Walau cacar menghancurkan kulit ini, latihan gamelan dan tari must go on.
Satu setengah minggu berbaring lemas di tempat tidur tanpa ada yang ngurus, hampir setiap detik saya berkaca di kamar mandi. Melihat wajah saya yang aneh. Saya seperti setrikaan bolak balik tidak karuan. Berkaca melulu. Anda bisa bayangkan, umur 25 tahun kan masa jaya-jaya wajah muda kita. Siapa yang tidak gelisah hatinya, wajah yang biasanya berseri tiba-tiba jadi berduri. Wajah yang sebelumnya keren, sekarang runyam kayak gini. Emberrr ! Kepercayaan diri terganggu. Sebel dech. Sudahlah ! Cukup menggerutu. Jangan terhanyut dengan kesedihan. Percuma saja ngomel terus sendiri di kamar. Emangnya ngomel bisa memecah persoalan ? tidak bukan. Mendingan istirahat dan menenangkan pikiran. Hmmmmmmmm…..
Kekesalan demi kekesalan saya lalui, beberapa hari kemudian kondisi saya nampak semakin membaik dari hari hari sebelumnya. Walaupun bekas cacar masih mengganggu wajahku, latihan gamelan must go on. Saya sudah tidak perduli lagi. Wajah boleh tidak mulus, tapi senyum tetap menggoda. Emberrrr...heheheh. Tekad untuk segera mengajar gamelan masih terbungkus utuh. Saya tidak mau patah hati, eh maksud saya patah semangat. No Problem ! Sebenarnya lebih sekedar mengedepankan rasa tanggung jawab sih. Bertanggung jawab akan pertunjukan perdana yang akan dilaksanakan pada tanggal 29 februari nanti. Apalagi Prof.Dr. I Made Bandem akan hadir dalam pertunjukan nanti. Ini sebuah kesempatan besar juga untuk membuktikan bahwa saya bisa melakukannya. Mari kita buktikan ! Ciaaattt…semangat.
Di tempat kerja, hari demi hari saya lalui dengan suka dan duka. Para penabuh dengan tekun belajar gamelan. Penabuh mencoba serius dan disiplin dalam belajar gamelan. Langkah demi langkah, walaupun kadang terpeleset hingga jungkir balik, tabuh/gending yang saya ajarkan dapat dengan mudah ditabuhkan. Adapun tabuh-tabuh yang kita pelajari seperti tabuh selisir, iringan tari pendet dan iringan tari Baris. Pengajaran gamelan dilakukan dengan metode lisan dan tanpa notasi. Metode ini kita praktekan seperti pada umumnya di Bali. Para penabuh berusaha dengan metode lisan, walau terkadang ada yang frustasi. Seorang Ibu penabuh agak bikin gemes bertanya dan sedikit memaksa.
‘’ Pak Made, Kok tidak ada notasi ?
Saya tidak bisa main nih ! Seperti Gamelan Jawa ada notasinya mas. ‘’ kata si
Ibu dengan senyum nyengir.
Dengan sabar saya menjelaskan kepada Ibu-Ibu Penabuh ini. ‘’ Mohon di maklumi ya bu. Gamelan Bali tidak memakai notasi, hanya mendengarkan dan melihat secara langsung. Kalau saya buatkan notasi, nanti Ibu akan terfokus saja melihat kertas notasi itu. Sedangkan kalau tanpa notasi, kita bisa mainkan dengan perasaan, tanpa harus membagi perasaan ke kertas itu. Tradisi ini sudah berlangsung lama di Bali. Ibu lihat kalau di Bali, semua pertunjukan gamelan Bali itu tanpa notasi. Ini hanya budaya lokal yang arif kok bu. Coba lihat bule itu (Penabuh Belgia) dia tekun dan trampil memainkan kotekan/interlocking part (Sebuah pernaian gamelan bali….., ) padahal dia biasanya bermain musik dengan membaca notasi. Disinilah letak keunikannya. Justru sekarang mereka bermain gamelan mengikuti metode kita. Dan buat mereka tidak ada masalah ‘’. kata saya dengan serius.
