti pepatah mengatakan diatas langit masih ada langit. Maka dari itu sebuah kehidupan didunia ini tetap berlandaskan RWA Bineda, yaitu dua perbedaan yang tidak terpisahkan. Kekurangan-kelebihan,lemah-kuat,baik-burukdll.

Detya Nawatakawaca yang bersikap angkuh dan sombong disimbulkan sebagai sebuah keburukan, sedangkan Arjuna dengan dharma Ksatria sebagai pembela kebenaran untuk mencapai kedamaian.
Untuk menyaring sikap baik dan buruk itu, dipergunakanlah sastra agama sebagai pedoman hidup yang berdasarkan atas Ilmu Pengetahuan yang disimbulkan sebagai Dewi yang cantik membawa lontar, genitri, biola dan didampingi seekor burung merak dan angsa yang dikenal dengan SANG HYANGAJISARASWATI.Dimanamengandungfilsafat:

SangHyang       =          Tuhan
Aji                    =          Guru
Saras                =          Lawat
Wati                 =          Perempuan Cantik, dibuat cantik supaya menarik untuk dipelajari.
Angsa               =          Simbul kebijaksanaan
Lontar              =          Simbul IlmuPengetahuan
Genitri              =          Simbul bahwa ilmu pengetahuan takkan pernah habis untuk dipelajari
Biola                 =          Simbul kesenian

Sang Hyang Aji Saraswati merupakan simbul Ilmu pengetahuan yang tetap kekal dan abadi serta tidak akan pernah habis-habisnya untuk dipelajari dengan memilah milah mana yang baik dan yang buruk.



       Kita kembali ke halaman KBRI Brussel, ceng ceng ceng......suara ritmis cengceng membangunkan emosi. Hentakan keras suara gamelan bleganjur yang dimainkan oleh grup gamelan Saling Asah Belgia menambah suasana semakin hangat, walaupun hujan gerimis mendinginkan halaman KBRI Brussel dengan suhu 5 derajat celcius. Tidak perduli dengan cuaca yang tidak bersahabat, pokoknya Ogoh-Ogoh kita goyanggggg......begitulah semangat warga Bali dan Belgia bercampur mengangkat kuat Ogoh-Ogoh. Bersorak-sorai horeeee...tanda kecerian, bergerak maju mundur tanda semangat. Penontonpun bertepuk tangan, sambil menjepret kamera foto dan merekod video  dengan mobilephone,  ipad, iphone, samsung galaxi untuk diupload ke jaring sosial facebook dan youtube.
Festival Ogoh Ogoh  9 Maret 2013 di KBRI Brussel
        Disela-sela para penonton yang asyik membuat dokumentasi Ogoh-Ogoh, sebuah kehormatan bagi kami warga Hindu Belgia duduk akrab dan berbaur Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Ibu Mari Pangestu, Duta Besar RI untuk kerajaan Belgia keharyapatihan Luxembourg dan Uni Eropa Bapak Arif Havas Oegroseno beserta Ibu, Kedua Pejabat ini larut dalam kecerian. Mereka tampaknya tersenyum dan sekali-sekali bertepuk tangan.

Ibu Mari Pangestu dan Dubes RI, Arif Havas Oegroseno berfoto bersama bersama masyarakat Bali 
Kejutan-kejutan

        2 jam sebelum parade ogoh ogoh dimulai, masyarakat hindu Bali melakukan persembahyangan bersama yang dipimpin oleh Ketua Banjar Shanti Dharma Belgia-Luxembourg.   Tidak ketinggalan alunan kidung pemujaan Warga Sari beserta tari persembahan tari Rejang Dewa yang ditarikan oleh anak-anak blesteran/campuran/Indo Bali-Belgia. Dalam acara Hiburan yang dikemas dengan sederhana ditampilkan tari margapati, pelestarian lagu lagu Pop Bali tahun 70-an seperti Sopir Bemo, Kidung Kasmaran dan Bungan Sandat karya Anak Agung Made Cakra.

