Jumat, 21 Juni 2013

Ciaaattt...Perjalanan menebar seni di Belgia (Bagian 8)


Pertunjukan Kecak Perdana di Konservatorium Brussel.

     Saya berdiri linglung panik sendiri. Saya bersiap-siap memakai kostum penari.  Kostum ini untuk pertunjukan tari kecak. Kostum ini adalah kombinasi antara kostum tari Baris dengan tari Topeng Bondres. Kalau dirantuan ya beginilah modelnya. serba pas-pasan. Mohon maklum ya ! belum punya kostum sesuai dengan penokohan cerita sih. Sebagai informasi, dalam tokoh yang saya tarikan, saya menjadi seorang Raja Genit yang sedang menggoda putri yang mau dipersunting menjadi istrinya. Seorang Raja yang bersifat sombong dan angkuh.  Perwatakan keras tapi menebar pesona. Kira-kira kalau dibandingkan dengan jaman sekarang ini, Raja itu ibarat seorang Pejabat Genit yang suka menggoda wanita muda....hihihihihi. Punya kekuasaan, punya uang, punya segalanya. tapi kampungan. heheheh. Tapi tidak semua pejabat seperti itu. Banyak yang jujur juga loo.
     
        Saya lanjutkan ya ceritanya...Dengan gugup saya memulai memakai kostum satu demi satu. Tangan saya gemetar, karena pembawa acara sudah menyatakan bahwa inilah penampilan tari kecak. Saya bingung mau minta tolong ke siapa ? Dengan tidak sadar pula, saya menarik sebuah tali pengikat kain Baris. Tanpa disengaja, keles/copot. Stress berat ! Panik bercampur malu. Nyali menciuuuttt. Bisa dibayangkan kalau pembaca juga mengalami hal yang sama seperti ini. Hancuuuurrrr....Saya berusaha menutupi kepanikan ini  dengan bersiul sambil bernyanyi. si si su so su su ......Ternyata panik tidak hilang, malah semakin pusing. aduuuhhh.....benyah ne ! (ungkapan bahasa Bali kalau sedang stress ).

      Penonton semakin gerah, saya semakin panik ! Mata semakin memerah, sambil berkedip-kedip.  Seribu kali saya garuk-garuk kepala padahal tidak gatal. Aduhhh...Benyah lagi. Beberapa detik kemudian saya berusaha memusatkan pikiran. Menenangkan hati. Saya bernafas pelan-pelan  sambil memejamkan mata. Ssssssstttt.....!  Desahan nafas saya sangat kuat, saya harus melawan kepanikan ini dengan kesabaran. Saya ikat saja kain kostum pakaian tari baris yang copot tadi. Memang bentuknya menjadi lucu. Seharusnya perawakan Raja besar dan tinggi. Tapi disini malahan Raja menjadi kurus kerempeng karena diikat. hahahahah....lagi lagi Benyah ne. Alhasil berhasil. apanya berhasil ? berhasil terikat maksudnya. Saya bisa dengan tenang menahan emosi ini.  Akhirnya sayapun memberi komando kepada para penari yang sudah bersiap-siap dari kemarin. Seluruh penari kecak bergerak dengan semangat membara, perut gendut bergetar kekiri dan kekanan, kedua tangan keatas mengumbar bau ketiak, jari bergerak-gerak dengan bersama-sama menyanyikan BYUUUUK SIIIIRRRRR.... pertanda kecak di mulai.

Klik links dibawah ini :


Kalau tidak bisa buka youtube diatas coba klik link dibawah ini :
Kecak Perdana

         Kalau sudah lihat video diatas berarti sudah terbayang lah kira kira. Begitulah kecak perdana itu. Mewujudkan pertunjukan model seperti ini, gampang-gampang susah. Penyebabnya situasi dan kondisi. Namun melihat kesederhanaan pertunjukan ini semua, kalau saya kaji dengan pendapat sendiri bahwa yang paling utama adalah kemauan dan upaya kerja keras para pengecak ini yang perlu diberi banyak Like. Karena sebenarnya merekalah yang membuat pertunjukan menjadi lancar. Mereka ini memiliki kebanggaan. Mereka sangat bangga dengan budayanya sendiri, walaupun mereka berada dan lahir di Belgia. Kebanggaan berbudaya Indonesia ini kita harus pupuk terus, sehingga indentitas ke-Indonesia-an sedikit terjamin. Semakin sering ada kegiatan berkesenian seperti ini lama-lama orang menjadi terpangaruh dengan sendirinya.  Mudah-mudahan keberadaan saya menjadi seorang penabuh gamelan di belgia ini menjadi semangat awal dan bermanfaat untuk remaja Indonesia yang lahir di Belgia. Kita coba mempengaruhi mereka dengan hal yang positif. Pilihan saya adalah pengaruh budaya Indonesia yang terkenal dengan keramahannya serta nilai toleransi antar ethnik melalui pertunjukan kesenian. Terbukti sudah kita terlihat bersatu dalam kecak perdana, pengecaknya berasal dari Jawa, Bali, Sulawesi dalam pertunjuka perdana kita diatas.

           Horeeeee.......Pertunjukan usai ! Saya pikir kita semua senang dan bahagia. KBRI Brussel sebagai penggagas acara ini menilai program ini berlangsung baik, lancar tanpa ada rintangan sedikitpun. Saya bersyukur kehadapan Ide Sanghyang Widi Wasa bahwa kita semua larut dalam kecerian. Masih banyak sekali kekurangan yang ada dalam pertunjukan ini, tapi sedikit tidaknya saya bisa membuka langkah kecil bahwa kebudayaan Bali, Indonesia ini mampu menjadi jembatan antara orang belgia dan orang Indonesia. Jembatan kekeluargaan untuk mengunjungi keindahan Indonesia di kemudian hari.

Bersambung !

Lanjutannya dibawah ini ya ;
       Ciaaattt...Perjalanan menebar seni di Belgia (Bagian IX)