Kemudian Ibu itu mengelak lagi : ‘’ dia kan professional, Saya kan baru latihan, jadi saya masih belajar ‘’.
Aduh Ibu ini bikin gemes saja. Ntar saya cubit pipi ibu ini. Beneran looo bu… Untuk mengikuti kemauan murid, rupanya seorang guru harus pintar-pintar bersabar. Sabar demi anak didiknya. Padahal saya jauh lebih muda dari Ibu gemes tersebut. Akhirnya saya luluh juga oleh rayuan Ibu ini, agar dibuatkan notasi.
‘’Ok dech bu, saya buatin, cuman hanya sederhana saja. ‘’
‘’ Gitu donk pak guru. Murid senang gurupun senang “ kata Ibu Gemes sambil nyengir menuju ke tempat gamelan. Saya pikir lagi, Saya kurang tegas kali ya. Sudahlah, yang penting dia senang kok, tidak perlu terlalu kaku. Tinggal kita butuh penyesuaian saja dan itu tidak masalah.
Latihan Tari dan Kecak
Jangan panik ! Jangan panik ! Siapa yang panik sih ? yang panik adalah guru gamelannya. Soalnya waktu semakin mepet. Latihan gamelan dan tari ini harus lebih intensif lagi. Waktu sangat cepat berlalu. Gamelan dan tariannya belum beres nih. Mari cepat latihan. Ayo semangat ciaaattt...
Para penari pendet yang terdiri dari remaja Indonesa bersiap siap berlatih. Mereka dengan tidak sabar ingin cepat berlatih. Penari ini cantik cantik lagi. Ini nasib saya loo, semenjak menjadi penabuh gamelan selalu kalau ada pertunjukan ataupun pelatihan nari ada penari cantik yang menggoda. Tapi saya kuat looo…kuat tidak tergoda…hihihi.
Dengan bahasa yang santun saya membuka kehangatan percakapan dengan "Adik adik mari belajar nari. Buka sepatu ya. Biar kakinya leluasa bergerak. Pemanasan dulu ya, peregangan otot-otot, gerak gerak dasar. " Mereka jawab dengan manis, iya Om. Kok Om sih. Emang saya tua apa ?? Bulan nopember 1996 ini, saya akan 25 tahun. Gimana sih adik adik. "okey pak guru ", kata penari ini lagi.
Selang beberapa saat kemudian, secara serius saya mulai mengajarkan dasar-dasar tari Bali. Ada 3 dasar-dasar tari Bali yaitu agem, tandang dan tangkep. (Lihat Ciaaattt Info). Para penari remaja yang cantik cantik ini, sangat antusias belajar. Keringat keluar membasahi baju mereka. Itu tandanya gerakannya benar benar serius. Padahal masih musim dingin looo. Kalau musim dingin biasanya keringat susah keluar. Menjadi guru tidaklah semudah yang dibayangkan. Lagi-lagi dituntut bersabar. Semakin kita sabar, murid juga semakin respek kepada kita. Otomatis terjalin proses belajar mengajar yang baik. Disamping itu, saya selalu berusaha ‘’menggoda’’ para penari ini dengan humor-humor yang membuat mereka tersenyum geli.
‘’adik adik yang keren, sekarang coba pelajari gerakan mata. Gerak mata ini disebut Seledet. Seledet artinya melirik. Kalau kamu belum punya pacar, coba dech belajar melirik pemuda diseberang sana, pasti dia melirik dirimu juga…heheheh (Bercanda ya..) eh. ! Ikuti saya ya.. : luruskan tangan kiri dengan telunjuk diacungkan di depan muka, tangan kanan direntangkan ke samping kanan. Nah..coba sekarang mata dibuka lebar-lebar seperti mendelik. Pusatkan penglihatan kepada telunjuk tangan kiri, setelah itu lirik ke arah kanan. Ulangi terus berkali kali. Dagu juga harus digerakan. Gerak dagu ini memberikan energi dari lirikan mata kekanan tadi. Kasih bahasa musik seperti ini : det pong…det pong….det pong . ‘’ (artinya lakukan seledet berkali kali ).