    '' Tiba-tiba saja, seorang tidak dikenal memberanikan diri tampil di hadapan penonton. Seorang pria tinggi besar, mengaku dari Bali dan dengan percaya diri ingin menari Bali. Rupanya dia telah siap dengan kostum tari Topeng Keras.  Kebetulan saya persis berada dibelakang microphone. Saya melirik kepada MC yang mengatur acara, mengedipkan mata pertanda acara spontanitas dan saya umumkan kepada publik bahwa ada orang Indonesia yang ingin sekali mempertunjukan dirinya menari di hadapan publik. Dia datang jauh-jauh dengan modal sendiri, hanya ingin menari dihadapan Ibu Menteri dan masyarakat Indonesia dan Belgia.

      Penonton hanya mendengarkan saja, mereka cuek menganggap tarian ini mungkin biasa saja. Saya melihat Ibu menteri tersenyum serius, sekali memandang ke arah para penabuh gamelan yang sudah siap membunyikan gamelannya masing masing. Supaya tidak terlalu lama, saya mengawali dengan membunyikan kendang, pak dug pak du pak dug...pak dugdugdugdugduigdug...sir. (tabuh topeng keras). Penonton yang tadinya cerewet berbisik jadi diam seribu bahasa. Penari ini melangkah dengan pelan sedikit malu-malu. Gerakan demi gerakan dilakukan. Jari tangannya bergetar meliuk-liuk. Dia berusaha menari topeng keras dengan gagahnya. Lama kelamaan para penonton mulai gelisah dan curiga. Siapakah yang berada di balik topeng ini ? hihihihihihi.....

Klik disini ya : kejutan topeng keras


Penari Topeng Keras 

         Tidak disangka dan tanpa di duga,  kejutan luar biasa itu tiada lain adalah penampilan unik Bapak  Duta Besar RI Arif Havas Oegroseno.  Penonton  memberikan  standing applause  yang sangat meriah atas penampilan Bapak Duta Besar RI yang sangat gagah menarikan tari topeng keras. Reaksi I Made Berata seorang putra Bali yang sudah belasan tahun di Belgia menyatakan penampilan Bapak Dubes ini sangat saya apresiasi. Dia sangat mencintai budaya kita yaitu Budaya Indonesia. Ini menjadi sangat penting, kebhinekaan kita adalah harga pas menjaga keutuhan NKRI. Mantaf ! Seorang pejabat publik yang mengakui kebhinekaan/keragaman dengan menari salah satu khasanah budaya bangsanya.   Maka dari itu kita juga harus juga tetap dan melestarikan budaya Bali khususnya dan budaya Indonesia umumnya. 


        Perlu saya infokan juga bahwa  Dubes RI Arif Havas Oegroseno menyampaikan  kekagumannya melihat masyarakat Bali di Belgia ini terus bersatu menjaga nilai-nilai budayanya. Nilai nilai budaya  mampu memberikan pengaruh positif kepada warga Belgia untuk menyenangi budaya Bali Indonesia. Dubes RI mengingatkan bahwa masyarakat hindu Bali yang berada di Belgia harus tetap melakukan kewajibannya sebagai umat hindu  untuk tetap menjaga dan melakukan persembahyangan di  Pura Agung Shanti Bhuwana di desa kecil Brugelette Belgia.

       Sementara itu, dalam sambutan lainnya  Ibu Menteri Mari Pangestu juga memberikan apresiasi dan  mendukung acara perayaan Nyepi 2013  sekaligus menyampaikan harapannya agar masyarakat Bali yang ada di eropa ini tetap menjaga identitas sebagai orang Bali. Anak-anak Bali yang lahir di Belgia ini perlu tetap mengetahui jati dirinya sebagai orang Bali. Dilain kesempatan  Ibu Mari pangestu juga sangat kagum dengan keberadaan Ogoh ogoh yang didatang dari Bali. " Jauh jauh datang ke Belgia ternyata ada Ogoh Ogoh di Eropa ini. Keberadaan Ogoh - ogoh dan grup Gamelan Bali  di Belgia ini sangat bermanfaat sekaligus membantu  upaya yang dilakukan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang dipimpinya dalam mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia di negeri  eropa ini ". Ciaaattt...semangat.













Selamat hari raya Nyepi tahun Baru caka 1935.