Melihat itu para penari, menjadi penasaran. Mereka coba terus sambil tertawa-tawa. Karena kemauan dan suka, akhirnya mereka bisa, walaupun belum sempurna. ‘’jangan pernah malu ya…jangan pernah menyerah…coba dan coba terus’’. begitulah cara saya memberi semangat kepada para penari remaja ini.
Sementara itu, disela sela latihan rutin menari selama 3 jam, saya melanjutkan kegiatan melatih kecak. Kecak adalah sebuah pertunjukan tari sambil bernyanyi. Para penari kecak sudah bersiap berlatih. Jumlahnya sekitar 20 orang. Kecak ini ditarikan oleh staf KBRI dan Prime, Masyarakat Indonesia dan Warga Negara Belgia. Menariknya adalah, kalau di Bali kecak kurus kering. Kalau disini kecak gendut dan subur. Apalagi kalau kecak tidak memakai baju, alias telanjang dada, sudah tentunya tambah kocak lagi.
‘’Mari Bapak-Bapak kita berkecak ria ‘’ kata saya dengan semangat. Kecak ini sangat mengasyikan. Kalau kita bisa mewujudkan kecak ini, alangkah bahagiannya saya. Karena ini pesan Bapak Bandem supaya saya bisa menggelar tarian Kecak ‘’.
Seorang penari kecak minimal harus mengerti tentang irama/ ritme dan gerak tari. Kecak ini saya bagi dengan 5 kelompok. Masing kelompok memiliki ritme kecak yang berbeda-beda. Saya mengajarkan dengan sangat susah motif motif kecak antara lain : Cak Besik (Satu), Cak Telu (tiga), Cak Lima (Lima), Cak Pitu (Cak Ocel). Kesulitan besar saya hadapi, karena pemahaman mereka terhadap ritme sangatlah kurang. Bingung dech. Saya tidak yakin mereka akan bisa. Namun saya coba berulang-ulang, masih tetap menemui jalan buntu. Tapi ada beberapa orang dari mereka (Penari kecak ) bisa memainkan ritme kecak yang saya ajarkan. Lucunya lagi, seorang penari kecak sangat semangat menari kecak, akan tetapi ritme kecaknya mengganggu yang lain. Untuk mempermudah pemahaman, saya harus menurunkan tempo permainan kecak. Dengan tempo pelan mereka akan bisa mengikutinya.
Dengan berlatih terus, akhrinya saya bisa membentuk grup kecak yang sederhana sekali. Perlu di catat adalah antusias penari kecak yang sangat saya apresiasi sekali. Luar biasa semangatnya dan ada secerah harapan dari wajah mereka, wajahnya cerah setiap berlatih, untuk benar benar berniat mensukseskan pertunjukan perdana nanti. Untungnya lagi adalah setiap ada latihan malam, KBRI Brussel selalu menyediakan makanan khas Indonesia untuk memompa semangat para penari pemula ini. Itulah sebuah kerjasama dan koordinasi yang baik. Kalau ingin mensukseskan sebuah kegiatan, harus ada kepedulian tingkat tinggi kepada para penari dan penabuh.
Ciaaattt Info :
Agem :
Sikap pokok dari tarian Bali. Agem dibagi menjadi 2 yaitu Agem Kanan dan agem kiri.
Tandang :
Cara memindahkan suatu gerakan pokok ke gerakan pokok yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan gerak yang berkesinambungan.
Tangkep : expresi penjiwaan dari wajah/muka penari
mau belajar nari pendet ?? coba klik video saya ini ya :
mau belajar nari pendet ?? coba klik video saya ini ya :
atau klik links ini : belajar pendet